Penulis : Ibuki Yuki
Penerjemah : Muhammad Ali
Penerbit : Penerbit Haru
Genre : Romance, Drama Family
Kategori : Adult, Terjemahan, Jepang
Terbit : Februari 2015
Tebal : 342 hlm
ISBN : 978 – 602 – 7742 – 47 – 5
Harga : Rp. 65.000
Flu hati, apakah penyakit
itu benar-benar ada?
Mungkin. Buktinya, saat
ini Suga Tetsuji memilih mengasingkan diri ke rumah mendiang ibunya di Miwashi
hanya untuk mencari obat penyakit flu
hatinya.
Tokyo, terutama rumahnya,
apalagi sosok istri Tetsuji – Rika – bukanlah tempat dan sosok yang bisa
memperbaiki keadaannya. Bisa jadi, merekalah yang membuatnya mengidap penyakit
aneh ini.
“Hidup yang selalu minta maaf itu
tidak baik, kan? Padahal, kau tidak melakukan kesalahan sedikitpun. Jangankan
melakukan kesalahan, kau bahkan memperhatikan sekelilingmu dengan cukup baik.
Kau itu seharusnya marah.” – Tetsuji – 120
Ternyata, Miwashi memang
tempat yang akan menyembuhkannya. Karena disana, Tetsuji bertemu dengan Peko-chan – julukan seorang perempuan yang
dipercaya membawa keberuntungan untuk supir truk maupun mobil yang mau
memberikannya tumpangan pada perempuan ini.
Suatu ketika, saat
Tetsuji kembali dari membeli makanan cepat saji, dia mendapati Peko-chan meminta ijin untuk menumpang
mobilnya. Meskipun enggan, tapi tak ada pilihan untuk Tetsuji karena tujuan
mereka sama, kota pesisir Miwashi. Perempuan itu turun di sebuah rumah makan
bernama Miwa, dan akhirnya mereka berpisah.
“Benar-benar aneh. Orang-orang kelas ‘melon berkualitas
tinggi’ menyukai buah kelas terendah seperti kinko-uri…” – hlm. 150
Namun, takdir membawa
Peko-chan bertemu kembali saat
Tetsuji yang hampir mati terseret ombak. Dia menolongnya, dan saat itulah
perempuan yang mempunyai nama asli Fukui Kimiko itu mengetahui, bahwa Tetsuji
adalah anak dari pemilik Rumah Semenanjung.
Rumah inilah yang membuat
Kimiko menemukan apa yang selama ini dia cari, musik klasik kesukaan anaknya
yang sudah meninggal. Karena itulah, Kimiko mengajukan penawaran pada Tetsuji
untuk membereskan rumahnya, asalkan dia diajari musik klasik.
Permintaan yang menarik,
menurut Tetsuji. Maka, mulai saat itu Kimiko selalu ada di hari-hari Tetsuji.
Awalnya, Tetsuji bersikap
begitu dingin pada Kimiko. Namun perlahan, es di dalam dirinya mulai mencair,
dan menghangat. Penyakit flu hatinya juga mulai membaik. Kehadiran Kimiko di
hidup Tetsuji sangat berarti sekali untuknya.
Tapi, masih ada masalah
di tempat lain. Masalah yang akan berhamburan saat Rika kembali memasuki hidup
Tetsuji. Begitu juga Kimiko yang selama ini
belum bisa memaafkan dirinya sendiri karena kisah masa lalunya, karena
kematian anak dan suaminya.
“Semak belukar atau bunga mawar
sekalipun, jika memang sudah waktunya layu, semua akan layu, kok.” – Kimiko – hlm. 95
Dua orang yang sama-sama
terluka, mereka memang saling mengobati, tapi apakah bisa saling melengkapi
selamanya?
The Wind Leading to Love, novel terjemahan Jepang yang mengangkat kota pesisir
Miwashi dengan keindahan lautnya yang membuat aku menikmati setiap setting tempat ini. Apalagi setting dan detail Rumah Semenanjung
yang langsung berhadapan dengan laut, wao… benar-benar suasana yang menjanjikan
kedamaian.
Konflik novel ini
disajikan runtun, meskipun masalahnya benar-benar ruet. Terjemahannya juga
cukup enak dibaca. Interaksi antara Kimiko dan Tetsuji juga sangat asyik untuk
terus diikuti.
Karakter Kimiko dan
tetsuji ini sangat bertolak belakang. Kimiko terasa begitu energik, menyiratkan
semangat yang tak pernah padam meskipun dia tak lagi muda. Kimiko jenis
perempuan pekerja keras dan ramah, juga hangat, membuat dia disayangi
orang-orang di sekitarnya. Jadi, meski dia hanya sebatangkara, tapi Kimiko
tetap merasa punya keluarga.
Sedangkan Tetsuji jenis
pria yang – awalnya – sudah berubah menjadi pria yang tak lagi punya harapan
hidup, begitu dingin dan cukup sentiment pada setiap orang. Perlahan, setelah
dia mengenal Kimiko, karakter dia yang dulu mulai muncul.
Ternyata, Tetsuji tipe
pria yang hangat meskipun dia bukan pria yang meledak-ledak. Dia juga sensitif,
dan penyayang. Menurutku, Tetsuji juga bukan orang dengan emosional tingkat
tinggi. Dia menghadapi masalahnya bukan dengan teriak-teriak, namun dia cukup
tegas untuk mengambil keputusan.
Alur novel ini cukup
cepat. Meskipun banyak tokoh yang ditampilkan, tapi tidak membuat pembaca
kebingungan. Pembukaannya yang menceritakan tentang Peko-chan juga cukup
menarik. Dan, ending-nya…. Yah, untuk
ending memang biasa-biasa saja, sih.
Yang aku suka dari novel
ini adalah cara Kimiko menghadapi hubungan dan rasa cintanya yang mulai tumbuh
untuk Tetsuji. Dia bisa berpikir dari sudut pandang posisinya yang seperti
wanita kedua perebut suami orang. Padahal, kalau mau menelisih lebih dalam,
saat Tetsuji dan Kimiko bertemu, Tetsuji memang sudah tidak lagi harmonis
dengan istrinya.
Novel ini memang
memberikan banyak pelajaran tentang hubungan rumah tangga, tentang kesadaran
mau menerima kelemahan pasangan kita, dan tentang mau melangkah lebih mantap ke
arah masa depan tanpa menghitung juga mengingat kepedihan di masa lalu.
Rating novel ini 2,8 dari
5 bintang.
Penasaran sama karakternya Tetsuji, aku pengin tahu deh kisah masalah rumah tangga yang dia alami.
ReplyDelete