Penulis : Clara Canceriana
Penerbit : Gagasmedia
Genre : Young Adult
Terbit : 2010 (Cetakan Pertama)
Tebal : vi + 342 hlm
ISBN : 979 – 780 – 409 – 7
Harga : Rp. 34.500
“Apa ada yang salah dengan hubungan
lo sama Noah?” –
Rendi – hlm. 32
Lea sangat tahu, dia
sangat…sangat…sangat mencintai Noah, kekasihnya yang lebih memilih pekerjaannya
dibanding dirinya. Buat Lea, semua tak ada masalah, meskipun sering kali dia
harus menelan kekecewaan karena Noah. Karena, hanya Noah yang sangat dia
inginkannya, apapun yang terjadi. Mungkin, hidup Lea pun hanya ditujukan untuk
Noah. Yah, Noah…Noah…dan Noah… itulah
warna hidup Lea.
“Ya, lo tahulah, ada prioritas dalam
hidup ini. Apa sih prioritas hidup Noah? Masak iya dia mau kawin sama
kantornya? Nggak, kan? Satu kali nunda pekerjaan bukan berarti dunia kiamat.” – Rendi – hlm. 64
Sebenarnya, di alam bawah
sadar Lea, dia tahu, dia sudah membohongi dirinya sendiri. Tapi, Lea memilih
tidak mengakui itu. Menurutnya, Noah memang mencintainya. Dia tak pernah ada untuk
Lea karena pekerjaannya yang super sibuk.
Tapi, mau tak mau,
terkadang kenyataan itu tetap saja tak bisa dia hindari dan membuat hatinya
perih. Bukan pekerjaan yang membuat Noah tak pernah ada untuk Lea. Mungkin,
pekerjaan itu hanya alasan untuk menghindarinya. Karena, sejak dulu, hanya ada
satu nama yang ada di hati Noah, Rissa, kakak kandung Lea.
“Dia takut, ketika dia memeluk Rissa,
dia tidak ingin lagi melepasnya. Lagi pula, dinding pemisah yang transparan,
terbentang diantara keduanya. Entah siapa yang memulai, tapi keduanya seperti
sama-sama membatasi diri.” – hlm. 125
Seseorang yang asing, yang pernah bertemu Lea saat hujan,
yang pernah memberikan payungnya pada Lea – tiba-tiba datang di hidup Lea
sebagai guardian angle.
“Bagaimana pun, kenangan setahun lalu
– di bawah rinai hujan itu – adalah miliknya sendiri. Dia yakin cewek itu
bahkan tak mengingat kejadian itu – minimal, tak sejelas di dalam ingatannya.” – hlm. 37
Nathan, pria itu langsung
mengenali Lea saat dia bertemu kembali dengan perempuan itu. Karena bagi
Nathan, bayangan Lea memang sudah menjadi penghuni hatinya. Dan saat dia
mengetahui Noah, teman kantornya adalah kekasih Lea, ada perasaan kecewa di
rerung hatinya. Namun, karena Noahlah Nathan punya alasan untuk hadir sebagai
penghapus dan penghibur kesedihan Lea.
Rain Affair, novel yang mengatakan padaku, “Cinta bukan sesuatu yang
patut dikorbankan. Jika kamu memang tahu, orang yang sangat kamu sayangi juga
mencintai seseorang yang juga kamu cintai, kamu tak perlu mengorbankan perasanmu
disaat seseorang yang kamu cintai itu memang memilihmu. Kenapa? Karena saat
kamu meminta dia yang mencintaimu untuk mencintai orang lain yang kamu sayangi,
sama saja kamu menyiapkan boom atom untuk menghancurkan tiga hati sekaligus.
Hatimu, hati yang mencintaimu, dan hati orang yang sangat kamu sayangi.”
Sama seperti Rissa yang
mengorbankan perasaannya untuk Noah karena Lea juga menginginkan lelaki yang
sama dengannya. Ternyata, bukan bahagia yang didapat Lea, tapi kekecewaan dan
rasa sakit. Karena pada akhirnya pun, cinta Noah tetap saja untuh untuk Rissa.
