Penulis : Winna Efendi & Yoana Dianika
Penerbit : Gagasmedia
Seri : Gagas Duet
Genre : Young Adult
Terbit : 2012
Tebal : viii + 304 hlm
ISBN : 979 – 780 – 566 – 2
Harga : Rp. 48.000
“Kadang kuharap hidup bisa seperti itu – penuh
dengan kesempatan kedua dan pilihan untuk mengulang segala sesuatu dari awal.” – Alice – hlm. 129
Selama ini, Alice selalu di-bully teman-temannya karena dia mengidap
disleksia. Dia dikatai bau, bodoh, aneh. Itulah yang membuat Alice lebih memilih menjadi makhluk
kasat mata – tidak menonjolkan dirinya – dalam pergaulan.
“Nggak ada yang akan membencimu hanya karena
kau bersikap apa adanya, jadi jangan biarkan orang lain mendiktemu.” – Catherine – hlm. 253
Suatu ketika Alice, Cat, Dustin dan Heather
menjadi satu kelompok dalam lari estafet. Dan sialnya, Alice melakukan
kesalahan. Dia menjatuhkan baton. Ah, sebenarnya yang menjatuhkan adalah
Heather.
Heather menyalahkan Alice, tentu saja. Dan,
teman-temannya yang lain, terutama Dustin – si pacar Heather – ikut-ikutan
menyerang Alice. Cat lama-lama merasa tak tega melihat Alice yang hanya diam
saja diperlakukan seperti itu. Dia maju untuk membelanya. Dan saat itulah pertemanan mereka dimulai.
“Alasan kenapa kau mencitai seseorang tidak
penting. Yang penting adalah bagaimana kau mencintainya.” – Mama Alice – hlm. 110
Alice dan Cat berteman baik, sangat baik. Lalu,
seorang cowok menyeruak masuk dalam persahabatan mereka. Julian, cowok asal Indonesia
yang pandai bermain sulat dan patner yang hebat untuk menyelesaikan tugas
sejarah.
Tanpa Julian sadari, Cat dan Alice diam-diam
jatuh hati padanya. Tapi, Alice bukan seseorang yang egois. Alice juga sadar,
Cat menyukai Julian. Dan, dia memilih mengalah. Dia mendukung hubungan mereka,
sampai akhirnya Julian dan Cat jadian.
“Hal terbaik dari sebuah persahabatan adalah,
tidak ada yang perlu berubah bahkan ketika orang-orang di dalamnya berubah.”- Alice – hlm. 81
Benarkah?
Nyatanya tidak seperti itu.
Sedikit-demi sedikit persahabatan mereka
berubah. Alice perlahan menciptakan jarak dengan Cat dan Julian. Namun, sebuah
kesalahan membuat Cat mundur teratur dan meninggalkan Alice, juga Julian.
“Perubahan adalah satu-satunya hal yang pasti
di dunia ini, dan hanya ada dua pilihan yang tersisa bagi orang-orang yang
ditinggalkan : terseret maju oleh perubahan lalu ikut berubah, atau tetap
bertahan dalam arus perbahan.”
– Julian – hlm. 131
Truth
or Dare adalah salah satu seri Gagas Duet.
Kali ini Gagasmedia menduetkan Winna Efendi dan Yoana Dianika. Dan, aku merasakan
karakter masing-masing penulis tertuang dalam tokoh yang mereka ceritakan.
“Mungkin benar kata orang, jatuh cinta bisa
membuat perasaanmu menjadi ringan. Kalaupun berubah, aku ingin berubah untuk
diri sendiri, bukan untuk orang lain.”
– Catherine – hlm. 250
Winna mendapat bagian bercerita dari sudut
pandang Alice yang berkarakter kalem, pendiam, dan lembut. Sedangkan Yoana
bercerita dari sudut pandang Catherine yang terlihat kuat, eksentrik, dan
menonjol.
Keduanya saling melengkapi bagian-bagian yang
tidak diceritakan tokoh lainnya. Ini seperti menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang muncul di bagian pertama.
Namun, ada yang aneh.
Jika kita mengamati halaman 73 – 74 saat Alice
meminta Cat menyatakan cintanya pada Julian, kalimat percakapan antara Alice
dan Cat tampak berbeda saat Cat bercerita di bagian kedua, pada saat dia
mendapatkan jatah bercerita dari sudut padangnya di halaman 235 – 237.
Hal yang sama terjadi di halaman 99 – 101 saat
Alice mencoba menjelaskan kesalahpahaman pada Cat. Harusnya, kalimat yang
keluar dari mulut Alice dan Cat di halaman 279 sama seperti yang diucapkan di
halaman 99 – 101.
Penggambaran setting Belfast, kota tempat tinggal Alice dan Cat tampak memikat.
Kota yang berdekatan dengan laut, hmm…sepertinya menyenangkan tinggal di daerah
seperti itu.
Tapi, aku agak merasa kurang nyaman saat Cat
menceritakan seperti apa kota ini. Dia seperti mengulang penjelasan Alice di
bagian pertama. Ini membuat aku merasa membaca hal yang sama sebanyak dua kali.
Kalau membahas tentang Julian, ya, dia cowok
yang asyik. Namun, sepertinya tanpa Cat dan Alice sadari, Julian ini khas Casanova
meskipun dia tidak playboy akut. Tapi, melihat sikapnya pada Alice dan Cat, erg…maaf,
aku tetap harus menyebutnya playboy.
Bagaimana tidak? Jelas-jelas Julian berpacaran
dengan Cat, tapi dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mencium Alice. Dia seperti
racun dalam persahabatan mereka. Mengesalkan!
“Bagiku,
persahabatan adalah hal terabadi yang ada di dunia. Sementara mencintai
seseorang adalah anugrah yang diberikan Tuhan untuk dijaga.” – Catherine – hlm. 257
Sejujurnya, membaca novel ini, aku jadi
teringat dengan novel Ai karya Winna Effendi. Novel yang sama-sama mengangkat
tentang persahabatan menjadi cinta, kemudian setting yang sama-sama menggunakan daerah pantai. Dan juga
bagaimana akhir dari salah satu tokohnya. Untungnya, ending-nya nggak sama.
Truth or Dare aku baca dalam dua hari. Aku
cukup menikmati bagian-bagian novel ini. Dua penulisnya memang banyak
menggunakan monolog, namun tidak membosankan. Yang mengganggu ya hanya tadi,
beberapa poin yang aku sebutkan di atas. Lainnya, it’s ok-lah!
Untuk ratingnya, aku beri 3 dari 5 bintang.
Wow...reviewnya detail... :))
ReplyDeleteMakasih Mbak Luvkty udah main ke blog aku :D
ReplyDelete