Monday, June 17, 2013

Flash Fiction - PANGGUNG CINTA SANG PENARI



Flash Fiction ini untuk
diikut sertakan di Giveaway Novel
 
 Aku sudah beranjak dari dudukku sesaat setelah sang penari itu meninggalkan panggungnya.

Ndoro!” suara pelayanku tak lagi kuhiraukan.
“Gayatri!” panggilku.
Ndoro Agung?!” sang penari itu terlihat terkejut melihatku.
Hatiku sakit mendengar sebuatan dia untukku.
Ndoro, maafkan saya! Tolong lepaskan saya, nggak enak dilihat orang!” dia berusaha melepaskan genggaman tanganku.
“Kau pikir aku akan membiarkanmu pergi lagi? Tidak akan!” suaraku meninggi.
“Nanti kalau ibu ndoro lihat bagaimana?” dia terlihat was-was.
“Biar saja ibuku tahu!” jawabku sambil menyeretnya pergi dari tempat itu.
Ndoro, kemana ndoro mau bawa saya?” dia terlihat takut, tapi aku tak perduli.
***
Senja sore langit Yogyakarta beranjak menuju pusaka raya bersama gemuruh dadaku yang tak kunjung mereda.
“Kenapa kau pergi?” tanyaku lirih.
“Karena saya nggak pantas untuk Ndoro.” Aku tersenyum masam. “Maaf , saya sudah menikah sekarang,” lanjutnya, membuat harapan terakhirku runtuh seketika.
“Kau menikah?” Dia tertunduk, “Kau membuatku jatuh cinta untuk pertama kalinya, tapi kau juga yang menghancurkannya! Kenapa?” suaraku meninggi.
“Karena saya nggak pantas untuk Ndoro!” masih dengan jawaban yang sama.
“KAU PIKIR AKU PEDULI!” aku benar-benar murka. Dia berlutut di kakiku dan menangis.
Aku terpejam, aku benar-benar tak tahu lagi untuk apa aku hidup sekarang.

__________________
Kalau denger nama Kota Beijing yang terlintas di benakku adalah film Kabut Cinta, Tembok Cina, dan Bao Chun Lei pebulu tangkis kesukaan adikku
Twitter : @dianputuamijaya
FB      : Dian Putu
 

No comments:

Post a Comment