Penulis : Syahmedi Dean
Penerbit : Gramedia
Genre : Metropop, Drama, Family
Terbit : September 2014
Tebal : 224 hlm
ISBN : 978 – 602 – 03 – 0784 – 8
Harga : Rp. 50.000
Nania, putri semata
wayang seorang selebriti terkenal, Jonathan Razi. Dia sedang berada di tengah
peperangan antara kedua orang tuanya.
Dalam kesedihannya, Nania
selalu mencurahkan isi hati di buku merahnya. Di sanalah dia jatuh cinta pada
Pangeran Kertas, sosok yang lahir dari kata-katanya sendiri.
Kemudian, Raka muncul.
Nania begitu penasaran pada cowok ini karena mendengar beberapa bait kata yang
dia tuliskan di skenario Papa Jo. Saat itulah Nania seperti menemukan Sang
Pangeran Kertas yang selama ini hanya ada dalam imajinasinya.
“Kau menyiksaku dengan rayuan malam.
Kau tarik aku terbang ke bulan. Bisakah kau kirimkan aku kembali ke bumi?” – Raka – hlm. 47
Dari acara Pekan Sastra
Remaja di Taman Menteng, Raka dan Nania mulai menunjukkan perasaan
masing-masing. Dan di Taman Ayodhya cinta itu mulai mereka wujudkan. Sayangnya,
ada sosok Alvan yang lebih dulu hadir di hidup Nania. Alvan berhasil membuat
Raka berfikir, Nania sudah mempermainkannya.
“Aku pikir kamu seorang kesatria,
temuilah aku. Biasakan untuk menyelesaikan masalah, dan pergi baik-baik.” – Nania – hlm. 115
Raka pergi dengan segala
spekulasinya sendiri. Meninggalkan Nania yang patah hati dan merana. Kemudian
Alvan, dia hadir dan mencoba menyembuhkan luka Nania.
“Siapalah pemilik hati? Siapalah pemilik harapan? Tak
ada yang tahu di mana aliran keduanya akan bertemu, membawa tawa atau air
mata.”– hlm. 216
Pangeran Kertas, Novel yang mengangkat sisi kehidupan selebritas – secara
tidak langsung. Bisa dibilang, kita disuguhi realita seperti apa kehidupan di
balik glamornya para seleb. Keluarga yang kelihatan harmonis, belum tentu
benar-benar seindah apa yang tampak.
Seperti keluarga Nania,
sang papa mencoba menampilkan image
pria setia dengan keluarga yang bahagia. Namun kenyataannya, sang istri sama
sekali tak bahagia karena suaminya terus saja sibuk bekerja, dan anaknya merasa
kesepian karena orang tuanya yang kadang lupa akan keberadaannya.
“Tapi setiap kenyataan yang kita
dapat memang selalu punya konsekuensi. Kita harus selalu kuat dan siap. Itulah
kenapa di antara harapan dan kenyataan selalu ada rentang waktu, supaya setiap
saat kita bisa bersiap-siap.” – Shanti – hlm. 197
Karakter Nania kadang
tampak tegar, sebenarnya dia sangat rapuh. Dia tak mampu melakukan apa-apa,
sekalipun dia berhak untuk meminta didengarkan suara hatinya.
Mamanya yang sering kali
emosional seperti menggambarkan karakter antagonis. Meskipun sang mama bisa
dibilang korban dari ketenaran sang papa, namun cara dia menunjukkan kemarahan
sangat berlebihan. Sehingga, Papa Jo yang sebenarnya adalah pemicu masalah,
malah tampak sebagai tokoh protagonis. Apalagi saat kita mulai mengenal
karakter Papa Jo yang ramah, penyayang dan menyenangkan, kita akan dibuat
simpati padanya.
Sedangkan Raka, aku agak
ilfil dengan cowok seperti ini. Dia begitu sensitif dan aku rasa dia juga
egois. Dia tahu–sangat tahu Nania mencintainya. Kenapa dia tidak mencoba untuk
percaya pada Nania? Kenapa dia malah pergi dengan pikirannya sendiri? Memangnya
dengan begitu dia akan bahagia? Hah, cowok bodoh! Ya, cowok seperti Raka adalah
cowok bodoh.
