Penulis :
Indah Hanaco
Penerbit :
Bentang Pustaka
Tahun : Juni
2013
Halaman : vi
+ 262 hlm
ISBN : 978 –
602 – 7888 – 47 – 0
Harga : Rp.
45.000
Cinta
punya banyak pilihan rasa yang bisa ditawarkan hati untuk para pelakunya. Jadi,
jika kamu merasakan cinta rasa kopi yang terasa pekat pahitnya, itu salah
pelakunya, bukan salah cinta. Namun, kali ini cinta yang akan kita cicipi punya
rasa yang berbeda dengan aroma yang berbeda pula.
Vanila,
rasa cinta yang menenangkan dengan aroma yang selalu menyeimbangkan semua rasa
dalam hati manusia.
“Vanila tidak pernah memiliki beragam rasa
dan aroma. Vanila setia pada rasa dan aromanya sendiri yang istimewa.” Hal.
53
Hugo
Ishmael, dia terlalu kecewa karena pertunangannya dengan kekasihnya, Farah
tiba-tiba dibatalkan oleh gadis itu. Rasa patah hati membuatnya pergi jauh ke
Bristol. Di sanalah dia berusaha menyembuhkan patah hatinya, dan setelah lima
tahun berlalu dia kembali lagi ke Indonesia, sekalipun dia belum yakin kalau
patah hatinya benar-benar sudah berhasil dia sembuhkan.
Saat
dia menata hidupnya di Indonesia, dia kembali bertemu Dominique Vanila, gadis
yang ditemui Hugo lima tahun lalu saat dia baru saja memutuskan jalinan asmaranya
dengan Farah. Gadis yang membuatnya harus terperanjak kaget karena mendapat
perlakuan kasar akibat kesembronoan dan kekurangajarannya.
Lima
tahun tidak membuat Hugo lupa akan wajah itu, dengan kejadian itu, dan dengan
lamaran itu. Dan, dipertemuannya yang pertama, dia langsung membuat Domi merasa
terkejut sekaligus marah padanya.
“Dominique,” ejanya pelan. “Apa kamu
mau menikah denganku?”
Hugo hal. 5
Perlahan,
sekarang Hugo menyadari dalam hatinya Farah tak punya tempat sedikitpun. Tempat
itu mutlak telah dikuasai satu nama, Dominique. Tapi, Domi selalu menolak cinta
itu, karena baginya ada satu nama yang belum bisa dia hapus, Jerry. Sekalipun
hati Jerry hanya untuk sahabat Domi, Inggrit.
Novel
ini adalah novel yang bercerita tentang patah hati dan perjuangan
menaklukannya. Dia juga bercerita tentang cinta pada pandangan pertama ketika
menatap seseorang dan perjuangan yang
harus dia tempuh untuk mendapatkan cinta itu.
“Hal yang perlu kamu
lakukan adalah mengikuti kata hati dan perasaanmu. Sementara aku, beri
kesempatan bagiku untuk memulihkan diri. Ini justru kian menyadarkanku, bahwa
urusan cinta dan hati itu tidak bisa dipaksakan atau diprediksi.” ─Dominique─ hal. 81
The
Vanilla Heart tergolong punya alur yang lambat, sangat lambat apalagi saat di
bagian awal, ini dikarenakan banyak adegan yang menurutku tidak perlu, emosi
yang dibangun kurang tersampaikan, karakter tokohnya juga sulit untuk aku
tangkap, dan terkesan datar sekalipun penulis sudah memunculkan konflik dan kejutan
yang membuat aku pribadi kaget.
Untung
saja, menginjak halaman 70 aku mulai menikmati alurnya yang sedikit lebih
cepat. Karakter setiap tokohnya juga mulai tersampaikan, emosi dan kejutannya
sudah sangat memikat. Dan, aku mulai menaruh
simpati pada Hugo yang manis. Sekalipun aku tidak suka dengan panggilan sayang
Hugo untuk Dominique, Domino.
Konfilknya
juga mulai fokus, membuat aku dengan mudah mengikuti setiap liukan dan tanjakan
yang dibuat penulis. Aku juga menyukai diksi yang dipilih penulis. Aku juga
suka kutipan-kutipan yang disematkan di awal dan akhir bab, membuat novel ini
terasa sangat manis dan beraroma Vanila. Untuk endingnya, aku tidak terlalu
bermasalah, karena novel ini tetap di tutup dengan konflik sekaligus
penyelesaian yang manis.
Hasilnya,
aku tak berhenti membaca karena aku mulai menggemari rasa yang di tawarkan
novel ini, Vanila yang menenangkan namun membuat ketagihan.
Novel ini
sangat aku rekomendasikan bagi penyuka novel romance yang sangat suka dengan
diksi yang cantik dengan narasi lembut dan cerita yang menurutku kalem ala es
krim rasa vanila.
Rating
untuk novel ini, 3 dari 5 bintang.
No comments:
Post a Comment