Friday, March 21, 2014

Resensi – PINK PROJECT “Kucari Dirimu”


Penulis : Retni S.B
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Juli 2009
Tebal : 264 hlm
Genre : Metropop
ISBN : 978 – 979 – 22 – 4771 – 8
Harga : Rp. 40.000
Puti Ranin, cewek yang dongkol setengah mati gara-gara artikelnya yang dimuat di surat kabar yang berisi tentang kekaguman Puti terhadap lukisan karya Pring mendapatkan artikel balasan dari kritikus seni bernama Sangga Lazuardi.
“Dalam artikel itu penulis jelas-jelas menyebut bahwa Puti Ranin adalah seorang tanpa pengetahuan memadai tapi berani memberi penilaian. Plus embel-embel tak sopan seperti kalimat katak dalam tempurung yang mencoba berceloteh tentang dunia!” Hlm. 5

Kedongkolannya lah yang akhirnya membuat dia menghadiri sebuah Talk Show yang salah satu pembicaranya adalah Sangga Lazuardi. Puti benar-benar penasaran seperti apa tampang cowok sombong, otoriter, eksklusifistis, anarkis itu. Dan, di sanalah mereka pertama kali berkenalan. Namun, Sangga belum menyadari bahwa Puti yang baru saja berjabat tangan dengannya adalah Puti yang dia hina di surat kabar. Dan di pertemuan kedua, Puti akhirnya terang-terangan memperlihatkan sikap tak senangnya pada Sangga.
Bukannya Sangga merasa bersalah, dia malah sangat senang, karena rencananya berhasil. Yep, artikel balasan Sangga beberapa waktu lalu itu memang dimaksudkan untuk memancing Puti Ranin keluar. Sehingga, Sangga bisa tahu seperti apa sosok pengagum Pring, sobatnya.
Setelah itu, Pink Project dimulai. Maksudnya, Sangga ingin menjodohkan Puti Raning dengan Pring. Dia ingin sahabatnya ini merasakan sebuah cinta yang tulus. Namun, perlahan Sangga menyadari bahwa dia punya perasaan spesial untuk Puti.
Bagaimana ini? Padahal niat awalnya Sangga ingin Puti bersama Pring. Apakah dia tega merebut wanita yang sudah membuat sahabatnya itu jatuh cinta? Atau Sangga akhirnya mengalah dan melupakan Puti Ranin?

Aku ngotot nyari novel langka ini, sampai-sampai ngubek-ubek semua Online Shop di internet gara-gara Bang Ijul FiksiMetropop bilang novel ini bagus. Syukurlah, aku bisa mendapatkannya meski barangnya second dan kertasnya udah kuning. Tapi, kondisi masih oke punya. Dan, aku sependapat sama Bang Ijul, novel ini memang bagus dan punya daya sedot tinggi.
Yang paling bikin aku jatuh cinta jelas karakter Sangga. Si cowok bermulut pedas yang paling bisa banget bikin Puti tersulut emosinya ini ternyata begitu so sweet saat menunjukkan cintanya pada Puti, bahkan aku suka caranya memaksa Puti untuk menerimanya lamarannya.
Aku juga sempat salah faham sama Sangga, aku pikir dia hanya sekedar pengamat dan kritikus lukisan. Ternyata dia terlahir sebagai seorang berotak cukup encer, karena saat dia kuliah, dia mengambil arsitektur dan seni rupa sekaligus. Bahkan, Sangga itu bukan cowok kere, dia ternyata kaya dan mapan.
“Dan Sangga itu bukan kritikus ala kadarnya lho, Put! Dia punya tiga galeri, di Jakarta, Bali, dan Yogya. Pikirmu, siapa pemilik Galeri Wolu? Ya si Sangga kampretmu ini…. Kamu pasti lebih kaget lagi. Mau tahu, nggak? Ternyata… dia itu petani sekaligus tauke tembakau di Temanggung sana!” Ina – Hlm. 212-123

Sedangkan  Puti sendiri menurutku bukan tipe pemarah. Dia terkesan ceria dan jahil. Tapi, khusus sama Sangga, dia jadi cewek jutek dan pemarah. Woooaa....
Sedangkan karakter Ina sobat Puti dan rekan bisnis dalam menjalankan bisnis toko bukunya ini agak punya karakter plin plan. Awalnya Ina dijelaskan sebagai cewek serius yang selalu berfikiran teratur. Tapi, nggak ada angin, nggak hujan dia bisa berpindah ke lain hati dan memutuskan pertunangannya. Gila ini orang!
Dan Pring, cowok misterius yang dikenal Puti lewat lukisannya ini sejak awal tidak muncul secara nyata. Dia lebih sering berinteraksi lewat dunia maya dengan Puti. Dan, senang sekali saat Pring muncul secara nyata di pameran lukisannya.
“Makasih, Puti, untuk segalanya.”
“Makasih,Pring, untuk misterimu.” Hlm. 177

Aku juga suka cara bercerita Mbak Retni, nyastra namun masih enak dinikmati. Alurnya juga ngalir dan aku sering tergelak saat Puti bercanda dengan adiknya, Imo. Menurutku, Imo itu cewek ajaib dan menyenangkan. Satu lagi yang aku suka, panggilan Kampret untuk Sangga itu lucu banget, bikin gemes sendiri.
“Nilai sepuluh akan membuatmu nggak manusiawi. Kalau kamu sampai punya nilai sepuluh, kamu justru akan sengsara. Kamu akan mencari malaikat untuk dicintai. Padahal, mana mau malaikat mencintai manusia, kan?” – Pring – Hlm. 175

Kayaknya Mbak Retni ini juga pinter mendiskripsikan sesuatu. Karena lukisan-lukisan yang dilihat Puti pun bisa dia jelaskan sampai-sampai aku bisa membayangkan seperti apa bentuk lukisan itu.
Soal cover, menurutku covernya cantik. Warnanya pink nggak norak. Yang jelas, covernya menggambarkan seni sesuai apa yang menjadi bagian cukup besar di novel ini.
Untuk typo, memang ada beberapa. Tapi, aku nggak terlalu menghiraukan karena novel ini hampir keseluruhannya aku suka.
Dan untuk ratingnya aku kasih 3,7 dari 5 bintang.

Tulisan ini diikutkan dalam Indonesian Romance Reading Challenge 2014

No comments:

Post a Comment