Berbeda dengan Raka,
Alvan menampilkan karakter cowok menyenangkan, baik, perhatian, dan juga tegas.
Dia seperti jalan lurus yang menyenangkan, namun Nania tampak enggan
melaluinya.
“Na, intuisi dan rasa suka, kalau
bergabung, nggak perlu lagi waktu berabad-abad untuk riset dan perkenalan.
Tinggal keberanian saja untuk meraih idaman jiwa.” – Alvan – hlm. 178
Berbicara tentang pilihan
diksi, novel ini cukup banyak menggunakan kata-kata puitis. Namun terkadang,
aku malah merasa kalimatnya tampak berlebihan dan kurang cocok jika digunakan
dalam situasi tersebut. Mungkin, ini masalah selera juga, sih.
Di novel ini, juga
tersaji beberapa puisi yang ditulis Nania dan Raka. Puisinya, em… sebenarnya
aku bukan ahli puisi. Namun, saat membacanya, aku tidak menemukan feel yang menyentuh hati.
Menurutku lagi – maaf, ya
– kalimat-kalimat dalam percakapan terkadang terasa hambar, seperti kurang
rasa, seperti kurang alami.
Bagian pembuka juga
kurang menyedot rasa penasaranku. Lalu, kebetulan-kebetulan di novel ini
terlalu banyak. Dari puisi yang seperti saling menjawab, padahal belum ada
interaksi di antara mereka, kenal saja belum.
Kemudian, dua kali
pertemuan Nania dan Raka di Jaipur. Juga beberapa kebetulan lainnya yang
diceritakan di ending. Aku nggak bisa
sebutkan, takut spoiler. Lalu, untuk
penyelesaian konfliknya, aku merasa seperti dipaksakan.
Yang menarik, novel ini
mengajak kita untuk jalan-jalan ke Jaipur, India. Kemudian, diselipkan juga Holi
Festival yang sepertinya menyenangkan untuk diikuti. Aku serasa membaca novel traveling saat sampai di bagian itu.
Tidak hanya India,
penulis juga mengambil setting di
Yogyakata, tempat Raka dilahirkan dan dibesarkan. Penulis berhasil menggambarkan
kedua tempat ini dengan sangat menarik.
Padahal, kemarin aku baru
saja dikasih tahu, jangan liburan ke India. Negara itu Negara yang jorok
banget. Saat ingat itu, aku langsung nggak jadi jatuh cinta pada India.
Kalau Yogyakarta, aku
pernah backpacker-an ke sana dan
melalui jalur yang dilalui Raka untuk pulang ke rumah. Berasa ikut berjalan di
samping Raka saat membaca bagian tersebut.
Untuk desain cover, menurutku cukup artistik dan menarik.
Siluet wajah seorang cowok yang terbentuk dari kumpulan pepohonan cemara.
Wuiiihhh…kreatif banget.
Rating untuk novel ini
2,5 dari 5 bintang.
Nyoba beli ah *penggemar buku* :)
ReplyDeleteHahaha,, jangan lupa ikutan Giveaway with Booklaza. Kali aja dapet vouchernya. Lumayan kan? :D
ReplyDeletebuku ini kayaknya bahasanya lumayan nyastra ya, berat :)
ReplyDeletePernah ada keinginan untuk membeli novel ini. Tapi membaca blurb-nya, saya urung. Saya kurang yakin novel ini akan sebagus series novel sebelumnya...
ReplyDeleteArga Litha : Nggak nyastra berat kok Mbak Litha, Hahaha... masih bisa masuk ke selera para pembaca novel pop :D
ReplyDeleteAdin : Aku malah belum baca novel series-nya. Hehehe... cukup penasaran, sih, dulu. Tapi, entah kenapa setelah baca novel ini, aku jadi nggak tertarik lagi sama novel seriesnya. :D
Minat sama novel ini? Booklaza ready 1 buku. Untuk buku lain silahkan buka instagram @booklaza
ReplyDelete