Thursday, December 18, 2014

Resensi – BIDADARI SANTA MONICA “Apakah ini keajaiban cinta?”



Penulis : Alexandra Leirissa Yunadi
Penerbit : Gramedia
Genre : Romance
Kategori : Metropop
Terbit : Agustus 2009
Tebal : 368 hlm
ISBN : 978 – 979 – 22 – 4884 – 5
Harga : Rp. 50.000
“Kalau aku sampai harus meninggalkan kamu, aku pasti mengirimkan malaikat untuk menjaga dan memastikan kamu baik-baik saja.” – Efraim – hlm. 250

Pelita, seorang ilustrator sebuah majalah. Namun belakangan, dia mendapat tambahan beban pekerjaan, yaitu menjadi reporter. Dia bertemu dengan seorang paling tampan yang pernah dia lihat – saat di lokasi syuting untuk mewawancarai  artis muda bernama Arlita.
Cowok itu dikira Pelita sebagai artis cowok yang ingin dia wawancarai – sebagai ganti mewawancarai Arlita. Ternyata, cowok itu adalah pemilik vila tempat syuting. Jelas Pelita malu sekali. Padahal, dia sudah terlanjur menanyakan beberapa pertanyaan. Sehingga, dia langsung kabur tanpa peduli dengan cowok bernama Efraim yang tadi berhasil mempesonanya, saat dia menyadari, dia salah sasaran.
Tak disangka, beberapa hari kemudian, Efraim muncul di kantor Pelita. Dia datang untuk menemui atasan Pelita, Pak Ian. Ternyata, Efraim adalah teman kecil Pak Ian. Dan ternyata lagi, Efraim sedang membuat kerjasama dengan majalah tempat Pelita bekerja untuk melakukan peliputan tentang tokonya yang menyediakan berbagai produk branded impor. Dan, Pelitalah yang mendapatkan tugas meliputnya. Great!
Dari sanalah mereka mulai dekat. Pelita yang sejak awal sudah tergila-gila dengan Efram semakin tak bisa menahan perasaannya. Padahal, dia tak ingin jatuh cinta semakin dalam pada Efraim, tapi Efraim membuatnya terus-terusan menjadi ge’er.
“…akhir-akhir ini aku memang sedang sangat menginginkan sesuatu… Tapi aku nggak akan mencoba-coba membeli apa yang aku inginkan itu dengan uang.” – Efraim – hlm. 93

Saat dia melayang dengan segala perhatian Efraim, Pelita menemukan sebuah kenyataan pahit. Efraim gay. Dia kekasih Pak Ian.
Benarkah? Apakah cinta Pelita benar-benar harus pupus sebelum berkembang? Lalu apa hubungan Pelita dengan si Malaikat Santa Monica?
“Sok tahu kamu, Lit. kata siapa yang meninggalkan nggak pernah mikirin  yang ditinggalkan lagi? Memangnya kamu pernah bertanya langsung?” – Efraim – hlm. 250

Banyak sekali yang harus dijawab. Banyak sekali misteri dan tantangan yang harus dilalui Pelita dan Efraim untuk menyatukan cinta mereka.

Bidadari Santa Monica, novel Metropop yang dibuka dengan pertemuan Pelita dengan pengamen cantik yang bermain harpa di jalanan Santa Monica. Penganen cantik yang dijuluki Bidadari Santa Monica itu berhasil menyentuh hati Pelita hingga dia menangis dengan lagu-lagu yang dia mainkan.
Pelita merasa ini aneh, kenapa dia bisa tergila-gila dengan pengamen itu hingga selama tujuh hari dia selalu mendatanginya. Keanehan semakin nyata saat pengamen itu mengetahui namanya. Kemudian semakin tak masuk akal saat mereka bertemu di pesawat saat Pelita akan kembali ke Jakarta.
Menurutku, judul novel ini kurang cocok. Membaca judul “Bidadari Santa Monica”, gambaran dibenakku adalah tentang si malaikat ini. Ternyata, dia hanya sebagai moderator yang meminta Pelita menceritakan kisahnya dengan Efraim.
Yah, walaupun akhirnya, si malaikat memang menunjukkan apa peranannya dalam hubungan Efraim dan Pelita. Tapi, ikut campurnya kurang kental.
Di novel ini ada typo yang mencolok. Di halaman 169 paragraf 2 dan paragraf 4. Harusnya disebutkan Pelita, tapi di sana malah disebutkan Mentari.
Aku menikmati cerita Pelita sebenarnya. Namun, saat konflik Pelita dengan mama Efraim sampai akhir, aku merasa jenuh. Pelita juga tampak semakin tak bisa mengendalikan emosinya.
Karakter Efraim sangat membuat jatuh cinta. Sedangkan Pelita, terkadang dia terlihat begitu rapuh. Namun, dia tampak natural menjadi dirinya sendiri.
Konflik Pak Ian juga berhasil dibangun dengan baik. Campur tangan Niki di hidup Pelita juga begitu terlihat nyata. Lalu, Mentari, si kakak jahat Pelita, dia berhasil membuat aku jengkel.
Aku suka covernya. Tapi, aku kurang suka ending-nya. Kenapa harus diselesaikan seperti itu? Tapi, itu hak penulis, sih.
Ratingnya, 2,4 dari 5 bintang.


No comments:

Post a Comment