Karya : Jenny Han
Penerjemah : Airien Kusumawardani
Penerbit : Spring
Genre : Romance
Kategori : Young Adult, Terjemahan,
Family Drama
Terbit : April 2015
Tebal : 380 hlm
ISBN : 978 – 602 – 71505 – 1 – 5
Harga : 64.000
Pernahkah kamu menulis surat berisikan perasaanmu pada
seseorang?
Itulah yang selalu Lara
Jean Song Covey lakukan di saat dia memutuskan untuk melepaskan perasaan
cintanya untuk seseorang. Dia menuliskan semua yang ada di pikirannya, karena
dia tahu, surat itu tak akan pernah sampai pada orang yang harusnya
menerimanya. Dia memang memasukkan surat itu ke amplop, namun hanya untuk
menyegelnya, lalu menyimpannya di dalam kotak topi milik ibunya.
“Aku bimbang. Mungkin lebih baik
tidak membebani Margot dengan semua ini… Lagi pula, apa yang harus kukatakan?
Bahwa aku menulis sejumlah surat cinta dan semuanya terkirim, termasuk surat
yang kutulis untuk pacarmu?” – Lara Jean – hlm. 86
Sayang sekali, surat itu
tiba-tiba saja sampai pada orang-orang yang harusnya menerimanya – pada
cowok-cowok yang pernah Lara Jean suka. Termasuk pada Josh – kekasih kakaknya,
Margot – juga pada Peter Kavinsky – kekasih Genevieve, cewek paling cantik dan
populer di sekolahnya. Dan, ada tiga lagi surat lainnya. Untunglah, ada satu
surat yang tidak terkirim. Setidaknya, dia selamat dari satu lubang.
“Kau harus santai, Lara Jean. Hidup
tidak harus terlalu direncanakan. Jalani saja dan lihat apa yang terjadi.” – Peter Kavinsky – hlm. 131
Mengetahui Peter menerima
suratnya saja membuat hidup Lara Jean mendung, apalagi saat Josh menerimanya.
Ini tidak benar! Meskipun Josh dan Margot baru saja putus, Lara Jean yakin
mereka akan kembali bersama dan surat itu tak seharusnya dibaca Josh. Dan satu
lagi, sepertinya Lara Jean masih menyukainya.
Josh berusaha meminta
penjelasan pada Lara Jean. Tapi, jelas saja Lara Jean mengatakan kalau surat
itu sudah lama dia tulis dan dia sudah mempunyai seorang kekasih. Surat itu tak
ada artinya lagi untuk Lara Jean.
Kekasih? Sejak kapan Lara
Jean punya kekasih? Lara Jean berusaha berpikir cepat untuk menyebut sebuah
nama agar kebohongannya mendekati sempurna. Peter Kavinsky yang kabarnya baru
saja putus dari Genevieve – tiba-tiba muncul di depan Lara Jean dan Josh. Tanpa
pikir panjang, Lara Jean langsung menghambur padanya, lalu menciumnya.
“…kurasa untuk masalah hati, kita
tidak bisa memperkirakan bagaimana seseorang akan bersikap.” – Lara Jean – hlm. 18
Buat Peter, perbuatan
Lara Jean benar-benar lucu. Namun, saat Lara Jean menceritakan penyebab dia bisa
menjadi cewek gila seperti itu – Peter berpikir, sepertinya menjadi kekasih
Lara Jean adalah ide bagus. Dia ingin membuat mantan kekasihnya cemburu.
Dan, begitulah perjanjian
itu dimulai, perjanjian antara Lara Jean dan Peter Kavinsky untuk menjadi sepasang
kekasih bohongan.
“Ini akan membantumu juga, kau tahu?
