Penulis : Riri Sardjono
Penerbit : Gagas Media
Tebal : x + 358 hlm
Terbit : 2006 (Cetakan Pertama), 2013
(Cetakan Ketujuh)
Genre : Dewasa
ISBN : 979 – 780 -651 – 0
Harga : Rp. 49.000
“Dua minggu lagi, aku akan merayakan ulang tahunku
yang ketiga puluh tahun dan sekarang sahabatku akan menikah?!... Mungkin
sebentar lagi, Mamz akan mengumumkan
sebuah sayembara untuk mencari calon suami bagiku. Syaratnya : TIDAK ADA
SYARAT! Lelaki pertama yang datang akan dinikahkan denganku dan mendapat
imbalan satu kantong emas beserta ucapan terima kasih yang tulus.” Hlm. 4
Inilah masalah Flory,
menikah. Di usianya yang hampir tiga puluh tahun, tak ada tanda-tanda dia akan
melepas status single-nya. Membuat
sang Mamz mengatur sebuah perjodohan untuknya, mempertemukan Flory dengan anak
teman Mamz-nya, Vadin.
Pertama bertemu dengan
Vadin, Flory tampak tak sedikitpun tertarik. Berbeda dengan Vadin, yang
langsung tertarik dengan cara bicara Flory.
Namun, sebuah keputusan
diambilnya. Setelah setahun mencoba dekat dengan Vadin, Flory menerima ajakan
menikah Vadin. Ini bukan karena cinta, ini karena sebuah tuntutan dan ketakutan
Flory pada statusnya.
“Kenapa akhirnya elo kawin? Takut jadi perawan tua?” Hlm. 77
“Kadang gue pikir, gue nggak pengin
kawin. Tapi, kadang gue ngerasa itu nggak normal dan seharusnya gue emang
kawin. Tapi gue takut sakit kalau gue kawin. Tapi gue juga takut kesepian kalau
gue nggak kawin.”
Hlm. 75
Sebenarnya, buat Flory
sahabat-sahabatnya sudah cukup untuk hidupnya. Hingar bingar tawa dari mereka
membuat hidup Flory berwarna. Tapi, apakah itu hanya alasan Flory untuk tidak
menikah karena dia terlalu takut pada sebuah pernikahan? Takut pernikahannya
akan bernasib sama dengan Papz dan Mamz-nya? Namun, kenyataan membuatnya
bertekat untuk menikah, karena dia sadar, waktunya menjadi wanita produktif
semakin lama semakin menyempit.
“Kantong rahim kayak susu ultra.
Mereka punya expired
date. Sementara sperma kayak wine. Masih
berlaku untuk jangka waktu yang lama.” Hlm. 4
Pernikahan Vadin dan
Flory jauh dari sebuah pernikahan pada umumnya. Mereka hidup bersama dengan
kamar berbeda dan tanpa cicin kawin dijari manis masing-masing. Bagi mereka,
pernikahan hanya memunculkan gelak tawa dan rasa nyaman untuk keduanya.
Namun, saat Nadya, mantan
kekasih Vadin yang sangat sexy dan menggoda muncul, Flory tampak kalang kabut.
Dia tidak mau mengaku cemburu. Dia hanya tak ingin Vadin bersama perempuan itu,
membuat Flory mati-matian berubah untuk mengimbangi Nadya.
Lalu, muncul Bimo, atasan
Flory di tempat kerjanya yang baru. Belakangan, muncul Gilang, si mantan yang
pernah membuat Flory patah hati parah. Dua pria ini digunakan Flory untuk
membalas Vadin, dia ingin membuatnya cemburu karena Flory mengira Vadin
selingkuh.
“Kenapa, sih elo bisa kawin sama
laki?”
“Hormon, Darling! Kadang-kadang kerja Hormon kayak telegram. Salah ketik waktu ngirim
sinyal ke otak. Mestinya horny, dia
ngetik cinta!” Hlm. 38
Pelan-pelan, Flory mulai
ragu dengan tindakannya. Hubungannya dengan Vadin pun mulai menjadi rumit. Selama
ini, Flory tak pernah bilang cinta pada Vadin. Namun, Flory sadar dia mulai
mencintai Vadin. Tapi, apakah cintanya sudah terlambat untuk Vadin? Apakah tak
ada lagi kesempatan untuk bersamanya?
Dengan dukungan
sahabat-sahabatnya, Flory mengejar kembali cintanya, meminta kembali bintangnya
yang berjalan pergi.
“Kalau kamu mau bintang, tinggal bilang bintang, Honey.” Hlm. 326
Marriageable,
karya pertama Riri Sardjono yang aku baca, sebuah novel yang lama menjadi
wistlistku dan baru kesampaian gara-gara Flash Fictionku menang di Lomba FF
yang diadakan @NBC_IPB. Nggak nyangka juga bakalan dapet ini.
