Penulis : Alexandra Leirissa Yunadi
Penerbit : Gramedia
Genre : Romance
Kategori : Metropop
Terbit : Agustus 2009
Tebal : 368 hlm
ISBN : 978 – 979 – 22 – 4884 – 5
Harga : Rp. 50.000
“Kalau aku sampai harus meninggalkan kamu, aku pasti
mengirimkan malaikat untuk menjaga dan memastikan kamu baik-baik saja.” – Efraim – hlm. 250
Pelita, seorang ilustrator
sebuah majalah. Namun belakangan, dia mendapat tambahan beban pekerjaan, yaitu
menjadi reporter. Dia bertemu dengan seorang paling tampan yang pernah dia
lihat – saat di lokasi syuting untuk mewawancarai artis muda bernama Arlita.
Cowok itu dikira Pelita
sebagai artis cowok yang ingin dia wawancarai – sebagai ganti mewawancarai
Arlita. Ternyata, cowok itu adalah pemilik vila tempat syuting. Jelas Pelita
malu sekali. Padahal, dia sudah terlanjur menanyakan beberapa pertanyaan.
Sehingga, dia langsung kabur tanpa peduli dengan cowok bernama Efraim yang tadi
berhasil mempesonanya, saat dia menyadari, dia salah sasaran.
Tak disangka, beberapa
hari kemudian, Efraim muncul di kantor Pelita. Dia datang untuk menemui atasan
Pelita, Pak Ian. Ternyata, Efraim adalah teman kecil Pak Ian. Dan ternyata
lagi, Efraim sedang membuat kerjasama dengan majalah tempat Pelita bekerja untuk
melakukan peliputan tentang tokonya yang menyediakan berbagai produk branded impor. Dan, Pelitalah yang
mendapatkan tugas meliputnya. Great!
Dari sanalah mereka mulai
dekat. Pelita yang sejak awal sudah tergila-gila dengan Efram semakin tak bisa
menahan perasaannya. Padahal, dia tak ingin jatuh cinta semakin dalam pada
Efraim, tapi Efraim membuatnya terus-terusan menjadi ge’er.
“…akhir-akhir ini aku memang sedang
sangat menginginkan sesuatu… Tapi aku nggak akan mencoba-coba membeli apa yang
aku inginkan itu dengan uang.” – Efraim – hlm. 93
Saat dia melayang dengan
segala perhatian Efraim, Pelita menemukan sebuah kenyataan pahit. Efraim gay.
Dia kekasih Pak Ian.
Benarkah? Apakah cinta
Pelita benar-benar harus pupus sebelum berkembang? Lalu apa hubungan Pelita
dengan si Malaikat Santa Monica?
“Sok tahu kamu, Lit. kata siapa yang
meninggalkan nggak pernah mikirin yang
ditinggalkan lagi? Memangnya kamu pernah bertanya langsung?” – Efraim – hlm. 250
Banyak sekali yang harus
dijawab. Banyak sekali misteri dan tantangan yang harus dilalui Pelita dan
Efraim untuk menyatukan cinta mereka.
Bidadari Santa Monica, novel Metropop yang dibuka dengan pertemuan Pelita dengan
pengamen cantik yang bermain harpa di jalanan Santa Monica. Penganen cantik yang
dijuluki Bidadari Santa Monica itu berhasil menyentuh hati Pelita hingga dia
menangis dengan lagu-lagu yang dia mainkan.
Pelita merasa ini aneh,
kenapa dia bisa tergila-gila dengan pengamen itu hingga selama tujuh hari dia
selalu mendatanginya. Keanehan semakin nyata saat pengamen itu mengetahui namanya.
Kemudian semakin tak masuk akal saat mereka bertemu di pesawat saat Pelita akan
kembali ke Jakarta.
Menurutku, judul novel
ini kurang cocok. Membaca judul “Bidadari Santa Monica”, gambaran dibenakku
adalah tentang si malaikat ini. Ternyata, dia hanya sebagai moderator yang
meminta Pelita menceritakan kisahnya dengan Efraim.
Yah, walaupun akhirnya,
si malaikat memang menunjukkan apa peranannya dalam hubungan Efraim dan Pelita.
Tapi, ikut campurnya kurang kental.
Di novel ini ada typo yang mencolok. Di halaman 169
paragraf 2 dan paragraf 4. Harusnya disebutkan Pelita, tapi di sana malah
disebutkan Mentari.
Aku menikmati cerita
Pelita sebenarnya. Namun, saat konflik Pelita dengan mama Efraim sampai akhir,
aku merasa jenuh. Pelita juga tampak semakin tak bisa mengendalikan emosinya.
Karakter Efraim sangat
membuat jatuh cinta. Sedangkan Pelita, terkadang dia terlihat begitu rapuh. Namun,
dia tampak natural menjadi dirinya sendiri.
Konflik Pak Ian juga
berhasil dibangun dengan baik. Campur tangan Niki di hidup Pelita juga begitu
terlihat nyata. Lalu, Mentari, si kakak jahat Pelita, dia berhasil membuat aku
jengkel.
Aku suka covernya. Tapi,
aku kurang suka ending-nya. Kenapa
harus diselesaikan seperti itu? Tapi, itu hak penulis, sih.
Ratingnya, 2,4 dari 5
bintang.
No comments:
Post a Comment