Penerbit : Gagasmedia
Genre : Roman, Thriller, Fiksi
Kategori : Petualangan, Lokalitas
Terbit : 2015
Tebal : viii + 302 halaman
ISBN :979 – 780 – 792 – 4
Harga : Rp. 61.000
Ayuh tidak pernah
mengenal ayahnya. Namun, dari buku peninggalan ayahnya, Ayuh tahu sang ayah sangat
mencintai ibunya.
Ayuh kembali ke Lokasado
karena sang ibu sakit parah, dan akhirnya ibu Ayuh meninggal dunia. Ayuh berencana
akan segera kembali ke Jakarta. Namun, banyak hal yang seperti mengikatnya
untuk tetap di Loksado. Tentang mimpi-mimpinya, tentang petualangan di hutan
bersama teman masa kecilnya dan Radam. Juga kenyataan yang dia temukan di
bagian lain hutan, sebuah pertambangan Ilegal yang siap menghancurkan tanah
kelahirannya.
Bertemu Ranti – cinta masa
kecilnya – membuat hati Ayuh goyah. Namun, dia tak pernah lupa, di Jakarta ada
Alia yang menunggunya pulang.
Ayuh merasa, dua
perempuan itu saling melengkapi, dan akan sangat indah jika mereka berdua
bersatu. Dia sadar, ini tak akan bisa terwujud. Harus ada satu hati yang
dipilihnya. Siapa? Dan, mampukan Ayuh menyelamatkan tanah kelahirannya dari
kerusakan?
“Dalam kehidupan, hanya ada dua cara
menunggu takdir, Ayuh; pasrah atau berusaha. Kalau pasrah, maka tadir yang
datang seperti lempung yang dibentuk Tuhan sekehendak-Nya tanpa ada campur
tangan kita. Sedangkan kalau kita berusaha, maka kita telah ikut campur tangan
dengan lempung yang di bentuk Tuhan itu, meskipun hasilnya bisa saja juga tidak
sesuai keinginan kita. Tapi, setidaknya kita telah berusaha, bukan?” – Amang Dulalin – hlm. 149
Catatan Ayah tentang Cintanya kepada Ibu, menurutku lebih dari sekedar novel
yang bercerita tentang cinta. Dengan cerdik, penulis menuturkan kebudayaan
Dayak dan keindahan alam Loksado, Pedalaman Kalimatan yang indah sekali. Juga
terselip genre thriller dan petualangan.
Cerita dikisahkan oleh
Ayuh. Dia seorang penulis yang lahir dari tanah Loksado, namun dia lebih
memilih Jakarta sebagai tempat dia tinggal. Karena ibunya yang sakit, Ayuh
pulang kembali ke kampungnya.
Saat itulah Amang Dulalin
– Paman Ayuh – memberi dia buku harian ayahnya. Dari buku itu, kita akan
sedikit mengenal Genta – ayah Ayuh.
Menurutku, Ayuh ini bukan
tipe pria setia. Di Jakarta dia punya Alia, namun saat bertemu Ranti – cinta
masa kecilnya – dia masih bisa terlena begitu dalam. Mungkin, penulis ingin
mengisahkan tokoh utama yang tidak sempurna, dan dia cukup berhasil.
Kenyataan tentang
kemampuan Ayuh sebagai keturunan Balian makin membuat novel ini menarik. Dan petualangan
mereka bersama Radam mencari anggek di pedalaman hutan Kalimantan, membuat
cerita makin seru. Apalagi, ada konflik masyarakat dengan petambang illegal bikin
novel ini punya bagian menarik yang rugi untuk tidak dituntaskan.
Di novel ini, aku malah
tertarik dengan kisah Amang Dulalin yang jatuh cinta pada Anna, seorang perempuan
asal Amerika yang pernah melakukan penelitian di Loksado. Kemudian, kisahnya
berlanjut sampai ke Benua Amerika.
Kisah cinta Ayuh sendiri
malah membuat novel ini kehilangan beberapa poin. Aku merasa, kisah cinta Ayuh
sangat tidak menarik.
Ending novel ini
menggantung. Sepertinya, penulis masih ingin meneruskan kisahnya. Dan,
sebenarnya novel ini adalah sekuel dari Lampau. Aku belum membaca Lampau, namun
tak ada bagian yang terasa hilang meskipun belum membacanya.
Rating 2,5 dari 5
bintang.
No comments:
Post a Comment