Wednesday, January 21, 2015

Resensi - COUPL(OV)E “Bersamamu karena terbiasa atau mencinta?”



Penulis : Rhein Fathia
Penerbit : Bentang
Genre : Romance
Kategori : Adult, Persahabatan, Pernikahan
Terbit : Februari 2013
Tebal : xii + 388 hlm
ISBN : 978 – 602 – 7888 – 12 – 8
Harga : Rp. 64.000
“Ada hal yang berbeda dengan hubungan persahabatan kalian.” – Riki – hlm. 102
Benarkah?
Awalnya, tidak. Persahabatan mereka murni sebuah persahabatan. Meskipun, banyak yang bilang hubungan dua sahabat yang berlawan jenis selalu ada yang lebih.
Perubahan statuslah yang membuat semua berbeda. Suami-istri. Ya, mereka menikah. Namun, bukan karena cinta. Tapi, karena rasa nyaman dan selalu ingin bersama. Sesederhana itu alasan pernikahan mereka.
“Kini, kasusnya malah kebalikan. Mereka akan menikah dengan alasan logis dan cinta dinomorduakan. Namun, Halya percaya, jika dengan Raka, semua akan baik-baik saja.” – hlm. 246

Halya, seorang novelis sekaligus penerjemah yang bekerja di sebuah penerbit. Dia bersedia menikah dengan Raka, sahabatnya yang bekerja sebagai bankir.
“Atau, kalau sampai umur tiga puluh tahun dan masih sama-sama single, aku ngelamar kamu aja.” – Raka – hlm 3

Bagi Halya, cintanya hanya untuk Gilang. Dan, bagi Raka, setelah ditinggal menikah Rina – cinta pertamanya – wanita itu masih saja menempati hatinya. Tapi, saat Raka melamar Halya, Halya memutuskan untuk menerimanya, menerima sahabat terbaiknya untuk menjadi suaminya, meskipun dia tidak mencintainya.
“Karena pada akhirnya, cinta bukan lagi tentang uang, kedudukan, seks, fisik, atau apapun. Selama kamu nyaman as long as feel that ‘click’ with him, just go on.” – Angie – hlm. 189

Apakah pernikahan tanpa cinta ini bisa bertahan? Apalagi, Rina kembali muncul di hidup mereka. Dia sangat berharap bisa meraih cinta Raka yang dulu belum sempat dia gapai. Nostalgia romantis masa lalu tampak begitu mengikat Raka dan Rina.
Sedangkan Halya, dia belum bisa melepas Gilang begitu saja. Meskipun dia tahu kenyataan yang terjadi di antara mereka sudah tak memungkinkan lagi.
“Hal paling menyedihkan adalah ketika melihat sahabatmu masih berharap pada kekasih lamanya. Masih menunggu dan berharap kembali meski dia sudah berikrar akan setia kepadamu sehidup semati.” – hlm. 282
 
Coupl(ov)e, Novel pertama Rhein Fathia yang aku baca, dan ternyata aku sangat nyaman dengan gaya berceritanya.
Coupl(ov)e memang punya ide cerita yang sangat umum, persahabatan menjadi cinta, kemudian masa lalu. Namun, penulis menyajikannya dengan cara berbeda. Cinta bukan awal sebuah pernikahan. Tapi, pernikahan yang menjadi awal sebuah cinta. Ini seperti memberi petuah, kenapa harus takut menjalin hubungan yang tidak didasari cinta kalau perasaan nyaman sudah bisa kita rasakan?
“Pernikahan nggak hanya butuh cinta. Siapa tahu dengan adanya friendship, rasa itu akan tumbuh.” – Puput – hlm. 253

