Monday, April 20, 2015

Resensi – THE TRUTH ABOUT FOREVER “Pemetik Hati dari Mars”



Penulis : Orizuka
Penerbit : Gagasmedia
Genre : Romance
Kategori : Young Adult
Terbit : 2008 (Cetakan Pertama)
Tebal : vi + 304 hlm
ISBN : 979 – 780 – 624 – 3
Harga : Rp. 30.000

Kana harus rela bersebelahan kamar kos dengan cowok jutek bernama Yogas. Dia tak bisa menolak karena dia bisa menempati kamar kos itu gratis, sebab tempat kos tersebut milik buleknya dan memang tak ada lagi kamar yang bisa di tempati selain kamar di samping kamar Kana.
“Artinya, lo jatuh ke dalam cinta tanpa disengaja. Jadi, walaupun lo nggak mau jatuh, lo bakalan tetep jatuh.” – Eno – hlm. 88

Sebenarnya, Yogas tak selamanya jutek. Dia bisa juga berubah jadi baik, ramah dan lucu. Tapi, beberapa saat kemudian dia akan berubah jutek, dingin, dan pemarah lagi. Selain jutek, Yogas juga aneh, dia tak mau makan bersama penghuni kos yang lain di rumah ibu kos. Kalau Kana bertanya dia berasal dari mana, Yogas akan menjawab dari Mars. Trus, apa alasan Yogas ada di Jogja juga nggak jelas.
Mood kamu. Selalu nggak bisa berubah-ubah dan nggak bisa ditebak… Nggak bisakah kamu milih salah satu?” – Kana – hlm. 84

Tapi, suatu ketika Kana mendapati Yogas berada di sekitar kampus UGM. Ditanya sedang apa, Yogas tak mau mengaku. Kana pikir, Yogas sedang menunggu ceweknya. Tapi, itu salah besar.
Untuk Yogas sendiri, Kana hanya pengganggu dalam misinya ke Jogja. Dia juga membuat hidup Yogas semakin berat. Padahal, selama ini dia bertekat untuk menjauh dari orang-orang yang menyayanginya agar tidak menyakitinya dan membuat dia lebih rela untuk mati.
“Jangan ngomong seenaknya! Lo sama sekali nggak tahu apa-apa! Gue udah nggak sanggup nahan beban gue sendiri, jangan tambahin beban gue dengan perasaan lo.” – Yogas – hlm. 164

Kana membuat benteng pertahanan Yogas goyah karena bagaimanapun usaha Yogas untuk membuat Kana menjauh darinya tidak berhasil. Meskipun Yogas begitu kejam pada Kana, bahkan dia mengaku gay, dan walaupun Kana mengetahui bagaimana keadaan Yogas yang sebenarnya-pun, Kana tetep keukeuh untuk selalu berada di dekat Yogas.
Yang membuat Yogas semakin berat untuk pergi adalah kenyataan Kana mencintainya, dan dia juga mulai sadar, dia juga mencintai Kana. Namun, dia tak boleh membiarkan cinta itu merusak apa tujuannya. Tidak! Dia harus mencari Joe, dia harus menyelesaikan apa yang ingin dia selesaikan sebelum dia mati.
“Serius. Ntar lo suka sama gue.” – Yogas
“Emangnya kenapa kalo aku suka sama kamu?” – Kana
“Jangan”
“Kenapa?”       
“Karena kita nggak punya masa depan.” – hlm. 77                                        
The Truth about Forever, novel Orizuka entah ke berapa yang sudah aku baca. Dan, hampir selalu, aku menyukai gaya menulisnya, alur ceritanya, juga quote-quotenya. Novel ini sebenarnya punya nuansa yang sedikit gelap. Namun, oleh penulisnya dibuat begitu ringan.
Ah, bisa dibilang, novel ini sekaligus sebagai kepedulian penulis untuk ikut memberi penyuluhan tentang HIV-AIDS, tentang penularannya, dan pentingnya kita untuk tidak mengucilkan para penderitanya. Dan, novel ini juga memberi tahu kita seperti apa dampak penggunaan narkoba.
Cara-cara seperti ini rasanya lebih ampuh menyentuh para generasi kita. Dari sebuah bacaan yang menghibur sekaligus bisa meninggalkan makna yang dalam di hidup mereka. Kesannya, tidak menggurui, tapi memberikan contoh lebih nyata. Itu terasa lebih nyaman untuk di terima.
“Punya penyakit bukan berarti kamu nggak bisa bahagia.” – Kana – hlm 124

Novel ini sejak awal membuat aku penasaran, tentang apa sebenarnya yang dicari Yogas dan apa yang membuatnya seperti itu. Jempol buat Orizuka yang selalu bisa membuat aku penasaran.
Novel ini tak terasa berat, aku sudah bilang di atas. Ada unsur humor yang diselipkan di cerita, kayak saat Yogas menemukan underwear Kana di balik pintu kamar mandi, trus saat bra Kana jatuh dan Yogas membaca ukurannya. Apalagi, ya? Pokoknya interaksi-interasi Yogas dan Kana itu asyik banget, mengena dan sweet.
Kana punya karakter ceria, humoris, keras kepala, tak pernah menyerah, dan juga tegar. Dia menjadi cewek hebat saat tahu apa penyakit yang diderita Yogas, juga saat ditinggal kedua orang taunya. Kana yang bercita-cita sebagai penulis best seller tak pernah menyerah untuk meraih apa yang dia inginkan. Dan, karena Yogas dia bisa menjadi apa yang dia mau itu.
“Tuhan mungkin berpikir… kalau kau adalah satu-satunya orang yang sanggup bertahan untuk Yogas. Makanya Dia mempertemukan Yogas sama kamu.” – Lian – hlm. 161

Yogas sendiri sebenarnya bukan cowok yang mudah putus asa. Dia cukup tegar menghadapi keadaannya meskipun dia tak bisa menahan hasrat balas dendamnya. Yogas bukan tipe orang yang egois, dia sangat…sangat mementingkan hidup orang-orang di sekitarnya. Makanya, dia berubah jadi jutek, dan pemarah. Itu hanya kamuflase agar mereka menjauhinya.  Karena itu, Yogas sebenarnya sangat kesepian. Dan saat dia sudah tak bisa menahan bebannya, dia jadi sangat terlihat rapuh.
Aku suka dengan alur cerita novel ini. Bagaimana penulis membuat Yogas pergi aku juga suka. Endingnya, em…kalau ending menurutku biasa saja. Malah bab pertama novel ini yang menurutku keren banget.
Untuk ratingnya 3,4 dari 5 bintang.

3 comments:

  1. wah, yogas ini adalah karakter cowok yg sulit ditemukan di zaman ini :-)

    ReplyDelete
  2. Emm.. baru tau tentang buku ini setelah baca review ini.
    Entah kenapa genre romance selalu bikin penasaran. Hmm..

    ReplyDelete
  3. I Jeverson : Bisa jadi seperti itu :D

    Ari : Aku penggemar roman. Dan, mungkin karena itulah aku belum bisa pindah ke genre favorit lainnya ":D

    ReplyDelete

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos