Penulis : Ika Natassa
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : September 2011 (Cetakan
Kedua)
Tebal : 344 hlm
Genre : Metropop
ISBN : 978 – 979 – 22 7439 – 4
Harga : Rp. 48.000
“Kegantengan gue ini mungkin nggak
mempan di elo, tapi setidaknya gue masih jadi satu-satunya laki-laki yang
selalu bisa membuat elo tertawa.” – Harris Risjad – hlm. 34
Hanya itu yang bisa
Harris lakukan untuk menyalurkan rasa cinta terbesarnya untuk Keara, cewek satu
kantornya sekaligus best friend-nya,
yang selalu dia panggil ‘cinta gue itu’ meski cuma dalam hati.
Diam-diam, Harris
menyesali harus terperangkap dalam Friend
zone dengan Keara. Karena itulah sebab terbesar dia nggak bisa mengejar
Keara seperti dia biasa mengejar cewek yang diinginkannya. Atau melakukan semua
trik-trik yang biasa dia lakukan kepada semua cewek untuk meluluh lantahkan
para korbannya. Keara itu berbeda, sangat berbeda. Keara adalah satu-satunya
cewek yang nggak mempan sama pesonanya.
Sedangkan Keara,
diam-diam dia memendam cintanya pada sahabat baiknya yang lain selain Harris,
Ruly. Dia sudah membuatnya tertarik saat pertama kali dia memanggil namanya di
hari pertama kerjanya. Keara tahu, Ruly cuma cinta mati sama sahabatnya juga,
Denise. Sayangnya, keadaan Denise yang sudah menjadi istri orang, tak membuat
cinta Ruly pada Denise menghilang.
Keara mati-matian
membuang Ruly dari otaknya dengan berbagai cara, mulai shopping gila-gilaan, memotret yang adalah passion-nya, sampai melakukan sebuah permainan gila dengan Panji.
Dia tak ada rasa dengan Panji. Panji hanya salah satu alat untuk membuatnya tak
memikirkan Ruly.
“Dengan Panji, aku menenggelamkan
diri dalam permainan yang selalu bisa kukendalikan dengan laki-laki
menyenangkan yang tidak pernah membuatku berfikir. Dengan Ruly? Aku dipaksa
memainkan permainan yang tidak mungkin kumenangkan karena aku bermain melawan
diriku sendiri.” –
Keara Tedjasukmana – hlm. 118
Masalah Keara bertambah
satu lagi saat dia terbangun di tempat tidur Harris dan menyadari apa yang
sudah terjadi di antara mereka. Sebuah kejadian yang di awali dari sebuah
ciuman yang diminta Keara pada Harris karena otak Keara yang udah blank gara-gara membayangkan Ruly
bersama Denise.
Kemudian, persahabatan
mereka berakhir. Nggak ada lagi acara makan bubur bersama di pagi hari sebelum
masuk kantor, nggak ada lagi telepon tengah malam yang minta Harris menemani
Keara, nggak ada lagi guyonan Harris yang selalu berhasil membuat Keara
terbahak dan melupakan rasa pedihnya saat mengingat Ruly.
“Saat aku ingin menghapus malam
keparat antara aku dan Harris waktu itu, aku tidak tahu bagaimana caranya
kecuali menghapus Harris sekalian. – Keara Tedjasukmana – hlm. 118
Yang merasakan kesedihan
paling parah dari bubar jalannya persahabatan mereka adalah Harris. Apalagi
saat Harris tahu dengan siapa Keara berkencan setelah mereka nggak lagi
sahabatan. Dengan Panji, teman gila-gilaan Harris yang punya hobi sama
hancurnya dengan dirinya.
Sama seperti Keara,
Harris lari ke pelukan para wanita-wanitanya dan mulai merokok lagi. Dengan
satu tujuan, melupakan rasa sakitnya karena dicampakkan Keara.
Masalah lain muncul saat
Keara harus satu tim dengan Ruly. Dia yang sudah mulai bisa menggeser Ruly dari
fikirannya, malah makin dekat dengannya. Apalagi, saat itu Ruly merasa dia
mulai mengagumi Keara. Dan, dari Keara ‘lah Ruly bisa terlepas dari bayangan
Denise walau untuk sesaat.
