Sunday, November 23, 2014

Resensi - BONUS TRACK “Berteman halusinasi”



Penulis : Koshigaya Osamu
Penerjemah : Andry Setiawan
Penerbit : Haru
Genre : Horror, Drama
Terbit : Oktober 2014
Tebal : 380 hlm
ISBN : 978 – 602 – 7742 – 36 – 9
Harga : Rp. 65.000

Kehidupan tak pernah bisa ditebak bagaimana jalan ceritanya. Kita tanpa sadar hanya bisa mengikuti alirannya. Dan, saking banyaknya hal yang tak terduga, sebelum batas akhirpun, kita sudah sering kali dikejutkan.
Kusano Tetsuya, seorang manager di sebuah restoran hamburger besar di kotanya–tiba-tiba harus menjadi saksi mata sebuah kecelakaan tabrak lari yang korbannya meninggal dunia.
Saat itu hujan benar-benar deras. Kusano yang memang kebetulan mengalami masalah penglihatan sehingga harus menggunakan kacamata-pun tampak semakin hati-hati menyetir. Tiba-tiba melajulah sebuah mobil sport warna hitam yang musiknya diputar cukup keras hingga Kusano yang berada di mobil lainpun bisa mendengarnya.
Mobil itu menyalipnya dengan kecepatan cukup kencang, membuat Kusano mengomel tak karuan. Namun, di sebuah jalan, mobil sport itu tampak berhenti. Kusano merasa ada yang tak beres. Tapi, sebelum mobil Kusano semakin dekat dengannya, dia sudah berlalu dengan cukup kencang. Dan setelah itulah, Kusano menangkap sesosok tubuh tergeletak di jalan.
Yokoi Ryota, dia adalah korban tabrak lari yang disaksikan Kusano. Ryota merasa kesal sekaligus tidak percaya sudah menjadi korban tabrak lari.
“…Setiap kali berita mengenai kasus tabrak lari di muat di televisi dan koran, orang-orang termasuk diriku, selalu menunjukkan rasa simpati sembari mengatakan, “Tidak bisa dibiarkan!” Namun, semua itu hanya basa-basi. Toh, kejadiannya terjadi pada orang lain….Tapi, aku tidak mengira tabrak lari bisa jadi hal yang menjengkelkan seperti ini.” – Ryota – hlm. 50

Namun, dari pada marah, Ryota lebih merasa bingung harus bagaimana dengan kondisinya saat ini. Dia menjadi hantu. Tak ada yang bisa melihatnya, ataupun mendengarnya. Dia seperti seseorang yang tidak diakui keberadaannya. Dia sudah menjadi masa lalu bagi orang-orang yang mengenalnya.
“Aku ingin berkeliling menemui mereka dan menyampaikan, “Aku sebenarnya tidak apa-apa, kok.” Namun, aku tidak bisa. Meskipun seorang teman, atau bahkan musuh sekalipun, sudah tidak ada orang yang menyadari kehadiranku. Aku sudah menjadi orang masa lalu mereka” – Ryota – hlm. 179

Jadi, saat dia tahu Kusano bisa melihatnya, Ryota merasa lega. Setidaknya ada satu orang yang bisa diajaknya bicara.
Sayangnya, kehadiran Ryota di kamar Kusano malah dianggap halusinasi karena Kusano sedang demam tinggi.
“Karena hanya halusinasi, kau akan menghilang kalau demamku turun. Karena itu aku tidak takut… walau aku takut terhadap kenyataan bahwa aku melihat halusinasi.” – Kusano – hlm. 130
Bonus Track, novel ini memang bergenre horror. Tapi, sama sekali tidak menakutkan. Aku membacanya tengah malam saja tidak merasa takut. Ya, ini karena karakter Ryota yang riang, cukup cerewet dan menyenangkan. Dia benar-benar hantu yang berbeda.
Menurutku, novel ini lebih cocok dengan novel drama dari pada horror. Karena lebih banyak bercerita tentang kehidupan Kusano dan Ryota. Bukan sebuah novel yang mengejutkan pembaca dengan penampakan-penampakan menyeramkan. Namun, lebih menyentuh hati pembaca lewat ceritanya.
“Kadang bonus track itu sendiri malah lebih baik dibanding keseluruhan album.” – Ryota – hlm. 332