Dan, saat membacanya,
instingku nggak salah saat menebak novel ini selera aku banget. Yup, seluruh isi, gaya bahasa, cerita
sampai karakter para tokohnya benar-benar bikin aku puassss sangat!!!
Yang paling aku suka di sini
adalah para sobat Flory, di mana mereka bisa ngobrol blak-blakkan dan ajaib,
mengingatkanku pada teman-teman XXX yang gila di masa SMA ku.
Dina, menurutku yang
paling gila. Dia yang nggak percaya sama cinta dan laki-laki tampak membuat
novel ini hot dengan pemikirannya.
Lalu, Kika yang hampir senasib dengan Flory, takut menikah. Dia tampak tak
kalah seru dari Dina. Dan Ara, dia adalah satu-satunya cewek di antara 4 cewek
ini yang masih percaya pada cinta. Tapi, dia harus rela diinjak-injak karena
pemikirannya itu. Satu lagi, Gerry adalah pria dengan jenis kelamin tak jelas,
semakin membuat percakapan satu gank ini mengundang gelak tawa tapi juga
membuatku berfikir.
“Apa cinta emang ada, Ka?”
“Mungkin. Kadang-kadang elo mesti belajar untuk berhenti
berfikir. Cinta biasanya datang di saat orang lain nggak mikir.”
“Apa cinta selalu datang untuk orang-orang bego?” Hlm. 73
“Love is blind, Honey,”
“Yeah… itu membuktikan betapa
tololnya kita.”
“Itu Itu karena orang barat bilang
untuk menikah kita perlu kematangan isi hati dan kepala. They called it maturity.”
“Sementara orang Timur bilang, untuk
menikah kita cuma perlu kematangan kantong rahim dan sperma. We called it old enough.” Hlm. 306
Kalau bicara tentang
Vadin, aku merasa dia di tipe pria yang diidamkan banyak perempuan. Bukan
karena dia sudah mapan dengan pekerjaan yang gemilang. Tapi karena Vadin bisa
membuat perempuan tertawa dan hidup nyaman di sampingnya.
Sedangkan Flory sendiri,
menurutku dia terlalu larut dengan ketakutannya sendiri. Oke, takut menikah
dengan latar belakang trauma memang sedikit sulit dimengerti oleh orang yang
tidak merasakan sendiri trauma itu. Tapi, buat aku Flory yang takut menikah
cukup normal. Karena aku sedikit merasakan ketakutan yang dialami Flory, takut
melepaskan masa lajangku. *Curhat :D
Bagi aku yang lebih sering baca novel dari
pada BAB, sebuah novel menarik itu bernilai 4. Tapi, novel dengan daya sedot
kuat seperti novel ini, pantas diberi bintang hampir sempurna, 5 maybe.
Yup, novel ini punya daya
sedot kuat. Menurutku ini karena banyaknya dialog menarik yang membuat novel
ini mengalir dengan penuh beriak namun mengasyikan. Dan ini adalah jasa dari
Dina, Ara, Kara, dan Gerry. Jika novel ini hanya fokus pada Flory dan Vadin
saja, jelas novel ini akan tampak sama saja dengan jenis novel bertema sama.
Dan, loncatan-loncatan
yang dibuat Mbak Riri sangat lincah. Meski kadang ada bagian kembali ke waktu
yang telah berlalu di tengah-tengah cerita, aku sama sekali nggak merasa
bingung. Semua menyatu.
Pokoknya, novel ini
benar-benar gila, gila kenapa ada novel kayak gini? Kenapa ada orang-orang
kayak Dina, Kika dan Gerry? Huft, kita harus berterima kasih pada manusia
dengan otak sedeng kayak mereka.
Karena dunia terasa lebih ringan jika mau melihat dari sudut padang orang gila.
Ehm, berteman dengan
orang-orang berotak gila memang membuat dunia lebih ringan. Serius, aku pernah
hidup beberapa tahun dengan cewek-cewek dengan pikiran khas Dina dan Kara. Dan,
aku kangen mereka.
Novel ini dicetak ulang
dengan cover baru. Tapi, kenapa cover barunya malah terlihat sedikit ekstrim,
ya? Aku lebih suka yang lama, lebih lembut. Bikin orang bertanya, kenapa ada
gambar kemasan susu ultra di sana? Dan menurutku kemasan susu ultra lebih sesuai
dengan ceritanya.
Oke, untuk rating aku
kasih 4,8 dari 5 bintang. Kenapa nggak 5 sekalian? 0,2 nya buat di tabung, dear!
Dan, terakhir aku mau
bilang big thanks buat si penulis
yang baik banget mau men-signature buku ini. Juga buat @NBC_IPB yang sudah suka
dan menjadikan Flash Fiction berjudul Loving You menang di lomba FF yang diadakannya.
*Kecup jauh buat mereka.
Tulisan ini diikutkan dalam Indonesian Romance Reading Challenge 2014
Salah satu romance favorit aku hehe :)
ReplyDeleteIya, ini juga romance favoritku. :)
ReplyDelete