Dengan cowok bernama Josh itu. Bukankah kau khawatir kehilangan harga dirimu di
depannya? Cara ini bisa menyelamatkanmu dari rasa malu yang lebih jauh lagi. Kenapa
kau ingin bersamanya jika kau bisa bersamaku? Yah, pura-pura bersamaku. Tapi
jangan macam-macam. Aku tidak mau kalau sampai kau jatuh cinta padaku.” – Peter Kavinsky – hlm. 121
To All the Boy’s I’ve Loved Before, novel tentang gadis lugu yang lebih
senang memendam perasaannya, dari pada berlari dan menyatakannya. Lara Jean,
dia bukannya tidak ingin dicintai, dan merasakan cinta. Tapi, itulah Lara Jean,
dia bukan cewek dari benua barat pada umumnya. Darah Asia yang mengalir di
nadinya – mungkin – yang membuat dia berbeda. Atau, memang itulah Lara Jean,
bukan tipe cewek yang terlalu terbuka untuk cintanya. Padahal, dalam benaknya,
dia selalu memimpikan kisah cinta yang manis – persis seperti di dalam novel,
atau film romantis.
Aku merasa, karakter Lara
Jean ini mirip denganku. Aku juga lebih senang memendam cinta dari pada
menyatakannya. Dan aku juga mengharapkan kisah romantis dalam kehidupan cintaku
– efek kebanyakan baca novel romance.
Lara Jean lebih memilih
kakak dan adiknya daripada cowok yang dia sukai. Karena baginya, tempatnya ada
di sana. Bisa dibilang, dia tak pernah percaya diri jika berkaitan dengan
cinta. Begitu juga denganku.
Lara Jean sangat suka
menilai seseorang, dan aku juga begitu. Komentar Peter untuk Lara Jean
sepertinya cocok juga ditunjukkan untukku.
“Menurutku, pada dasarnya kau memang
terlalu mudah menilai seseorang. Itu kekurangan yang harus kau perbaiki.
Menurutku kau juga harus belajar untuk bersikap sedikit santai dan
bersenang-senang.” –
Peter Kavinsky – hlm. 157
Lara Jean takut menyetir,
sebenarnya bukan takut, tapi tidak percaya diri. Lara Jean bisa menyetir, tapi
karena lebih sering gugup, itu membuat dia jadi takut. Sedangkan aku, aku bisa
menyetir – bukan mobil, tapi motor. Tapi, aku sering gugup saat diminta
membonceng. Aku juga merasa takut untuk menyetir dalam jarak yang jauh, seperti
keluar kota. Jadi, acara nyetir menyetir akan aku hindari jika ada orang yang
bisa memboncengku. Ada kemiripan, kan?
Lara Jean bisa memasak,
meskipun masakannya tetap kalah dari Margot. Aku juga bisa memasak, bisa dimakan
tentunya. Tapi, masakanku bukan sesuatu yang bisa membuat seseorang mengatakan
“ENAKNYA!”
Tentang surat. Kalau Lara
Jean menuliskan surat untuk cowok-cowok yang dia sukai saat dia memutuskan
untuk melepaskannya. Aku lebih suka menulis di buku catatan tentang segala hal
yang aku ketahui tentang cowok itu. Tapi, itu dulu, saat aku masih terlalu
naïf. Sekarang? Rasanya hal itu tampak kekanak-kanakan, atau jaman sekarang
akan disebut ‘alay’.
Oke, cukup membandingkan
aku dengan Lara Jean. Yang jelas, membaca novel ini membuat aku mengingat
diriku dulu, dan beberapa diriku sekarang. Dan, kenapa review ini malah mirip
pengakuanku tentang siapa diriku yang sebenarnya?
Novel ini punya pembuka
yang sedikit membuat aku berpikir, ‘aduh… seru nggak ya novel ini?’ Namun, itu
hanya di beberapa bab awal. Selanjutnya, aku sangat…sangat… sangat menikmati
kisah Lara Jean. Mungkin, di bab awal cara berceritanya terlalu telling. Makanya, sedikit membosankan.
Saat cerita sudah sampai
di mana Lara Jean mulai berbuat konyol karena tak ingin Josh mengetahui
perasaannya, novel ini mulai menampakakan keseruannya. Dan, saat Peter sudah
menjadi kekasih Lara Jean, grafik keseruannya semakin naik.
Peter Kavinsky memang
tipe cowok yang gampang membuat cewek terpesona. Kalau tidak, mana mungkin
Genevieve mau bersama Peter dan menjadi kekasihnya dalam waktu cukup lama.
