Kata ‘Lulus’, terkesan
sebuah titik temu, titik akhir dari sebuah perjuangan. Namun, lulus–kelulusan–sebenarnya
awal dari langkah baru untuk menapaki ujian baru.
Ya, kita bisa berbahagia
saat kelulusan menyambut kita. Namun, apa gunanya kelulusan itu jika setelahnya
kita malah tak melakukan apa-apa. Kalah, terlalu letih menapaki apa yang
harusnya kembali kita perjuangkan untuk kelulusan yang baru.
Manusia hidup seperti
seorang murid yang terus bersekolah. Dia mengalami ujian-ujian yang berakhir
pada sebuah hasil–gagal atau menang. Kemudian, dia dituntut untuk menjalani
ujian lanjutan, dan begitu seterusnya sampai dia tak lagi menjejak bumi.
Kelulusan, untuk sebagian
besar terdengar sebagai berita gembira. Sama seperti kabar ulang tahun. Namun,
jika mau menelaah, kedua kata tersebut sebenarnya sebuah alarm alam yang
mengingatkan kita bahwa, kelulusan harusnya menjadi titik berikutnya untuk
semakin giat meraih kesuksesan, dan ulang tahun mengingatkan kita bahwa umur
kita semakin menipis, terpotong dari jatah waktu kita hidup di bumi.
Apakah kau akan mendiamkan saja? Membiarkan alarm itu
berdenging tanpa guna?
Ya, kau tahu apa yang harus kau lakukan.
Saat seseorang lulus–makna
semakin dewasa dan semakin paham akan dunia –semakin melekat pada
seseorang. Orang tersebut dianggap sudah
matang. Banyak harapan yang tanpa sadar disematkan di bahunya. Semakin berat? Pasti! Tapi, itulah hidup.
Hidup seorang yang
bernasib sukses sebenarnya sangat berat. Tapi, karena dia orang yang sukses,
dia juga pasti mempunyai kemampuan yang handal. Maka, apa yang berat terlihat
ringan di tangannya. Itu karena dia jadi orang yang selalu lulus dengan
gemilang dalam ujiannya.
Haaah, rasanya sudah lama
sekali kata lulus itu berlalu dari hidupku. Lulus sekolah, lulus kuliah.
Sekarang, tinggal meluluskan berbagai hal yang harus aku perjuangkan untuk
diluluskan. Berbagai hal yang konteksnya lebih luas, lulus dari cobaan hidup,
lulus dalam memilih pasangan hidup, lulus dalam kesuksesan untuk sebuah
kehidupan yang lebih baik.
Aku sedang berjuang
sekarang, berjuang mendapatkan nilai memuaskan di depan Tuhan Yang Maha Esa.
Ini lebih sulit dari pada ujian nasional, atau ujian CPNS. Dan hasilnya pun,
masih sangat rahasia.
Rasanya, mengejar
kelulusan itu melelahkan. Benarkah?
Sama seperti yang aku bilang tadi, manusia hidup tak akan pernah lulus, kecuali
dia sudah tak bisa bernapas lagi.
Lelah, kadang-kadang di sebuah
sisi hidup ada kalanya kita menghela napas, dan berkata, “Kapan semua ini berakhir?
Kapan aku jadi orang yang lulus dan menang? Kapan?”
Bolehlah kita berhenti,
menengadah pada langit biru, membayangkan kembali apa yang bisa kita dapat dari
sebuah kelulusan gemilang? Kebahagiaan, senyum dari orang-orang yang menyayangi
kita, rasa lega. Tekat baru untuk bangun pasti lahir kembali. Dan saat itu,
saat yang tepat untuk memulai untuk berlari kembali.
Berjuang. Kesannya,
manusia memang dituntut untuk terus berlari, mengejar apapun yang dia inginkan
agar bisa terteriak, “AKU LULUS!!!”
Kau, lihatlah di depanmu! Garis finis sedang melambai padamu!
Kau melihatnya? Di sana menunggu orang-orang yang berharap besar untukmu.
Orang-orang yang membuka lebar pelukan mereka untuk memberimu sebuah pelukan
hangat saat kau lulus.
Lulus, kelulusan, apapun
itu, dia akhir dari sebuah perjuangan, dan awal dari perjuangan baru untuk
kembali lulus. []
Tulisan ini
diikutsertakan Keina Tralala First Birthday Giveaway
Keren banget ,Kak, tulisannya :D Semakin memotivasi saya yang sedang berjuang untuk UN. Terima kasih Kak :)
ReplyDeletelulus...kata ini adalah semangat untuk terus berjuang :)
ReplyDeleteLajeng : Terima kasih. Ah,, senangnya tulisanku bisa sedikit ada manfaatnya :D
ReplyDeleteArga : Yap, benar banget, Mbak.