Air Terjun Mlaten-Ponorogo,
ini tempat wisata yang belum banyak orang tahu, akupun juga nggak tahu kalau
nggak diajakin ke sana. Tempat ini baru terkenal di Instagram, jadi jangan
heran kalau sampai di sana nggak ada orang.
Air Terjun Mlaten berada
di Desa Temon, Kecamatan Sawoo, Ponorogo. Jalan menuju ke sana lumayan perlu
perjuangan, karena pas aku ke sana, jalan yang lebih dekat ke tempat ini
ditutup karena diperbaiki. Alhasil, kita harus muter dulu. Tenang, di sana
memang nggak ada petunjuk arah, tapi penduduk Ponorogo orangnya ramah-ramah,
bisa tanya mereka, biasanya mereka tahu tempat ini.
Dari kejauhan, kita sudah
di sapa oleh Air Terjun Mlaten yang ternyata nggak ada airnya. Lho? Iya, nggak
ada airnya karena musim kemarau. Buat menuju ke sana saja kita nggak tahu dari
mana tracking-nya dimulai.
Tadi, waktu lewat sebuah rumah
yang di depannya ditulisi “Parker” bukan Parkir, beneran gitu tulisannya.
Sayang, nggak sempat foto tulisan itu kemarin – kita lanjut aja, gitu. Nggak
peduliin tulisan itu, kesasar deh. Untung bisa segera sadar dan balik arah
menuju rumah itu.
Sama penduduk sana, kita
dikasih tahu jalur menuju Air Terjun Mlaten. Lewat kebun gersang, menuruni
bukit dengan keadaan tanah yang gampang bikin tergelincir kalau nggak hati-hati,
trus menyebrangi sungai, dan akhirnya sampai di tempat di antah berantah ini.
Awalnya, sudah nggak
semangat. Di jalan, dalam hati membatin, “Ini ntar apa yang mau dilihat? Hello…
itu air terjun nggak ada airnya, coy! Masak masih mau lanjut, sih?” Niat hati,
aku mau nunggu di sini saja. Di sebuah batu di bawah pohon yang semilir-semilir
anginnya. Cuma, kok ya ngeri juga sendirian disitu. Terpaksa lanjut.
Tempat galau pengin berhenti aja |
Ternyata, sampai di sana
pemandangannya cukup memuaskan. Sungai yang airnya nggak benar-benar kering,
tapi airnya hanya menggenang di beberapa tempat dengan batu-batu besar di sekitarnya
ini beneran asyik banget buat latar belakang foto.
Lanjut mengeskplor sungai
ini, bebatuannya makin rapat dan makin besar. Dari sungai ini, Air terjun
Mlaten yang airnya hanya kayak iler bayi umur satu tahun ini, punya tekstur
tanah yang bergaris di tebingnya. Keren, lho, jangan diremahkan.
Jika kamu berani naik ke
atas bukit, kamu bisa naik ke tebing Air Terjun ini. Tapi, aku nggak, deh…
nggak mau ambil resiko, karena beberapa kali terdengar longsoran batu dan tanah
dari tebing air terjun. Nggak besar kok longsorannya, tapi tetep ngeri saja.
Kita berada di sana lama
banget, sekitar dua jam.
Perjuangan buat kembali
ke tempat parkir berasa banget menderitanya. Huaah… panasnya dan jalannya yang
menguras tenaga bikin ngos-ngosan. Apalagi, bekal yang dibawa sangat-sangat
minim. Kita kekurangan air, dan makanan. Bayangin di tempat parkir nggak ada
warung, apalagi yang jual es teh… makin galau hati ambo.
Aku ini tipe orang kalau
suruh prepare pinter banget, tapi sama ketua regu-nya, aku nggak dibilangin
kalau jalan-jalan kali ini mau mencari planet baru, ya pesiapanku cuma air satu
botol isi 1500 ml doang.
Sampai di tempat parkir,
langsung menyelonjorkan kaki. Tanya sama penduduk, ada warung, nggak? Seperti
prediksiku, nggak ada. Adanya toko, itupun harus jalan kaki ke atas beberapa
meter. Mau ke kamar mandi juga begitu. Di sana nggak ada air. Aduh, nggak
sanggup! Mending segera turun, dan cari di bawah saja.
Untung ketemu Mushola
yang sudah pakai Jetpam, dan jalan beberapa meter ketemu toko yang jual air
dingin. Juga sprite buat obat masuk angin Mas Eko.
Eksplor tempat begini
nggak bawa bekal, aduh… menderita, deh. Buat yang ke sini, mending bawa bekal
dan minum cukup, dengan dess kode yang simpel dan pakai sepatu atau sandal
gunung. Bawa tongkat lebih bagus, biar waktu naik dan turun bukit yang tanahnya
gampang bikin terpeleset, bisa ada yang dijadikan pegangan.
Ini cerita singkat di
akhir bulan Oktober. Ada cerita seru lain di Bulan Nopember. Gili Labak Madura,
draf sudah siap, tinggal posting. Tungguin ulasannya, ya.
Dan terakhir, silahkan dicicipi oleh-oleh traveling kali ini. Kalau kamu kepingin, tinggal datang aja ke sana.
Jalan menuju ke sini awalnya mulus. Pemandnagannya jg oke |
Foto by Eko P dan Reny Kusuma Wardani
(IG : @RenyKusuma)
Narasi by Dian S Putu Amijaya
(@dianputuamijaya)
Gpp ga ada airnya mbak, kalau dilihat2 batu-batunya jg ga kalah keren kok :)
ReplyDeleteMemang... Alhamdulillah, jadinya g 'jadi' nyesel deh jalan jauh-jauh begini
ReplyDeleteMbk dian emang pean asli mna kok semangat banget mnjelajai hutan blantara
ReplyDeleteArek ngawi. Nggak jauh-jauh amat dari Ponorogo
DeleteMbk dian emang pean asli mna kok semangat banget mnjelajai hutan blantara
ReplyDelete