Penerbit : Gagasmedia
Genre : Romance, Fiksi
Kategori : Adult, Traveling
Terbit : 2015
Tebal : X + 470 hlm
ISBN : 979 – 780 – 818 – 1
Harga : Rp. 77.000
Audy, benar-benar nekat
saat memutuskan pergi sendirian menjelajahi Eropa lewat itinerary impiannya. Dan sialnya, baru saja dia sampai di Paris dan
berencana langsung ke Brussels, dia malah ketinggalan kereta. Padahal, Audy
sudah booking penginapan di sana.
Rencana Audy berantakan.
Jelas saja dia langsung panik, karena tak banyak pengalamannya untuk bertualang
sendirian seperti ini.
Sepertinya, nasib Ibrahim
alias Ibi juga sedang sial. Dia ketinggalan kereta ke Brussels, persis yang
dialami oleh Audy. Dan, dua orang ini bertemu di Menara Eiffel.
Karena keisengan Ibi yang
membantu Audy menawar gantungan kunci, membuat keduanya jadi berinteraksi
lebih. Kemudian, berlanjut untuk membantu Audy mengambil foto berlatar belakang
Menara Eiffel, lalu mencarikan Audy tempat makan, akhirnya mereka malah menjadi
teman perjalanan berkeliling Eropa.
“Iya. Ketemu kamu tidak ada di dalam
skenario perjalananku. Tapi, diperjalananku ini, kamulah hal terbaik yang
terjadi kepadaku.” –
Audy – hlm. 300
Ibi yang seorang wartawan
lepas sebuah website olahraga sebenarnya ingin ke Roma untuk meliput sebuah
pertandingan. Namun, entah kenapa saat bertemu Audy dan melihat seperti apa
implusifnya cewek ini, Ibi jadi tertarik untuk masuk dalam itinerary perjalanan Audy.
Petualangan mereka di
mulai dari Paris, Amsterdam, Munich, Belin, Praha, Venezia, Roma, Barcelona,
dan kembali lagi ke Paris. Dan, perjalanan ini akhirnya tidak hanya milik Audy,
namun juga milik Ibi.
Ini bukan sekedar
perjalanan keliling Eropa. Tapi, ini perjelanan saling mengenal antar dua orang
yang begitu asing dan tiba-tiba bisa sangat begitu dekat dan saling bergantung.
Lalu, sebenarnya apa yang ada di balik hati mereka? Sekedar teman perjalanan
atau sudah melebihi dari pada itu?
“Setiap orang punya perjalanan
sendiri, Ta. Di dalam perjalanan itu, kamu akan merasa seperti butiran debu
kosmik yang sedang berputar di alam semesta ini. Nggak spesial. Nggak berharga.
Jadi kamu pasti akan tertarik pada orang pertama yang datang menghampiri kamu
dengan sikap sopan, baik, penampilan keren dengan fisik menawan.” – Audy – hlm. 138
Sunset Holiday, novel romance yang dibungkus dengan kisah perjalanan di
beberapa negara Eropa. Menampilkan sosok Audy yang nekat jalan-jalan sendiri ke
Eropa, padahal dia itu baca arah saja bingung. Implusif banget, deh, dia ini.
Trus diduetkan sama Ibi
alias Ibrahim Taulani, cowok yang masih aja betah di Swiss padahal udah dua
tahun lulus S2. Sebenarnya, belum lulus sih, karena dia belum mendaftar untuk
wisuda. Alasannya, biar bisa tetap di Swiss dengan menggunakan visa pelajarnya.
Ibi ini malas pulang, dia menyukai dunia jurnalis hingga rasanya dia malas
untuk melaksanakan kwajibannya menjadi penerus perusahaan keluarga.
Membaca novel ini, berasa
baca catatan perjalanan. Seru, banyak hal yang menambah pengetahuanku tentang
kota-kota indah di Eropa sana. Termasuk, tahu kalau di Paris juga banyak
penjual asongan yang dikejar-kejar kamtib.
Sayang novel ini kurang challenge. Terlalu fokus sama kisah
perjanannya hingga terasa samar menampilkan konflik, koflik yang sedikit
mengguncang pembaca agar cerita lebih seru.
Memang ada beberapa
konflik yang dimunculkan, namun itu masalah-masalah dalam perjalanan seperti
Audy yang ketinggalan kereta saat ingin ke Brussels, nggak dapat penginapan,
sampai kecopetan, dan beberapa masalah lain yang nggak enak disebut semuanya
karena takut jadi spoiler.
Aku mau ada konflik lebih
antara Audy dan Ibi, yang nggak klise, dan bikin segar. Sebenarnya, ada satu
konflik yang memicu rasa cemburu Ibi pada Audy. Namun, kurang cetar, kurang
dijadikan sebuah konflik yang empuk. Oke..oke…semakin ke belakang, konflik
antara Ibi dan Audy memang semakin memuncak, tapi nggak pecah.
Novel ini asik, karena
seperti yang aku bilang tadi, bisa menambah pengetahuanku. Aku yang penyuka
traveling dan bermimpi bisa keliling Eropa juga sangat menikmati perjalanan backpacking go-show dimana mereka nggak
punya tujuan tetap. Jadi, banyak kejutan yang dihadirkan dari serunya
mendatangi berbagai tempat, mencicipi
makanan-makanan khas di negara tersebut, sampai serunya menikmati perjalanan untuk
sampai ke tempat yang mereka tuju.
Novel ini dibawakah oleh
dua orang, dari sudut pandang Audy dan Ibi yang ditulis oleh dua orang berbeda.
Audy oleh Nina Ardianti, dan Ibi oleh Mahir Pradana.
Aku masih menyukai ciri
khas tulisan Nina Ardianti, ringan dengan bahasa yang membumi. Kali ini, aku
juga suka cara bercerita Mahir Pradana. Kemarin waktu membaca Here, After aku
kurang srek. Tapi, kali ini dia berhasil duet dengan seorang Nina Ardianti.
Mereka beneran bisa menyatu dengan cukup baik.
Mungkin, chemistry bulir-bulir cinta kali, ya.
Kan, setelah novel ini terbit, mereka akhirnya…ahem…menuntaskan ending Sunset Holiday dengan super sweet. Mereka menikah!!! Yap, Nina
Ardianti akhirnya menikah dengan Mahir Padana.
Jujur, aku kaget banget
saat dikirimi adikku screenshot foto
pernikahan Nina dan Mahir yang diambil dari Instagram Nina Ardianti. Wao…Nina
nikah sama Mahir. Wao… sampai aku jadiin status di BBM-lho. Dan, banyak yang
komen. Mereka juga sama terkejutnya denganku.
Jadi, saat baca novel
ini, entah kenapa aku jadi terbayang Audy itu Nina Ardianti. Mereka kan
sama-sama punya pipi chubby. Dan, aku kesulitan untuk nggak membayangkan Mahir
adalah Ibi. Adu, padahal Ibi kan tinggi dan wajah Arab-nya cukup kental
pula. Dan Mahir, dia nggak punya wajah Arab sama
sekali – kayaknya.
Akhirnya, aku memutuskan
memberi 2,8 dari 5 bintang untuk novel ini.
No comments:
Post a Comment