Meskipun Peter terkenal bukan cowok baik, tapi Peter termasuk setia. Dia sangat
mencintai Genevieve sampai-sampai dia mau menjadi kekasih Lara Jean untuk
membuat Gen cemburu.
Peter termasuk cowok
penyuka anak kecil, karena Peter berhasil membuat Kitty – adik Lara Jean begitu
menyukainya. Sebelumnya, Josh-lah cowok idola Kitty. Tapi, kehadiran Peter
berhasil sedikit menggeser tempat Josh di hati Kitty. Ini jelas membuat Josh
yang tidak suka pada Peter jadi makin tidak suka.
Interaksi dalam keluarga
Lara Jean membuat aku iri. Meskipun ibu mereka yang berdarah Korea sudah
meninggal, tapi mereka tetap menjadi keluarga yang bahagia. Margot-lah yang
berperan sangat besar dalam keluarga ini. Bisa dibilang, Kitty mendapatkan
sosok pengganti ibunya dalam diri Margot.
Margot begitu dewasa, dia
hebat dalam segala hal, dan dia bisa memecahkan segala masalah. Tapi, aku
merasa Margot dewasa sebelum waktunya. Dia terasa kaku, dan sangat senang
menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya. Bagiku, Margot itu kelabu hingga
terlalu sulit untuk ditebak.
Interaksi antara Peter
dan Lara Jean adalah bagian terpenting yang membuat novel ini seru. Mereka
sering kali tampak saling menjatuhkan. Tapi, ada saatnya mereka tampak begitu sweet, seperti saat Peter mengirimkan
pesan-pesan lewat kertas untuk Lara Jean. Lalu, saat Peter datang ke rumah Lara
Jean dan membatu membuat Cupcake.
Dan, masih banyak adegan-adegan yang bikin aku menghela napas saking irinya.
Cowok tipe Peter ini
sepertinya jenis cowok yang asyik diajak berteman atau pacaran. Dia akan memberikan
banyak sekali kejutan-kejutan dan hal-hal yang membuat hubungan tak
membosankan. Meskipun, kita juga harus bersiap-siap saat dia berulah.
Novel ini menggunakan
sudut pandang Lara Jean, sehingga pembaca bisa merasa dekat dengan tokoh
utamanya, memahami perasaanya, dan bisa menilai seperti apa Lara Jean. Karakter
Lara Jean adalah karakter cewek yang akan mudah membuat orang sayang padanya.
Cara berceritanya memang
sedikit agak lambat, tapi aku memang suka novel ini dibuat dengan kecepatan
seperti ini, karena aku tak ingin novel ini habis. Aku ingin terus menikmati chemistry Lara Jean dan Peter. Jadi, tak
sabar bertemu sekuelnya – PS. I Still Love You.
Menurutku, pilihan
Penerbit Spring untuk memakai desain cover sama seperti novel aslinya
sangat…sangat…sangat tepat. Covernya benar-benar cantik, dan membuat orang
pengin memasukkannya di dalam lemari buku untuk dikoleksi.
Ending-nya, meskipun novel ini masih ada lanjutannya, setidaknya aku masih bisa
menarik kesimpulan di akhir cerita. Lega, sih, karena meskipun aku penasaran
bagaimana kisah Peter dan Lara Jean. Setidaknya, aku tahu masih ada kelanjutan
dari hubungan mereka. Mereka tidak benar-benar selesai. Tapi, aku belum tahu
bagaimana Lara Jean akan menyelesikan konflik ini.
Rating 4,3 dari 5 bintang.
Info, nih. Buat yang pengin baca novel sekuel dari To All the
Boy’s I’ve Loved Before, sebentar lagi Penerbit Spring akan menggelar Blog Tour
untuk novel PS. I Still Love You. Tentu
saja ada Giveaway. Dan, aku terpilih menjadi salah satu HOST BLOG TOUR
untuk novel ini.
Jadi, jangan sampai ketinggalan!
No comments:
Post a Comment