Sunday, September 15, 2013

Resensi - PAPER ROMANCE “Kisah dalam kertas yang menjadi nyata”



Penulis : Lia Indra Andriana
Penerbit : Penerbit Haru
Terbit : April 2013
Halaman : 376 hlm
ISBN : 978 – 602 – 7742 – 13 – 0
Harga : Rp. 52.000
Seperti sebuah garis takdir yang tak bisa dihindari, Eli akhirnya bertemu Kev Mirrow dan terpaksa bekerja sebagai asistennya. Lalu, takdir menariknya semakin erat dalam rumitnya hidup seorang Kev. Perlahan, takdir itu semakin menyakitinya, sekaligus membawakannya cinta yang penuh dengan warna abu-abu.
Eli, gadis pendiam yang lebih suka mengakatan ‘iya’ dan ‘maaf’ harus menghadapi Kev Mirrow yang ketus, pemarah dan egois. Kesabaran Eli benar-benar diuji. Apalagi saat dia harus merelakan namanya menjadi nama pemeran utama dalam novel terbaru Kev hanya karena dia salah mengirim Email.
“…..Semoga dia kecelakaan saja deh jadi aku nggak perlu ketemu dia beberapa lama.   -Eliana Candra-  hal. 22

Celetukan Eli yang keluar karena sebuah kejengkelan benar-benar terjadi. Kev mengalami kecelakaan dan mengharuskan dia menjalani operasi otak. Dia memang selamat, namun setelah itu dia berubah. Kev hilang ingatan, namun hanya sementara. Dan, saat dia hilang ingatan, dia mengira Eli adalah kekasihnya, sama seperti cerita yang sedang ditulisnya.
Paper Romance, sebuah novel besutan Lia Indra Andriana menyajikannya dengan penuturan yang mengalir, dan kata-kata yang sangat mudah dinikmati.
“Jangan nilai orang dari tulisannya. Penulis itu penipu paling ulung yang bisa menggunakan kelihaian untuk menjual angan-angan, terutama pada wanita.” -Eliana Candra-     Hal. 21

Sejak awal, kita sudah diperkenalkan dengan Kev Mirrow yang menggebu-gebu dan Eli yang pendiam dan mengalir tenang. Kedua tokoh ini seperti saling melengkapi, namun membuat penasaran.
Bagian dari novel ini yang paling keren adalah saat Kev Mirrow mengganti nama tokoh novelnya dari nama Nadia menjadi Eli hanya karena Eli salah mengirim Email. Lalu, bagian Kev di rumah sakit dan menganggap Eli kekasihnya –Ini bagian saat Kev benar-benar masih menggap Eli kekasihnya, bukan saat pura-pura.
Awalnya, aku mengira Lia membuat setting novel ini di luar negeri, mungkin di Korea. Tapi, ternyata tidak, dia membuatkan sebuah setting apik khas Indonesia. Jujur, aku lebih suka seperti itu, karena beberapa kali membaca karya penulis Indonesia yang membuat cerita di luar negeri dengan tokoh-tokoh dari sana juga, sedikit membuat aku kecewa dengan hasilnya.
Setting yang paling aku suka adalah setting Two Cup, sayang detail interior dan suasananya kurang di eksplor. Dan ada beberapa setting lain yang menurutku kurang sekali penggambarannya.
Sayangnya lagi, saat membacanya aku beberapa kali merasakan kurangnya jurus-jurus yang membuat terkejut. Sekalinya terkejut, aku malah merasakan sedikit nggak nyaman dengan itu semua. Kesannya, kesalahan Kev Mirrow itu terlalu ditanggapi dengan berlebihan oleh Nadia.
"Karena dia enggak protes kalau gue apa-apain, enggak kayak lo...," -Kev Mirrow- Hal. 361
"Jadi begitu? Karena aku penurut makanya kamu...". -Eliana Candra- hal. 362

Bagusnya, novel ini ‘kan menceritakan Kev yang sedang sakit, namun di akhir cerita dia nggak mati. Nah, menurutku itu benar-benar resolusi yang bagus. Namun, aku nggak setuju adanya perubahan karakter Eli, Kev, dan Nadia. Meskipun penulis tetap menuturkan kenapa mereka beruban, tetap saja cerita jadi berbeda. Apalagi di karakter Eli, perubahannya benar-benar signifikan.
Aku sudah mengincar novel ini sejak lama, karena aku terlalu penasaran dengan latar belakang pekerjaan Kev, dan covernya yang menurutku benar-benar unik. Warnanya yang hijau terlihat lebih segar dan gigitan –maksudku potongan melengkung– di ujung cover juga membuatnya berbeda dengan novel-novel di toko buku lainnya.
Akhirnya, aku menyematkan 2,3 dari 5 bintang untuk novel ini. Maaf, ya! Semoga lain kali ada kesempatan membaca karya Lia Indra Andriana lagi.

No comments:

Post a Comment