Alur novel ini menggunakan alur maju mundur, namun tempat dan tahun dituliskan di awal cerita yang memudahkan pembaca untuk langsung memahami perubahan waktu dan tempatnya.
Nah, saat perubahan waktu inilah penulis mengungkapkan setiap rahasia yang tersebunyi di bagian-bagian cerita.
Saat Prolog, kita bertemu Halya dan Raka saat masih SMA. Kemudian, cerita dibagi menjadi 4 bagian. Bagian pertama saat Raka dan Halya menjadi pengantin baru. Bagian ini membuatku geli. Karena menceritakan seberapa bingung mereka dengan status baru yang mereka sandang.
“Kamu tahu kenapa orang yang menikah selalu mendapat ucapan selamat menempuh hidup baru? Karena mereka harus meninggalkan sebagian orang-orang yang pernah mereka sayangi pada masa lalu.” – Rina – hlm. 265

Lalu, bagian kedua kita bertemu lagi saat Raka dan Halya SMA sampai lulus kuliah, kerja, dan jatuh cinta pada cinta masing-masing. Awalnya aku agak takut menghadapi bagian kedua ini. Karena, kesannya aku akan bertemu teenlit. Ternyata, tetap asyik kok. Kita jadi semakin mengenal tokoh-tokohnya.
Lalu, bagian  ketiga dimana Halya mengalami patah hati parah karena Gilang, sampai detik-detik pernikahan mereka. Kemudian, bagian keempat kembali menyambung kisah di bagian pertama dan the end.
Di bagian keempat aku dibuat geregetan sama Halya dan Raka. Dan, aku benar-benar kesal pada Rina. Ini cewek awalnya terkesan cewek baik-baik. Tapi, kenapa karena cinta dia berubah garang seperti ini.
“Salahkah aku ingin hidup bahagia dengan cinta sejatiku? I have lots of sweet memories with him.” – Rina – hlm. 303
“Dalam pernikahan, dibutuhkan cinta dan iman. Dua hal itu yang akan menjadi stimulasi agar rumah tangga tidak retak. Jika cinta diantara kamu dan Andi belum tumbuh, tak cukupkah iman menjadi penyangganya?” – Husna – hlm. 304

Menurutku, Rhein Fathia pintar banget memunculkan rasa penasaran pembaca. Dan, sangat cerdik memunculkan jawabannya di tempat-tempat yang tak diterduga. Inilah yang bikin novel Coupl(ov)e sangat seru dan nggak membosankan.
Namun, mbak satu ini sepertinya lupa Halya sudah bukan gadis lagi saat mengucapkan kata ganti Halya di halaman 350 paragraf dua.
Karakter Halya yang ramah, ceria, cerewet, namun sensitif dan suka sekali memendam isi hatinya sangat pas disandingkan dengan Raka yang cool, namun asyik, dan perhatian.
“Karena dalam hubungan serius akan ada saling menyakiti meski tanpa sengaja, juga air mata.” – Raka – hlm. 137

Munculnya tokoh Gamma dan Puput menjadikan novel ini semakin semarak. Dan, aku suka akhir kisah mereka berdua. Yah, aku sudah menebak mereka pasti seperti itu, tapi aku tetap terkejut saat itu terjadi.
Momen romantis yang dibikin penulis rasanya manis banget dan nggak pasaran. Contohnya momen saat Gilang melamar Halya, dan saat Gamma dan Puput ‘ehm…’.
Karakter Gilang ini tipe cowok keren yang digilai cewek. Meski fisiknya nggak banyak digambarkan, tapi dari cara dia bersikap pada Halya, siapa sih yang nggak meleleh. Gilang itu romantis banget.
“Makanya, aku buatkan gelang kaki ini sebagai simbol. Semoga kamu bisa menjadi jalan surga bagi anak-anakku nanti. Bukankah surga berada di telapak kaki ibu?” – Gilang – hlm. 221

Banyak hal yang aku dapat dari novel ini. Salah satunya sudah aku sebutkan di atas. Kenapa harus takut menjalin hubungan tanpa di dasari cinta jika kita sudah nyaman? Lalu, hal-hal lain dalam sebuah pernikahan seperti bagaimana kita memahami komitmen dalam sebuah pernikahan.
“…bahwa cinta yang menggebu itu hanya bertahan selama dua tahun dalam pernikahan. Selebihnya, tanggung jawab dan komitmen.” – Raka – hlm. 237

Rating novel ini 3,9 dari 5 bintang.

No comments:

Post a Comment