Sebenarnya, tidak hanya Kusano yang bisa melihat Ryota. Ada lagi dua orang pelayan restoran hamburger yang bisa melihatnya. Dan salah satunya ikut aktif dalam memecahkan kasus Ryota. Dia bernama Minami.
Sebenarnya, Minami tidak mau membantu Ryota. Minami yang mempunya kemampuan melihat hantu sudah muak dengan mereka. Yang jelas, Minami mempunyai alasan kenapa dia bersikap begitu.
“Mungkin kau bukan orang yang jahat. Tapi, hantu tetaplah hantu. Mungkin aku dingin, tapi melihat hantu saja aku sudah tidak suka.” – Minami – hlm. 205

Dari Minami, kita mendapatkan kisah lain dari hantu-hantu selain Ryota. Sekali lagi, aku tidak merasa takut pada hantu-hantu tersebut. Aku lebih merasa tersentuh dengan kenapa mereka meninggal, dan problem apa yang mereka hadapi hingga belum bisa lepas dari dunia ini.
Kusano, Ryota dan Minami, di saat mereka patroli, mereka tidak hanya mencari mobil sport itu. Mereka juga membantu beberapa hantu untuk mendapatkan kelegaan agar bisa melepas dunia ini.
Di novel ini hanya sedikit mengangkat kisah cinta, yaitu kisah cinta Ryota yang diam-diam menyukai Sho-chan, adik Minami. Sho-chan jelas tak tahu, karena dia memang tak bisa melihat Ryota. Dan Ryota, dia  jelas tak berdaya.
“Yang jadi masalah, apa anak ini bakal suka dengan cowok berumur tiga tahun lebih tua yang sudah jadi hantu?” – Ryota – hlm.194

Bonus Track termasuk novel yang isinya cukup bagus. Kita banyak belajar tentang kehidupan, dan persahabatan, juga rasa ikhlas saling membantu.
“Kehidupanku? Apa ya..kalau diringkas mungkin menjadi, ‘Album debut sebuah punk band’.” – Ryota
“Apa maksudnya?” – Kusano
“Selesai dengan cepat.” – Ryota hlm. 332

Sayangnya, novel ini dibuka dengan pengenalan Kusano dan Ryota secara mendetail. Sehingga novel ini terlalu banyak telling-nya.
Menurutku, pengenalan tokoh biarlah menjadi satu dengan alur cerita. Biarkan pembaca berkenalan sendiri, dan menarik kesimpulan seperti apa mereka dari sudut pandang masing-masing pembaca.
Untungnya, setelah bab 2 selesai, cerita interaksi Kusano dan Ryota mulai asyik. Ryota yang begitu ceria dan cerewet tampak pas dipadukan dengan Kusano yang lebih kaku, agak kurang bisa bersosialisasi dengan baik, dan cukup penakut untuk menghadapi sebuah tantangan.
Lalu, muncul tokoh lain seperti Minami, Sho-chan, dan Kobi Koki-Koki. Oh, iya tentu saja kisah hidup tiga hantu yang menambah novel ini jadi nggak membosankan
Suasana kerja keras di novel ini benar-benar khas Jepang sekali. Semangat mereka untuk bekerja sungguh benar-benar perlu dicontoh.
Cover novel ini bagus juga sih. Tapi, aku kurang suka gambar payung di bagian bawahnya. Untuk pemilihan warnanya, sudah oke banget.
Sedangkan ending-nya, em…happy atau sad, ya? Dibilang Happy, ada sad-nya. Dibilang Sad, tapi happy. Yah, begitulah…
Ratingnya. Aku nggak bisa ngasih tinggi karena cara bercerita yang kebanyakan telling-nya. Bikin aku kurang bisa benar-benar penasaran. So, 3 dari 5 bintang cukuplah, ya?!

No comments:

Post a Comment