Penulis : Hyun Go Wun
Penerjemah : Sitta Hapsari
Penerbit : Haru
Genre : Adult, Romance, fairy tales
Terbit : September 2014
Tebal : 405 hlm
ISBN : 978 – 602 – 7742 – 39 – 0
Harga : Rp. 67.000
Dal-Hee, dia merupakan kandidat
dewi yang terkenal suka berbuat onar, keras kepala dan senang bertindak
semaunya sendiri. Sebenarnya, Dal-Hee punya sifat baik–lugu dan jujur. Namun,
sifat itu justru menimbulkan kesulitan untuk beberapa pihak. Membuat Dal-Hee
tak bisa menjalankan dengan baik ujiannya untuk menjadi Dewi secara sah, yaitu
melaksanakan tujuh reinkarnasi secara sempurna.
Kali ini Dal-Hee kembali
berbuat onar. Yang ini lebih parah daripada tindakan-tindakan sebelumnya,
membuat penghuni langit kalang kabut.
Dia turun ke bumi karena
mendengar seorang wanita yang meminta pertolongan. Orang itu bernama Yoon
Ji-Wan yang hidup kesepian dan menyedihkan, sampai-sampai dia memohon kepada
Tuhan agar hidupnya diakhiri saja.
“Aku sudah sudah tidak punya alasan untuk hidup. Tidak ada
satupun orang yang mencintaiku.” – Yoon Ji-Wan – hlm. 19
Saat itulah Dal-Hee
bertemu tunangan Ji-Wan yang berhati dingin dan berjiwa gelap. Itulah sebabnya
Dal-Hee mewujudkan keinginan Ji-Wan agar Dal-Hee bisa merubah Kang Min-Hyuk
menjadi manusia.
“Melihat jiwa segelap itu, apa
sungguh bisa disebut manusia? Entah berapa banyak upacara ritual ang harus dilakukan
untuk membersihkan jiwa segelap itu. Apakah manusia tidak tahu bahwa keburukan bisa
menggerogoti hidup mereka nanti?” – Dal-Hee – hlm. 20
Ji-Wan yang beberapa saat
lalu sudah dinyatakan meninggal, tiba-tiba hidup lagi, membuat semua orang
terkejut, termasuk Min-Hyuk. Dan mulai saat itulah semua orang harus menghadapi
Yoon Ji-Wan yang baru, Ji-Wan yang sangat berbeda dengan Ji-Wan sebelum
meninggal, karena Dal-Hee ‘lah yang saat ini menguasai tubuh itu.
Dal-Hee bertekat akan
membalaskan dendam Ji-Wan. Dia akan mengungkap semua kejahatan Kang Min-Hyuk,
termasuk motif pertunangan mereka. Itulah sebabnya, meskipun tubuhnya belum
benar-benar sehat, Ji-Wan dengan semangat mempelajari dokumen kerjasama perusahaannya
dengan perusahaan Min-Hyuk.
Hasilnya, saat rapat merger kembali digelar, Ji-Wan berhasil
mengalahkan Min-Hyuk. Tapi, kekalahan yang dialami Min-Hyuk tidak sekedar
membuatnya kesal. Ada sesuatu yang memenuhi hatinya. Yoon Ji-Wan, tiba-tiba
saja tunanganya itu bisa membuatnya merasa tertantang, dan membuatnya menemukan
warna dalam hidupnya.
“Manusia adalah makhluk paling mulia yang pernah diciptakan, jadi tidak
mungkin Tuhan menciptakan siapapun dalam keadaan lemah.” – Lee I-Gu – hlm.
73
Tapi, jiwa Ji-Wan adalah
Dal-Hee, seorang kandidat dewi yang harus kembali ke langit, kapan saja. Dia
tidak boleh jatuh cinta pada manusia. Dia
harus menjalankan takdirnya sendiri, dan melepaskan takdirnya sebagai Yoon
Ji-Wan.
“…setelah melalui sebuah cerita cinta
pertama yang indah dan juga penuh kepedihan. Kenapa cinta harus sesakit ini? Kenapa
cinta tidak bisa menjadi cinta yang abadi? – hlm. 334
Lalu bagaimana dengan
Kang Min-Hyuk? Apakah dia akan kembali kehilangan hati manusianya saat Ji-Wan
pergi? Dan, sebenarnya apa yang membuat seorang Kang Min-Hyuk hidup tak
manusiawi begitu?
