Penulis : Rhein Fathia
Penerbit : Bentang
Genre : Romance
Kategori : Adult, Persahabatan, Pernikahan
Terbit : Februari 2013
Tebal : xii + 388 hlm
ISBN : 978 – 602 – 7888 – 12 – 8
Harga : Rp. 64.000
“Ada hal yang berbeda dengan hubungan
persahabatan kalian.”
– Riki – hlm. 102
Benarkah?
Awalnya, tidak.
Persahabatan mereka murni sebuah persahabatan. Meskipun, banyak yang bilang
hubungan dua sahabat yang berlawan jenis selalu ada yang lebih.
Perubahan statuslah yang
membuat semua berbeda. Suami-istri.
Ya, mereka menikah. Namun, bukan karena cinta. Tapi, karena rasa nyaman dan
selalu ingin bersama. Sesederhana itu alasan pernikahan mereka.
“Kini, kasusnya malah kebalikan. Mereka
akan menikah dengan alasan logis dan cinta dinomorduakan. Namun, Halya percaya,
jika dengan Raka, semua akan baik-baik saja.” – hlm. 246
Halya, seorang novelis
sekaligus penerjemah yang bekerja di sebuah penerbit. Dia bersedia menikah
dengan Raka, sahabatnya yang bekerja sebagai bankir.
“Atau, kalau sampai umur tiga puluh tahun
dan masih sama-sama single, aku ngelamar kamu aja.” – Raka – hlm 3
Bagi Halya, cintanya
hanya untuk Gilang. Dan, bagi Raka, setelah ditinggal menikah Rina – cinta pertamanya
– wanita itu masih saja menempati hatinya. Tapi, saat Raka melamar Halya, Halya
memutuskan untuk menerimanya, menerima sahabat terbaiknya untuk menjadi
suaminya, meskipun dia tidak mencintainya.
“Karena pada akhirnya, cinta bukan
lagi tentang uang, kedudukan, seks, fisik, atau apapun. Selama kamu nyaman as long as feel that ‘click’ with
him, just go on.” – Angie – hlm. 189
Apakah pernikahan tanpa
cinta ini bisa bertahan? Apalagi, Rina kembali muncul di hidup mereka. Dia
sangat berharap bisa meraih cinta Raka yang dulu belum sempat dia gapai.
Nostalgia romantis masa lalu tampak begitu mengikat Raka dan Rina.
Sedangkan Halya, dia
belum bisa melepas Gilang begitu saja. Meskipun dia tahu kenyataan yang terjadi
di antara mereka sudah tak memungkinkan lagi.
“Hal paling menyedihkan adalah ketika
melihat sahabatmu masih berharap pada kekasih lamanya. Masih menunggu dan
berharap kembali meski dia sudah berikrar akan setia kepadamu sehidup semati.” – hlm. 282
Coupl(ov)e, Novel pertama Rhein Fathia yang aku baca, dan ternyata aku
sangat nyaman dengan gaya berceritanya.
Coupl(ov)e memang punya
ide cerita yang sangat umum, persahabatan menjadi cinta, kemudian masa lalu.
Namun, penulis menyajikannya dengan cara berbeda. Cinta bukan awal sebuah
pernikahan. Tapi, pernikahan yang menjadi awal sebuah cinta. Ini seperti
memberi petuah, kenapa harus takut menjalin hubungan yang tidak didasari cinta
kalau perasaan nyaman sudah bisa kita rasakan?
“Pernikahan nggak hanya butuh cinta. Siapa
tahu dengan adanya friendship, rasa itu akan tumbuh.” – Puput – hlm.
253
Alur novel ini menggunakan
alur maju mundur, namun tempat dan tahun dituliskan di awal cerita yang
memudahkan pembaca untuk langsung memahami perubahan waktu dan tempatnya.
Nah, saat perubahan waktu
inilah penulis mengungkapkan setiap rahasia yang tersebunyi di bagian-bagian
cerita.
Saat Prolog, kita bertemu
Halya dan Raka saat masih SMA. Kemudian, cerita dibagi menjadi 4 bagian. Bagian
pertama saat Raka dan Halya menjadi pengantin baru. Bagian ini membuatku geli.
