Penulis : Nina Ardianti
Penerbit : GagasMedia
Tahun Terbit : 2013
Halaman : x + 446 hlm
Harga : Rp. 55.000
ISBN : 979-780-631-6
Bayangkan, jika kamu merasa kamu sudah menganggap pilihan
kamu adalah 99% benar. Dan, ternyata semua itu salah. Kebenaran itu adalah
kesalahan mutlak yang sekarang menghancurkanmu. Bagaimana kamu menghadapi
hidupmu kemudian?
“─Karena satu-satunya cara untuk mengetahui bahwa hal tersebut merupakan
kesalahan adalah dengan membuat kesalahan itu terjadi.” –Aulia– hal. 49
Itulah yang dirasakan Syiana. Dia mendapati kekasihnya
selingkuh dan harus menerima kenyataan bahwa kekasihnya adalah kesalahan
terbesar dalam hidupnya. Dan, kesalahan itu benar-benar terjadi, kemudian
memutar balikkan roda hidupnya.
“Semakin kita tua dan dewasa, kita belajar bahwa orang
yang seharusnya nggak membuat kalian jatuh, mungkin di luar ekspektasi akan
melakukan hal-hal yang menyakiti kita.” −Ayah Edyta− hal . 405
Satu-satunya hal yang bisa dilakukan Syiana adalah lari
sejauh mungkin dari jangkauan mantan kekasihnya. Ternyata, sejauh apapun dia
lari, dia masih tetap bertemu dengannya. Alhasil, Syiana semakin berjalan jauh
dan menghidar sebisanya.
“Seandainya saja mematikan perasaan bisa semudah
mematikan sambungan telepon, hidupku pasti akan jauh lebih mudah.” −Syiana− hal. 156
Saat itu, memang benar dia berhasil menghilang. Namun, dia
bertemu satu lagi manusia yang kemudian membuat hidup Syiana seperti terapung
di tengah laut dengan ombak yang mengguncangkan kapalnya hingga hampir
membuatnya tenggelam.
Fedrian Arsjad, cowok selebrita yang penuh pesona dengan
senyum asimetris yang dipenuhi aura gelap, tapi benar-benar seksi. Cowok yang
selalu membuat Syiana selalu merasakan medan perang jika di dekatnya. Dan,
cowok yang membuat Syiana perlahan melupakan patah hati dari mantan kekasihnya.
Tapi, apa yang terjadi jika cowok itu akhirnya malah
membuatnya takut dan berusaha lari sejauh mungkin darinya karena dia tak ingin
patah hati lagi. Dia merasa tak percaya seorang selebriti seperti Fedrian bisa
hidup dengannya saja. Padahal, banyak wanita di atas levelnya yang bersedia
memberikan seluruh cinta padanya. Intinya, Syina tak bisa percaya pada Fedrian.
Bagiku, Restart adalah salah satu novel yang hampir mendekati
kata sempurna. Aku menyukainya dari awal sampai akhir ceritanya. Aku menikmati
setiap intriknya, dan aku menyukai setiap pilihan diksinya. Lalu, akhirnya aku
mencantumkan penulisnya sebagai penulis favoritku.
Yang jadi hal paling istimewa di novel ini adalah bagaimana
cara penulisnya membuat novel ini tak pernah terasa membosankan sama sekali.
Memang temanya ‘ya, cuma begitu’,
tapi konflik yang dibangun, tokohnya, karakternya, penyelesaian masalah,
dialognya, settingnya bahkan adegan-adegannya benar-benar bikin geregetan.
Semua hampir sempurna.
Penulis benar-benar mampu menyampaikan rasa putus asanya
Syiana saat patah hati dan saat menghadapi Fedrian. Dan, Fedrian benar-benar
terasa menjengkelkan sekaligus memukau dengan bersamaan.
“Untuk orang yang berani menghadapi stranger dan melemparkan segelas bir ke muka mereka, di negara orang pula.
Sekarang elo takut menghadapi gue yang bukan stranger karena kita pernah ketemu sebelumnya. Kalo lo berani konfrontasi stranger di negara orang, kenapa sekarang lo
kelihatan takut padahal hanya sekedar makan siang di tempat yang jaraknya nggak
sampai satu kilo meter dari kantor lo?” −Ferdian− hal. 129
Kisah mereka pun terkesan sangat alami. Aku tak menangkap
kejangkalan sedikitpun. Kayak penulisnya itu benar-benar seorang anggota band
dan seorang banker. Dia tahu betul seluk beluk banker, dan dia sangat fasih
bagaimana hidup seorang selebriti. Oh, ya, dia kayaknya juga tahu betul rasanya
jadi orang spesial seorang artis.
Intinya, novel ini meminta kita untuk memaafkan diri sendiri lebih
dulu sebelum melangkah meninggalkan kenangan agar kenangan itu tak membuat
trauma di hidup kita selanjutnya.
No comments:
Post a Comment