“Tapi sejujurnya di dalam hati aku mulai
menikmati kecanggungan ini, karena kecanggungan tidak pernah ada di antara dua
orang yang tidak pernah ada apa-apanya.” – Keara Tedjasukmana – hlm. 317
Lalu, dengan siapa Keara
akhirnya? Harris yang selalu membuatnya tertawa? Kembali lagi dengan Panji yang
berhasil menjadikannya wanita paling diinginkan? Atau malah dengan cinta
matinya, Ruly yang mulai ada di setiap hari-harinya?
Antologi Rasa, sebuah
novel yang punya kisah cinta seruet benang wol, yang cover-nya gambar jantung yang lebih cocok untuk cover buku kedokteran atau buku biologi dari
pada buku tentang cinta.
Oh, God! Masih banyak desain cover
yang lebih good looking dari pada
ini. Ckckck… sorry, sebelum aku
memuja-muja buku ini, aku mau menghina-ginanya dulu. Ya itu, cover-nya itu. Daaannn… parahnya, cover barunya tak lebih baik dari cover lamanya. Putih dengan tulisan
kecil dan lagi-lagi gambar jantung yang kalau dilihat – tetep – lebih mirip buku anak kuliahan kedokteran atau apoteker dari pada novel.
Cover Baru Novel Antologi Rasa |
Stop it!
Antologi Rasa, di luar
dari masalah cover─plotnya, karakternya, gaya berceritanya, penggambaran setting
dan rasa yang diusungnya, overall
cukup mendekati sempurna.
Dan aku akhirnya
mengesahkan diriku sebagai salah satu pemuja Ika Natassa, yang berarti, aku
harus mengejar novel-novelnya juga. Yeah, saat ini aku baru dapat dua bukunya,
satu hadiah dari kuis (Antologi Rasa), dan satu beli second (Divortiare).
Tadi aku bilang, semua
unsur dalam novel ini, kecuali cover,
adalah bernilai hampir sempurna. Karena aku suka semua karakter di novel ini,
kecuali Denise dan Kemal. I don’t know
kenapa aku nggak suka sama mereka. Mungkin nggak terlalu kenal, karena penulis
cuma memuat si Denise dan Kemal saat Ruly mulai memuja-muja Denise, atau Keara
yang tersakiti saat melihat Ruly yang cinta mati sama Denise, dan atau saat si
Harris mulai menyuarakan suara hatinya saat dia mulai nggak tahan melihat Keara
terluka saat melihat Ruly yang nggak bisa berpaling dari Denise.
Novel ini bak ajang
pemilihan cowok terbaik untuk dinobatkan sebagai cowok paling cocok dijadikan suami.
Kenapa? Karena semua karakter cowoknya keren gila, kecuali si Kemal.
Mulai dari Harris Risjad
yang aslinya PK (Penjahat Kelamin) bisa begitu takluk sama Keara. Sampa-sampai
dia mau mengorbankan apapun hanya untuk Keara. Perlakuan si Risjad ini emang cool banget. Kalau aku jadi Keara,
mungkin aku akan jadi cewek beruntung yang punya temen kayak dia. I wish, meski aku juga punya dua sahabat
cowok yang emang nggak se-cool
Risjad, tapi cukuplah. Mereka bisa diandalkan.
Ruly Walantaga, cowok
soleh, nggak minum, baik buanget, hobi main bola, dan cowok yang dicintai Keara
sampai mati. Ruly ini emang cowok idaman semua perempuan. Tapi, siapa coba yang
bisa hidup sama cowok yang tetep cinta mati sama cewek yang dia taksir
habis-habisan meski cewek itu udah merrid
sama orang lain, meski dia sudah sama cewek lain? Kalau aku sih pilih melarikan
diri jauh-jauh dari Ruly, karena cowok kayak dia sulit diharapkan buat mencintai
kita sepenuhnya. Ya, kan?
Dan, si Panji Wardhana,
salah satu PK juga, yang ternyata jadi insaf gara-gara jatuh cinta sama Keara.
Ya ampun, bayangin deh jalan sama cowok sekeren, sekaya, se-so sweet si Panji ini. Aduh, pastinya
nggak bakalan nahan, deh. Nggak janji buat nggak khilaf.
Sekarang tentang Dinda,
sahabat baik Keara di luar kantor. Dinda ini adalah cewek bitch yang beruntungnya minta ampun karena menikah dengan Panca
Wardhana yang setia, kaya dan cinta sama dia.