“Nasib seseorang bisa berubah ketika
ia mau bertarung dengan dirinya sendiri. Namun, semua akan berbeda ketika
manusia itu sendiri yang ingin menyerah menjalani hidupnya.” – hlm. 21
Moon in The Spring, novel Korea romance
yang dibumbui dongeng. Temanya cukup menarik, seorang calon dewi yang mempunyai
misi “memanusiakan manusia yang hidup
tidak manusiawi”.
Novel ini diceritakan
dari POV orang ketiga, dan di awali dengan prolog
sebuah dongeng tentang dua kakak beradik–Dal-Hee dan Hae-Song, kakak Dal-Hee–yang
dikejar harimau dan akhirnya langit menolong mereka dengan menurunkan tali
besar agar mereka bisa naik ke langit, kemudian mereka menjelma menjadi
matahari dan bulan.
Dal-Hee digambarkan
sebagai calon dewi yang suka berbuat onar. Dia sering sekali bertindak tanpa
pikir panjang. Namun, saat menjadi Ji-Wan, dia cukup tenang dan tak banyak bertingkah
ceroboh. Malah, dia terkesan sangat pandai dan licik dalam menghadapi
musuh-musuhnya, termasuk menghadapi Kang Min-Hyuk.
“Aku tidak bisa berurusan dengan
orang yang berpura-pura baik di depanku, tetapi ternyata dibalik kebaikannya
dia hanya ingin ikut campur atau ada motif lain. Manusia-manusia seperti itu
menyebalkan sekali.”
– Dal-Hee – Hlm. 228
Sedangkan Min-Hyuk, aku
tidak berhasil menemukan dia yang jahat dan tak berperasaan. Sikapnya di dunia
bisnis yang seperti itu menurutku normal-normal saja. Malah, saat mengetahui
masa lalunya, aku jadi bersimpati padanya.
“Manusia sering melupakan kalau di
atas tanah tempat mereka berpijak masih ada langit. Begitu juga di bawah kaki
mereka. Dan Min-Hyuk termasuk dalam golongan manusia yang melupakan hal-hal
itu.” – hlm. 121
Sebenarnya, karakter
malaikat kematian nomor 2999 yang bernama Lee I-Gu cukup menarik. Dia yang
sepertinya lebih berpengalaman dari pada Dal-Hee harusnya bisa berperan lebih
banyak di novel ini. Sayang, dia tak tampak banyak diikutkan dalam kisahnya. Kisah
Lee I-Gu dan Mi-ra juga cukup menarik, sayangnya tidak dieksplor lebih.
Selain konflik Ji-Wan dan
Min-Hyuk, muncul konflik-konflik sekunder dari munculnya Lee Seok-Wan, si artis
yang ternyata pernah menjadi teman baik Min-Hyuk, dan Kim Seo-Yeon yang merupakan
mantan kekasih Min-Hyun. Juga konflik pendek tentang perusahaan Min-Hyuk yang
dijebak oleh salah satu petinggi perusahaannya sendiri, sekaligus ada campur tangan
wanita yang sangat terobsesi untuk memiliki Min-Hyuk, Ma Yeon-Ha.
“Bagaimanapun juga, orang jahat akan
selalu mencurigai semua orang yang ada di sekitarnya. Dan tentu sajasebaai
akibatnya masalah tidak akan berhenti mengikuti mereka.” – Lee I-Gu – hlm. 132
Pada dasarnya, aku cukup
menikmati novel ini. Cara bercerita penulisnya cukup renyah. Dan lagi-lagi aku
puas dengan hasil terjemahan Penerbit Haru, selalu mendekati perfect.
Untuk ending-nya, meskipun mudah ditebak,
namun penyelesaian konfliknyalah yang paling penting dan menurutku juga cukup
bisa dinikmati.
Untuk cover-nya, meskipun mirip dengan novel
Always With Me–yang ditulis Hyun Go Wun juga–cukup menarik dan enak dilihat. Meskipun,
aku tetap menyarankan membuat desain yang jauh berbeda.
Untuk ratingnya, 3,6 dari
5 bintang karena selain cara berceritanya yang asyik, banyak quote manis yang
disampaikan dengan halus. Ini point plus-nya.
“Mengingat kembali berbagai kenangan bisa
membuat hati kita bergetar, tetapi dengan adanya pertemuan baru, akan ada
kenangan-kenangan baru yang tercipta. Seperti itulah sebuah kenangan.” – hlm. 371
No comments:
Post a Comment