“Benar kata orang, tidak akan ada orang yang tahu bagaimana
perasaan cinta itu muncul.” – hlm. 147
Menurutku, “pura-pura
dicintai oleh seseorang yang sangat kita cintai” itu lebih sangat sakit dari
pada “mendengar langsung bahwa dia tidak mencintai kita dan memilih orang lain.”
“Le, cinta itu sesuatu yang
membahagiakan. Kalau lo justru tertekan, itu namanya bukan cinta. Hubungan seseorang
nggak akan bisa berjalan mulus kalau cinta itu nggak ada. Cinta itu tulus, Le. Bukan
paksaan.” – Audrey –
hlm. 174
Yah, novel ini bertutur banyak tentang
pengorbanan, kekecewaan, dan patah hati. Meskipun begitu, aku cukup menikmati
cara bercerita penulisnya. Dia punya gaya yang tidak ribet dalam menarasikan
ceritanya.
Karakter tokohnya, hampir
semuanya, berhasil digambarkan dengan baik dan menyatu dengan ceritanya.
Lea yang selalu berusaha
kuat, dan menyembunyikan luka hatinya dari semua orang memang tampak hebat,
sekaligus bodoh dan keras kepala. Ya,
bodoh dan keras kepala! Bagaimana bisa dia masih juga mempertahankan orang
yang – dia sangat tahu – tidak pernah mencintainya. Itu namanya menyia-nyiakan
hidup.
“Le, kita nggak akan pernah bisa
memiliki sesuatu yang memang bukan untuk kita. Apa pun usaha lo, sekeras apapun
usaha lo. Just wake
up, dear.” – Audrey – hlm 174
Noah, meskipun dia
terkesan antagonis, tapi kalau mau menyusuri bagaimana awal kenapa dia akhirnya
menerima Lea sebagai kekasihnya, aku sangat paham dengan semua hal yang dia
lakukan pada Lea. Bisa dibilang, Noah adalah korban yang paling menderita.
Nathan, cowok ini
diciptakan sebagai cowok yang menurutku sempurna. Dengan ciri seorang cowok
keren, dengan ekonomi mapan, apalagi sikapnya yang bikin mabuk kepayang saat
dia bersama Lea, hem… aku rasa pembaca tak akan sulit untuk jatuh cinta
padanya.
“Kalo lo emang benci dan marah sama
gue, bukan berarti gue nggak boleh bantu lo, kan? Biar gue jadi temen sekaligus
senderan lo disaat-saat seperti ini. Setelah semua beres. Setelah lo merasa
baikan. Kalo lo nggak butuh gue lagi, gue akan pergi.” – Nathan – hlm. 258
Sedangkan Rissa, aku rasa
kebaikan dia ini tampak sebuah kejahatan besar di mataku. Karena dia, tidak
hanya Lea yang terluka, Noah pun hancur berkeping-keping karenanya. Tapi,
lagi-lagi tokoh antagonis disini tak tampak antagonis. Dia bagaikan ibu peri
yang salah mengucap mantara.
Karena siapa coba yang
mau bilang, seseorang yang sudah berkorban begitu besar untuk hidup kita adalah
orang jahat? Sayangnya, pengorbanan dia itu malah jadi boomerang untuk kita.
Kayak ngasih pengemis yang fisiknya oke-oke aja. Tanpa kita sadari, kita ikut
andil membentuk jiwa pemalas di dalam diri pengemis itu.
“Well, ya…Le, semua orang pernah melakukan
kesalahan. Yang penting bukan penyesalannya, tapi gimana lo belajar untuk nggak
mengulang kesalahan yang sama.” – Rendi – hlm. 264
Meskipun novel ini cukup
oke, ada beberapa narasi penulis yang menurutku terlalu detail. Membuat aku
harus meloncatinya karena menurutku tak terlalu penting. Namun, bisa digaris
bawahi, ya, guys. Novel ini beneran
punya isi yang oke, kok untuk dibaca.
Rating 3,0 dari 5 bintang.
No comments:
Post a Comment