Tuesday, April 12, 2016

[Review] HOLLAND – Feba Sukmana



Penerbit : Bukune
Genre : Fiksi, Romance
Kategori : STPC, Adult, Family Drama, Traveling
Terbit : Nopember 2013
Tebal : viii + 292 hlm
ISBN : 602 – 220 – 116 – 0
Harga : Rp. 54.000

Sejak kecil, dalam hidup Kara hanya ada Yangkung dan Yangti. Tak ada ayah, tak ada ibu. Mulanya, kedua sosok ini terasa cukup. Namun perlahan, semakin bertambahnya umur Kara, masalah ayah dan ibu menjadi polemik dalam hidupnya.
Mungkin itu sebabnya memori baru terekam pada masa balita. Mungkin, itu sebabnya kita tidak bisa menampung semua ingatan. Karena, ternyata manusia butuh lupa untuk menghapus luka.” – hlm. 101

Siapa ayahnya? Siapa ibunya? Pertanyaan demi pertanyaan tersusun tumpang tindih dalam benaknya. Sesekali, Kara mencoba mencari jawaban dari Yangkung dan Yangtinya. Namun, tak satupun jawab yang mampu memuaskan dahaga Kara. Semakin lama, Kara juga semakin paham, pertanyaan-pertanyaannya bisa melukai Yangkung dan Yangtinya. Maka, Kara hanya bisa menumpuk semua itu bertahun-tahun, sampai dia dewasa.
“Matahari musim panas memamerkan diri, seolah mengingatkan diri Kara bahwa kelabu harus lebih dulu menyapa agar ia bisa menghargai terang yang menghampiri.” – hlm. 284

Lalu, tadir membawa Kara ke negeri kincir angin, Belanda. Di sana, Kara bertemu Rein. Dia sadar, ada sesuatu yang menyusup di hatinya. Sayang, sikap Rein yang sering kali timbul tenggelam di hidup Kara, membuatnya ketakutan. Kara takut ditinggalkan, sama seperti dia ditinggalkan ibunya.
Sebenarnya, Belanda adalah pintu masuk menuju jawaban-jawaban dari pertanyaan Kara. Hanya satu yang diperlukan Kara, beranikah dia membuka semua lembar jawaban itu?
“Orang bilang, harapan itu seperti awan. Beberapa berlalu begitu saja, tetapi sisanya membawa hujan.” – Rein
“Kalau begitu, semoga saja awan yang memayungi kita akan membawa hujan dan mengabulkan harap.” – Kara – hlm.286


Holland, novel seri Setiap Tempat Punya Cerita yang mengajak kita untuk jalan-jalan sekaligus menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan Kara.
Keindahan Belanda berhasil dilukiskan penulisnya dengan baik. Bahkan, dia berhasil mengkomposisikan Belanda dengan ide cerita yang dituturkannya. Rasanya, novel ini pas sekali dengan tema STPC.
Aku suka saat penulis mengangkat tentang kaitan sejarah Indonesia dengan Belanda. Penulis menyebutkan tentang puisi Chairul Anwar yang berjudul aku, ditulis di sebuah dinding di kota Belanda – ini membuatku terpukau. Juga mengetahui bahwa, banyak sekali jejak sejarah Indonesia yang begitu dijaga di sana, ini salah satu pengetahuan yang bisa kupetik dari novel ini.
Kalau tentang konflik, bisa dibilang konfliknya sedikit umum. Namun, karena cara berceritanya bikin nyaman, jadi terasa enak buat dinikmati. Beberapa teka-teki nggak begitu saja langsung dibuka jawabannya. Penulis mengajak kita untuk penasaran lebih dulu, baru akhirnya dibuka bersama ending yang mengharukan.
Karakter Kara menurutku tipe cewek yang terlalu takut menghadapi kenyataan. Sebenarnya, dia sangat ingin tahu jawaban dari semua pertanyaannya. Tapi, saat dia sudah memegang kuncinya, dia terlalu takut untuk memutar kunci itu dan membuka pintunya. Dia takut, apa yang sudah dia takutkan akan terjadi.
Rein, dia sosok misterius yang begitu manis. Kehadirannya yang kadang suka datang dan pergi begitu saja, membuat Rein jadi teka-teki juga. Dan, Kara yang sangat suka menebak, membuat teka-teki ini semakin seru.
Selain mengenalkan keterkaitan sejarah Indonesia dan Belanda, Holland juga membuatku semakin mengenal Belanda dan jadi ingin ke sana. Gedung-gedung tua, kanal-kanalnya, keindahan bunganya, dan bagaimana orang Belanda hidup, tampak menyenangkan.  Semoga saja keteraturan Leiden, Belanda, suatu saat bisa diterapkan di Indonesia.
Rating untuk novel ini 3,3 dari 5 bintang.

No comments:

Post a Comment