Karena menceritakan seberapa bingung mereka dengan status baru yang mereka
sandang.
“Kamu tahu kenapa orang yang menikah
selalu mendapat ucapan selamat menempuh hidup baru? Karena mereka harus
meninggalkan sebagian orang-orang yang pernah mereka sayangi pada masa lalu.” – Rina – hlm. 265
Lalu, bagian kedua kita
bertemu lagi saat Raka dan Halya SMA sampai lulus kuliah, kerja, dan jatuh
cinta pada cinta masing-masing. Awalnya aku agak takut menghadapi bagian kedua
ini. Karena, kesannya aku akan bertemu teenlit. Ternyata, tetap asyik kok. Kita
jadi semakin mengenal tokoh-tokohnya.
Lalu, bagian ketiga dimana Halya mengalami patah hati parah
karena Gilang, sampai detik-detik pernikahan mereka. Kemudian, bagian keempat
kembali menyambung kisah di bagian pertama dan the end.
Di bagian keempat aku
dibuat geregetan sama Halya dan Raka. Dan, aku benar-benar kesal pada Rina. Ini
cewek awalnya terkesan cewek baik-baik. Tapi, kenapa karena cinta dia berubah
garang seperti ini.
“Salahkah aku ingin hidup bahagia
dengan cinta sejatiku? I have lots of sweet memories with him.” – Rina – hlm. 303
“Dalam pernikahan, dibutuhkan cinta
dan iman. Dua hal itu yang akan menjadi stimulasi agar rumah tangga tidak
retak. Jika cinta diantara kamu dan Andi belum tumbuh, tak cukupkah iman menjadi
penyangganya?” –
Husna – hlm. 304
Menurutku, Rhein Fathia
pintar banget memunculkan rasa penasaran pembaca. Dan, sangat cerdik
memunculkan jawabannya di tempat-tempat yang tak diterduga. Inilah yang bikin
novel Coupl(ov)e sangat seru dan nggak membosankan.
Namun, mbak satu ini
sepertinya lupa Halya sudah bukan gadis lagi saat mengucapkan kata ganti Halya
di halaman 350 paragraf dua.
Karakter Halya yang ramah,
ceria, cerewet, namun sensitif dan suka sekali memendam isi hatinya sangat pas
disandingkan dengan Raka yang cool,
namun asyik, dan perhatian.
“Karena dalam hubungan serius akan
ada saling menyakiti meski tanpa sengaja, juga air mata.” – Raka – hlm. 137
Munculnya tokoh Gamma dan
Puput menjadikan novel ini semakin semarak. Dan, aku suka akhir kisah mereka
berdua. Yah, aku sudah menebak mereka pasti seperti itu, tapi aku tetap
terkejut saat itu terjadi.
Momen romantis yang dibikin
penulis rasanya manis banget dan nggak pasaran. Contohnya momen saat Gilang
melamar Halya, dan saat Gamma dan Puput ‘ehm…’.
Karakter Gilang ini tipe
cowok keren yang digilai cewek. Meski fisiknya nggak banyak digambarkan, tapi
dari cara dia bersikap pada Halya, siapa sih yang nggak meleleh. Gilang itu
romantis banget.
“Makanya, aku buatkan gelang kaki ini
sebagai simbol. Semoga kamu bisa menjadi jalan surga bagi anak-anakku nanti. Bukankah
surga berada di telapak kaki ibu?” – Gilang – hlm. 221
Banyak hal yang aku dapat
dari novel ini. Salah satunya sudah aku sebutkan di atas. Kenapa harus takut
menjalin hubungan tanpa di dasari cinta jika kita sudah nyaman? Lalu, hal-hal
lain dalam sebuah pernikahan seperti bagaimana kita memahami komitmen dalam
sebuah pernikahan.
“…bahwa cinta yang menggebu itu hanya
bertahan selama dua tahun dalam pernikahan. Selebihnya, tanggung jawab dan
komitmen.” – Raka –
hlm. 237
Rating novel ini 3,9 dari
5 bintang.
No comments:
Post a Comment