Penulis : Rhein Fathia
Penerbit : Bentang Pustaka
Genre : Roman, Fiksi
Kategori : Adult, Action
Terbit : 2015
Tebal : iv + 284 hlm
ISBN : 978 – 602 – 291 – 089 – 3
Harga : Rp. 54.000
“Boleh aku tahu kenapa kamu tidak mengajakku pulang dan malah
membawaku dalam petualangan ini?” – Kara
“Karena aku tidak yakin bisa bertemu denganmu lagi setelah
ini.” – Zeno – hlm.
113
Kara Arkana, tidak pernah
bermimpi, pertunangannya bisa menjadi sekacau ini. Dia harus melakoni peran
sebagai gadis yang dikejar-kejar preman bersama tunangannya, bahkan hampir
kehilangan nyawanya.
Kara benar-benar berharap
ini hanya mimpi. Tapi, ini memang bukan mimpi. Ada yang disembunyikan Zeno
darinya. Kara merasa tidak lagi mengenal tunangannya itu.
“Benar kata ayah, cinta bisa membuatmu melakukan apa pun,
termasuk melukai sosok yang kau cintai.” – Zeno – hlm. 129
Zeno yang dia kenal
adalah seorang arsitek, bukan seseorang dengan pekerjaan penuh bahaya dan sangat
fasih menggunakan senjata bahkan begitu lihai berkelahi dan menyamar.
Sejak dulu, setelah
ayahnya meninggal dalam tugas sebagai seorang Polisi, Kara bertekat tidak akan
menjalin hubungan, apalagi menikah dengan seseorang yang mempunyai profesi
berbahaya. Kenyataan seperti apa pekerjaan Zeno, membuat Kara ragu untuk
meneruskan hubungan mereka. Tapi, Kara sadar betul, dia sangat mencintai Zeno.
Dia tidak yakin bisa dengan mudah melupakannya.
“Menikah sekaligus menghabiskan seluruh hidupmu bersama sosok
yang kamu cintai dan balas mencintaimu sama besarnya. Apa yang lebih indah dari
itu?” – hlm. 41
Gloomy Gift, novel romance berbau action. Lumayan, nih ketemu novel
bernuansa beda begini. Berasa kayak nemu spaghetti setelah setiap hari makan
nasi pecel.
Sejak bab awal, novel ini
sudah menyajikan ketegangan. Berjalan terus ke belakang, aku kayak nonton film
action yang biasa diperankan Jet Li. Meskipun, aku merasa kurang banget bagian
action-nya. Kurang adegan perang-perangannya. Dan kurang detail penggambaran
baku hantamnya.
Novel ini menurutku juga
kekurangan adegan romantis, bahkan hampir nggak ada. Mungkin, karena situasi
yang mereka hadapi nggak memungkinkan untuk sayang-sayangan kali, ya? Lagian,
besok masih bisa hidup apa nggak aja, mereka nggak tahu, masak masih mau pasang
adegan romantis, sih? Cuma, kurang romantis itu berasa minum teh yang perlu
ditambah gula, setengah sedok aja deh, nggak apa-apa.
Karakter Zeno tanpa
digambarkan detail, aku sudah bisa membayangkan bagaimana tegap tubuhnya, sigap
sikapnya. Cowok kayak begini, kalau sudah cinta…waduh, matipun dia rela. Dan,
itu terbukti banget. Aduh, Zeno top dah.
Sedangkan karakter Kara,
awalnya aku menganggap dia cewek manja. Ternyata, dia ini cewek kuat, mandiri,
dan dia jauh dari kata manja. Aku berasa pengin ketawa pas bayangin Kara yang
pakai kebaya tapi bawahannya pake celana babydoll (bener, kan, ya?) Itu
bayangin aja udah norak banget.
Ngomongin SYL, aku suka
nama-nama para anggotanya, maksudku nama samarannya, Pollux, Auriga, Naos, dll.
Meskipun, mereka punya dua nama, aku tidak merasa bingung.
Alur, dan ceritanya sangat
rapi, bikin pembaca merasa nyaman dan nggak perlu banyak mikir. Konflik dengan
Lintang Samudra terasa pas dijadikan konflik utama yang memicu semua masalah.
Masa lalu Kara, tentang kematian Ayahnya, membuat kondisi dan situasi di dalam
cerita semakin semarak.
Untuk ending, aku sebal
sama endingnya. Tapi, nggak jadi sebal saat tahu ada lanjutan novel ini, maklum
deh akhirnya.
Rating untuk novel ini
2,8 dari 5 bintang.
No comments:
Post a Comment