Aku suka cara cewek ini
saat menjadi bagian peramai suasana. Caranya ngeledek Keara, caranya mencari
tahu seberapa jauh hubungannya dengan si adik iparnya (Panji, maksudnya), cara
dia membuat Keara menyadari hal-hal tertentu dalam hidupnya, dan cara Dinda
mencoba memancing Keara untuk memahami isi hatinya sendiri, itu beneran asik
banget. Dinda itu tipe temen nyenengin meski kadang jadi salah satu bagian yang
membuat kita ikut terseret ke neraka bersamanya.
Terakhir si Keara, si
cewek yang sebelas dua belas sama Dinda, si tokoh utama. Dia emang cewek bitch, yang hidupnya glammor, yang punya hidup cukup bebas
seperti para wanita di luar negeri, yang nggak masalah berhubungan sama cowok
yang adalah pacarnya atau bahkan bukan pacarnya dengan keintiman di atas
rata-rata. Tapi, ingat sisi lain Keara. Dia juga punya cinta yang nggak dia
kasih buat sembarangan cowok. Buktinya, dia bisa cinta mati sama Ruly.
“Yang gue suka dari Keara adalah
perempuan satu ini sangat unpredictable. Gue selalu bilang
dia itu versi perempuannya Harris. Sama sintingnya.” – Ruly Walantaga –
hlm. 144
Yang bikin rasa novel ini
sukses mempengaruhiku, mungkin karena pemilihan sudut pandangnya, POV 1 yang
nggak cuma dari Keara, tapi dari Harris, Ruly, bahkan ada part dari panji juga.
Cara berceritanya
berhasil menunjukkan karakter masing-masing. Jelas nggak semua penulis bisa
sukses membawakan POV 1 dari empat tokoh yang berbeda dalam satu buku. Keren
banget!
Dan tema besar dari novel
ini, “cinta bertepuk sebelah tangan, yang saling silang, yang sama-sama mencari
jawaban” emang terkesan biasa, ya? Tapi, Antologi Rasa mengemasnya sangat
menarik. Dengan dunia kerja sebagai bankir, aku jadi tahu, nggak enaknya kerja
di bidang ini dan seberapa besar tuntutan profesi yang harus ditanggung.
Sampai-sampai si Ruly yang jabatannya cukup tinggi dengan gaji puluhan juta,
bisa menyebut dirinya kacung kamret.
Bagian yang aku suka dari
novel ini adalah saat Keara menjelaskan kenapa dia suka fotografi, lalu saat
Ruly menjelaskan kenapa dia cinta sama sepak bola, tapi kenapa dia nggak pilih
jadi pemain sepak bola aja, padahal skill main bolanya jago banget. Dan banyak
bagian lain yang nggak kalah keren, kayak waktu Keara yang tidur di perut Harris
waktu di lapangan rumput Padang Stage, Singapura, a saat Ruly yang nolongin
Keara pas mabuk laut di Bali.
Lalu, ending-nya. Well, ini ending nggak
tahu deh masuk ending model sad atau happy. Aku nggak mau cerita kenapa, baca sendiri saja. Tapi, aku
suka model ending kayak gini. Emang
gantung, tapi model kayak gini malah bikin pembaca kayak aku berimajinasi
lebih, meski nggak bisa membuatku puas dengan jawaban yang udah pasti kayak
ngitung soal matematika.
Satu lagi makna novel ini
buat aku, yaitu dia bikin aku sadar, nggak selamanya cowok playboy itu jadi playboy
terus. Mungkin–mungkin, ya? Karena nggak semua cowok playboy sama–bisa cuma hidup dengan satu cewek disaat dia
benar-benar jatuh cinta setengah mati sama cewek itu. Contohnya, Harris dan
Panji.
“Setiap laki-laki, betapapun brengseknya, betapapun sudah
tidak terhitung lagi berapa perempuan yang sudah ditiduri, seperti gue ini,
pasti punya perempuan yang dia anggap sebagai gunung Everest-nya. The one he really wants to climb.” – Harris Risjad – hlm. 154
Akhirnya, karena terlalu
banyak yang bagus di novel ini, aku dipaksa untuk memberikan nilai 4,7 dari 5
bintang. Kalau aja covernya lebih keren, aku kasih 4,9 deh!
Tulisan ini diikutsertakan dalam Indonesian Romance Reading Challenge
heyyy kaka, mampir yu ke mari http://katapai.blogspot.com
ReplyDeleteFahri : Oke, terima kasih udah mampir
ReplyDelete