Penulis : Anggun Prameswari
Penerbit : Gagasmedia
Genre : Adult
Terbit : 2013
Tebal : viii + 324 hlm
ISBN : 979 – 780 – 659 – 6
Harga : Rp. 46.000
“Bodoh.
Aku perempuan paling bodoh di dunia. Jatuh cinta kepada yang tidak boleh
dicintai. Tahu bahwa harus berhenti mencintai. Mampu untuk berhenti mencintai.
Namun, tak mau. Semata karena hatiku mengatakan demikian.” – Seren – hlm. 30
Serenande Senja, Seren, perempuan
yang sangat mencintai Bara. Namun, dia harus berakhir menjadi wanita
simpanannya setelah hampir sepuluh tahun menjadi kekasihnya. Bara harus menikah
dengan Anggi, perempuan yang dijodohkan orang tuanya.
Selama empat tahun, Seren mencoba
menerima keadaannya. Meski sebenarnya, Seren mulai tak tahan dengan status
hubungan mereka.
“Sepuluh tahun ini apa yang kita lakukan? Selama ini apa kamu
nggak merasa bahwa kamu Cinderella dan aku pangerannya? Kamu datang ke pesta
dansaku, tapi kamu selalu menutup dirimu yang sebenarnya. Selalu memakai
topeng. Tidak boleh ada yang tahu kita berdansa. Sebelum tengah malam, kau
selalu berlari mengejar waktu, berlomba dengan detik, untuk sampai di rumah.
Meninggalkanku.” – Seren – hlm. 18
Dalam satu kesempatan, Seren
bertanya pada Bara, siapa yang dipilih Bara, Seren, kah? Atau Anggi, kah? Dan
Bara memilih Lily, putrinya bersama Anggi. Mengetahui kenyataan itu, Seren
masih tetap kukuh sekedar menjadi wanita kedua yang keberadaannya benar-benar
disembunyikan.
Namun, kecelakaan yang menimpa
Lily membuat sikap Bara berubah. Bara mulai menjauh. Seren merasa Bara ingin
pergi. Jadi, sebelum Bara pergi, Seren memutuskan pergi lebih dulu.
“Kalau ada yang bilang bye, lebih baik kamu
jawab see you.
Kecuali kalau kamu benar-benar nggak mau bertemu dia lagi.” – Elang – hlm.
178
Seren resign dari
kantornya, kantor yang juga tempat Bara bekerja. Dia akhirnya memutuskan
mengajar di sebuah SMA swasta sebagai guru Bahasa Inggris.
“Mungkin yang menurut lo baik-baik itu bukan bukan yang
terbaik. Yang menurut kita nggak baik, justru yang sebenarnya terbaik.” – Kean – hlm. 41
Di sana, Seren menemukan kehidupan
yang baru, kehidupan tanpa Bara. Di sana pulalah dia bertemu sepasang mata
tajam yang terkadang siap menerkamnya. Ya, Elang, laki-laki yang mengajar musik
di sekolah tempat Seren mengajar pula. Laki-laki misterius yang musiknya mampu
membuat Seren merasakan debaran berbeda.
Namun, ternyata Bara belum
benar-benar pergi. Dan, perlahan Elang masuk lebih dalam di kehidupan Seren.
Lalu, mana yang dipilih Seren? Bara-kah yang selalu dirindukannya, dan siap
menceraikan Anggi? Atau, Elang-kah yang ternyata pernah merasakan luka yang
sama seperti yang dirasakan Seren?
“Kini aku tahu, semua akan baik-baik saja selalu diucapkan
untuk membohongi mereka yang selamanya tidak akan baik-baik saja.” – Seren – hlm. 47
After Rain. Novel perdana Anggun Prameswari, seorang penulis yang lebih dulu
menjadi cerpenis untuk media masa, dan juga seorang guru. Makanya, waktu dia
bercerita tentang Seren yang menjadi guru pula, kisahnya terasa sangat hidup.
Dan aku suka cara Seren memecahkan
masalah saat Kenzo, salah satu muridnya, meragukannya. Apakah Seren bisa
menjadi guru yang pantas buat mereka? Itu tantangan Kenzo, dan juga murid-murid
12 IPA untuk Seren.
“Menyerah memang kelihatan lebih mudah… Tapi, kita perlu melakukan
hal yang sulit, agar hidup ke depannya lebih gampang.” – Elang – hlm. 240
Novel ini cukup kaya diski.
Bahasanya sedikit nyastra, tapi untung saja tidak terlalu puitis sampai bikin
capek. Asal tahu saja, aku lebih suka novel-novel yang lebih nge-pop. Jadi, terkadang
membaca novel nyastra dengan bahasa puitis yang mendayu-dayu, cuma bisa bikin
aku ngantuk.
Tapi, tenang Mbak Anggun, aku
nggak ngantuk, kok. Mbak Anggun berhasil membawakan kisah yang mellow namun
tidak cengeng.
After Rain sejak awal sudah
menunjukkan konflik apa yang dihadapi tokoh utamanya. Aku suka novel tipe
seperti ini. Jadi nggak harus nunggu dan bertanya-tanya dulu, apa sih yang jadi
permasalahannya? Tapi langsung bikin pembaca mikir, gimana ya penulis
memecahkan masalahnya?
Dan, After Rain mampu menampilkan
pemecahan masalah secara mengalir begitu saja. Sampai-sampai aku nggak sadar,
kalau aku hampir menyelesaikannya.
“Lekaki dinilai bukan dari wajah tampan atau uangnya. Dia dinilai
bagaimana dia bisa bertanggung jawab atas apa yang dia sudah lakukan.” – Seren – hlm. 291
Kisah Seren yang menjadi wanita
simpanan tetap saja terkesan protagonis, meskipun dia bisa jadi antagonis jika
dikisahkan dari sudut pandang orang lain. Nah, di sini Mbak Anggun mencoba
memperlihatkan bahwa sisi jahat juga punya alasan di balik tindakannya. Dan,
jika kita mau melihat dari berbagai sisi, mungkin yang jahat itu akan terlihat
sebagai korban.
Ini tidak berarti aku mengatakan
perselingkuhan itu halal. Tidak. Apapun alasannya, perselingkuhan tetap saja
penghianatan. Titik.
“Jangan pernah bilang lo nggak ada pilihan. Kita semua punya
pilihan., cuma kadang kita malas melihat kemungkinan yang ada.” – Kean – hlm. 90
Tapi, dari kisah Seren, kita bisa
belajar banyak tentang cinta. Seperti apa, sih cinta yang perlu diperjuangkan?
Apakah cinta seperti Seren dan Bara masih punya alasan untuk dipertahankan?
Jawaban dari aku, tentu saja tidak!
“Tahu nggak, orang yang suka model baju vintage konon adalah orang
yang terjebak di masa lalu.” – Kean – hlm. 150
Dan untuk covernya, I like it. Em,
siapa ya yang bikin? Oh, ternyata Levina Lesmana. Yahut banget, deh covernya.
Kalo aku bisa nerbitin novel, moga-moga bisa dibikinin sama beliau.
Kapan novel kamu? Tahu, deh kapan! *Ah, jd OOT, kan!
Oke, terakhir dan nggak boleh
lupa. Rating untuk novel ini 3,4 dari 5 bintang.
No comments:
Post a Comment