Penulis : Retni S.B
Penerbit : Bentang Pustaka
Genre : Romance
Kategori : Adult, Travelling
Terbit : 2014
Tebal : vi + 298 hlm
ISBN : 978 – 602 – 291 – 024 – 4
Harga : Rp. 49.000
Setiap manusia punya
sejarah. Sejarah dari siapa asal-usulnya ada di dunia. Sejarah di mana dia
dilahirkan. Tapi, Matahari ‘Ari’ merasa asal-usulnya seperti sebuah pertanyaan
besar.
Selama ini, Matahari
hanya dibesarkan oleh ibunya. Dia tumbuh tanpa seorang ayah. Awalnya, dia
merasa tak ada masalah. Tapi, perlahan dia tahu, ibunya yang membuat semua
tampak tak ada yang perlu dicemaskan. Ibunya yang selalu berbohong di depannya
dengan menunjukkan wajah bahagianya.
“Salah. Ibu bukan perempuan biasa. Nggak
ada perempuan biasa yang mau saja menjadi single parent
tanpa alasan yang jelas. Jadi, sudah pasti dia itu luar biasa. Dan perempuan
luar biasa nggak boleh menangisi hal-hal biasa. Itu hukumnya haram.” –
Matahari – hlm. 12
Irsal Mahangka, Matahari
tahu pria itulah bapak biologisnya. Dia sangat ingin menemukannya. Bukan untuk
menuntut pertanggungjawaban. Hanya sekedar ingin melihat dengan matanya
sendiri, seperti apa pria yang sudah meninggalkan ibu dan dirinya.
Matahari meninggalkan
Yogya. Dia diterima menjadi reporter Majalah Jelajah di Jakarta. Jelajah adalah
salah satu media yang dimiliki Irsal Mahangka. Dimulai dari Jelajah-lah Matahari mengenal
Rakho, sang atasan berpangkat Deputy
Editor in Chief yang meragukan kemampuannya. Untuk menguji kemampuan
Matahari, Rakho memintanya untuk menemui seorang backpacker handal sekaligus seorang travel writer dan photographer
– Owan.
Ternyata, ujian yang
diberikan Rakho menjadikan awal sebuah hubungan persahabatan antara Rakho,
Matahari, dan Owan.
“Matahari…mau, nggak, kamu
bersama-sama denganku membuat sebuah kisah cinta yang mudah-mudahan selamanya? Mau,
nggak, kamu mengatakan hal yang sama kalau aku bilang I love you?” – Rakho – hlm. 119
Ingat, kan, persahabatan
pria dan wanita biasanya selalu
berbumbu cinta? Begitu juga dengan mereka. Perlahan, Rakho menyadari
perasaannya untuk Matahari. Meskipun kesan pertama cinta mereka berjalan mulus,
sayang sekali, ternyata semua salah.
Ada sesuatu yang mengikat
mereka berdua – Rakho dan Matahari. Dan, ada sesuatu yang coba Owan sembunyikan
dari mereka pula.
Semua mulai dibuka berasama
jejak kaki yang mereka goreskan di tanah Anambas, Yogyakarta, Jakarta, Bogor,
Bali, dan Nepal.
“Waktu tak bisa kita paksa untuk
berhenti di satu titik. Ia terus bergerak, untuk memberi kesempatan pada
berbagai peristiwa, baik atau buruk, suka atau tidak suka.” – Rakho – hlm. 142
Mencarimu, novel Retni SB yang awalnya membuat aku khawatir akan kehilangan
keklasikan yang sangat khas darinya. Alhamdulilillah,
dia masih Retni SB yang dulu, yang pernah aku jumpai di Novel My Partner,
Wedding Organizer, Pink Project dan Dimi is Married.
Membaca di bagian
pembuka, aku merasa temanya terlalu biasa, mencari seorang ayah dan melakukan
kegilaan, yaitu meninggalkan tempat paling nyamannya, dan segala hal yang dia
sukai hanya untuk menjawab sebuah pertanyaan besar dalam hatinya.
Ternyata, aku menemukan
keasyikan tersendiri di novel ini. Aku dibuat mengenal sosok Rakho yang
terlihat garang tapi begitu manis dan romantis. Kemudian, si Owan yang tampak
kumal tapi hebat, dan spektakuler (karena berhasil menjelajahi berbagai tempat
di dunia dan sangat terkenal sebagai travel
writer). Dia ini tak nampak sebagai orang hebat. Padahal, Owan cukup membuat
aku angkat jempol empat saat semakin mengenalnya di bab-bab setelah hubungan
Rakho dan Matahari diuji. Untuk Matahari, jelas dari awalpun aku merasa dia
cewek yang keras kepala, tak mau menyerah pada nasib, menyenangkan, dan
menarik.
Novel ini menawarkan hal
paling bikin aku ngiler. Travelling, backpacker-an
ke tempat-tempat keren. Kepulauan Anambas! Ya ampun, histeris! Beneran, saat setting di sini, apalagi ada momen
romantis Rakho dan Matahari – bikin tempat ini makin gila kerennya.
Pas di bagian belakang,
diselipin juga cerita perjalanan Rakho di Nepal. Huaahh… novel ini udah kayak
novel yang bertema travelling aja,
deh.
Kisah cinta mereka nggak
dibikin romantis yang bikin e’nek. Beda banget, deh romantisnya Mbak Retni sama
yang lain. Romantis manis yang nggak berlebihan tapi nagih banget. Aih, jadi,
bikin mau lagi…mau lagi…mau lagi…!!!
Dari novel ini, kita
diajari untuk menerima takdir, memaafkan, dan mencoba hal yang terasa tak
mungkin untuk dijadikan mungkin demi kebaikan semuanya. Cinta tak melulu harus
dijunjung paling atas. Ada beberapa hal yang harus dipikirkan secara logika
untuk mengalahkan hati. Pada saatnya, selalu ada surprise di ujung cerita.
“Cinta memang aneh, ya. Selain bisa
membuat gembira ria, juga pintar membuat air mata… Tapi, meski jatuh bangun
dibuatnya, manusia nggak kapok-kapoknya berhadapan dengan cinta.” – Om Dud – hlm. 217
Di novel ini, aku salut
sama Om Dud yang mencintai ibu Matahari dengan caranya yang ekstrim. Dia berani
berkorban dengan hidupnya. Dia rela tak mengenal perempuan satupun untuk
mengabdikan cintanya yang tak terbalas.
Dan, Owan. Pria ini
beneran nggak bisa ditebak. Sifat usil dan selengeannya tampak begitu
berkebalikan dengan apa yang sudah dia lakukan untuk Matahari. Owan, ah…dia
kayak Power Ranger Merah di novel ini.
Ratinya, 4,3 dari 5
bintang.
Satu lagi, aku suka sama ending-nya. Aku selalu nunggu
karya-karya selanjutnya dari Mbak Retni.
Minat sama novel ini? Mampir aja di Instagram Booklaza atau cek updatenya di http://booklazashop.blogspot.com/
ReplyDeleteNovel Ini bisa diorder
Harga 45.000
Segel