Flash Fiction ini untuk
diikut sertakan di Giveaway Novel
Entah berapa lama aku
duduk di sudut paling menyenangkan untukmu di kedai kopi favoritmu. Kau tahu
apa yang aku lakukan? Menikmati Cappuccino
dan mengenang rasa kopi dalam cinta kita. Begitu pahit, dan manis yang samar,
sama seperti katamu.
Yah, aku masih
mengingat kata-kata manismu dua tahun yang lalu. Pertama kalinya kita berkencan
sebagai sepasang kekasih.
“Kamu tahu apa bedanya
cinta kamu sama kopi ini?” aku hanya menggeleng, tak ada ide untuk menjawabnya.
“Perbedaannya, segelas
kopi sehari hari cukup untukku. Tapi, aku tak bisa sedetik saja tanpa cintamu,”
kau menatapku penuh puja, membuatku tertunduk begitu saja. “Ternyata cintamu lebih adiktif dari pada kopi,” kali ini tawamu bergulir. Membuatku
semakin merona.
Tapi, dua bulan lalu
semua sudah berubah. Mungkin, kau menggap cintaku tak seadiktif dulu.
“Aku tahu, cinta kita
memang senikmat kopi. Tapi, ternyata semakin disesap, semakin terasa pahit,
dan manisnya hanya samar-samar saja.
Sama seperti cinta kita,” katamu.
“Sekarang aku
menginginkan rasa yang lain Alice, rasa manis yang lebih pekat dari pada rasa pahitnya.
Jadi, kita akhiri saja semua ini.” Kau menatapku dengan mata sendu. Kau membuatku
tak mampu lagi berkata-kata. Dan semua berakhir begitu saja. Seperti rasa kopi
yang selesai saat kopi itu telah tandas.
__________________
Kalau denger nama
Kota Beijing yang terlintas di benakku adalah Negara Cina, Kota terpadat penduduknya, Kota terlarang
Twitter : @dianputuamijaya
FB : dian putu
Semoga bisa menang ya mbak :)
ReplyDeleteAmin...amin...amin! Makasih! :D
Delete