Monday, June 22, 2015

Resensi – MARGINALIA “Keajaiban catatan di pojok buku”



Penulis : Dyah Rini
Penerbit : Romance Qanita – Mizan
Genre : Romance
Kategori : Semi-Adult,
Terbit : Februari 2013
Tebal : 304 hlm
ISBN : 978 – 602 – 9225 – 82 – 2
Harga : Rp. 49.000

Kamu percaya keajaiban? Aku percaya. Tapi, tidak pada Drupadi ‘Dru’.
“Tetapi keajaiban itu nggak ada. Semua yang kita sebut sebagai keajaiban hanyalah gejala yang belum bisa dijelaskan.” – Drupadi – hlm. 22

Sonya – istri Garda, pemilik Kafe Marginalia – menantang Drupadi untuk menulis marginalia di sebuah buku karena Dru bilang, dia tak percaya pada keajaiban.
Drupadi menerima tantangan itu kalau tidak mau usaha Wedding Organizer-nya  ‘Luna Nueva’ jadi gulung tikar. Inez ingin pernikahannya diadakan di sana. Dan, Sonya hanya memberinya ijin jika Drupadi membuat marginalia.
Drupadi mulai memilih buku di rak buku milik Kafe Marginalia. Tanpa di duga, dia memilih buku kumpulan puisi Rumi. Di sana, dia bertemu marginalia milik Padma, kekasih Aruna ‘Ren’.
“Aku tidak berdata mengikuti takdir. Takdir sudah lama memutar rodanya, jauh sebelum aku menyadarinya.” – Aruna – hlm. 13

Beberapa waktu yang lalu, sebelum Drupadi berjumpa dengan buku itu, Aruna-lah yang membawanya. Buku itu adalah buku berharga untuknya karena ada marginalia milik Padma – kekasihnya yang sudah meninggal – sekaligus buku kesayangan Padma.
Dia memutuskan mengembalikan buku kumpulan puisi Rumi agar catatan Padma bisa dibaca orang lain, dan membuat yang membacanya menemukan makna yang sama seperti Padma. Sayang sekali, buku itu jatuh ditangan seseorang yang menilai tulisan Rumi “CENGENG!”.
Aruna begitu marah saat membaca satu kata yang di tulis di bawah tulisan Padma. Dia memberi balasan dengan menulis marginalia untuk siapapun yang sudah menilai puisi Rumi Cengeng.
Ternyata, marginalianya mendapat jawaban. Akhirnya, terjadi perang marginalia. Dan Aruna sudah tidak tahan lagi. Dia harus bertemu dengan penulis ‘Cengeng!’ di buku itu. Dia bertekat akan memberinya pelajaran.
“Nggak usah milikirin omongan orang, Dru. Hidup ini bukan balapan lari.” – Aruna – hlm. 164

Aruna tidak menduga, marginalia dan puisi Rumi membawanya bertemu Drupadi, cewek yang langsung membuatnya bangkit dari keterpurukan setelah ditinggal Padma.
Namun, siapa sangka, Drupadi adalah seseorang yang membawanya pada masa lalunya, sekaligus orang yang memaksa Aruna – si vokalis Band Leskar, si Rocker yang begitu mempesona – menjadi seseorang yang harus mau memperjuangkan cintanya. Padahal, banyak cewek yang berusaha menarik perhatiannya, sekedar untuk mendapatkan senyumannya – tanpa dia harus bersusah payah.
“Hanya pecinta sejati yang rela berkorban demi cinta. Cinta tidak hanya berani memiliki, namun juga berani melepaskan.” – Aruna – hlm 269

Lalu, bagaimana dengan Drupadi? Bukan hal yang mudah untuk menerima cinta Aruna. Masa lalunya, kenangan pahitnya karena terluka oleh cinta, membuat Drupadi enggan untuk percaya pada Aruna. Juga Inez, dia selalu saja hadir untuk merebut apa yang menjadi miliknya.
“Apa kamu nggak melihat, Dru? Benang jodoh ini sudah lama ditentukan lama sebelum kita ada. Kamu hanya bagian dari takdir itu.” – Inez – hlm. 266

Marginalia, aku baru mengetahui kata ini karena membaca novel Marginalia. Marginalia berarti catatan pinggir di buku. Kalau aku, sih, aku sayang bukuku di coret-coret. Aku lebih suka menuliskan apapun tentangnya di blog atau goodreads saja. Kecuali buku pelajaran.
Novel ini diceritakan dengan sudut pandang orang pertama. Namun, dari dua tokoh yang berbeda, Drupadi dan Aruna.
Mereka punya sisi menarik yang membuat aku enggan meninggalkan novel ini sebentar saja. Termasuk eksekusinya, benar-benar diluar dugaan. Hasinya, hanya setengah hari aku berhasil menghabisinya.
Karakter Aruna menurutku melankolis, romantis, bukan tipe cowok emosional, dia malah terkesan lembut. Beda dengan Drupadi yang menurutku lebih superior, mempesona, dan tak gampang menyerah.
Aku juga suka setting Kafe Marginalianya. Sisi misteriusnya dapat banget. Aih… aku jadi penasaran sama kafe ini.
Aku nyaman sama pilihan diksinya. Nama yang dipilih untuk tokohnya pun keren. Jalan ceritanya juga mulus sampai akhir. Narasinya nggak muter-muter, jadi tambah enak bacanya.
Ending-nya juga oke. Yang paling aku suka, cara Aruna mempersatukan Inez sama Irwan. Ini cara yang tak terduga.
Ratingnya 4,4 dari 5 bintang.




No comments:

Post a Comment