Penerbit : Gagasmedia
Genre : Romance, Fiksi
Kategori : Adult, Film Dokumenter
Terbit : 2015
Tebal : vi + 378 hlm
ISBN : 979 – 780 – 843 – 2
Harga : Rp. 69.000
Kadang, sosok mandiri dan
berambisi beranggapan bahwa pernikahan dan komitmen menjadi sesuatu yang
menakutkan. Dua hal tersebut bisa saja menjadi halangan untuk mencapai impian
dan merenggut kebebasan. Maka, inilah yang dipilih Samuel Hardi dan Lana
Lituhayu Hurt, sebuah hubungan tanpa status meskipun mereka lebih dari pantas
disebut sepasang kekasih.
“Hubungan yang ideal adalah hubungan
yang tanpa ikatan. Dengan begitu, lelaki dan perempuan bisa bersama sekaligus
tetap mandiri.” –
Samuel Hardi – hlm. 87
Samuel adalah sineas
berbakat. Sejak umur teramat muda, dia sudah mendapatkan penghargaan bergengsi
untuk film dokumenter yang dia buat. Ini berkat ambisinya yang teraman tinggi,
dan ambisi inilah yang membuat dia sangat menyukai kebebasan dan menganggap
pernikahan hanya sesuatu yang akan merusaknya.
Pandangan yang sama
dimiliki Lana. Dia yang besar di Amerika dan bekerja di Nat Geo sangat
menikmati petualangan-petualangannya di berbagai tempat yang tidak semua orang
bisa pergi ke sana. Lana tak kalah hebat membuat film dokumenter, dan dia masih
memiliki banyak target yang harus dia capai di dunia perfilman. Jadi buat dia,
cinta dan pernikahan bukan salah satu tujuan hidupnya. Apalagi, melihat
hubungan orang tuanya, membuat Lana semakin takut pada komitmen.
“Dalam hubungan lelaki dan perempuan
memang harus ada yang dikorbankan. Itu yang membuat hubungan berhasil. Itu yang
menjadikan hubungan berharga.” – Ruruh Rahayu – hlm. 227
Anehnya, dua orang ini
mempunyai hubungan yang tidak pernah mau disebut cinta. Mereka hanya dua orang
yang saling menikmati kebersamaan tanpa menuntut apapun, termasuk komitmen.
Namun, Tuhan membuat
kejutan di dalam jalinan mereka. Kejutan yang membuat jalur yang sudah mereka
rancang berantakan tak terkira. Ini karena Tuhan sayang mereka, menginginkan
mereka menyadari tentang cinta yang tak pernah mereka percaya.
Masalahnya, apakah mereka
tahu tujuan Tuhan? Atau mereka memilih jalan yang berbeda untuk bisa
melanjutkan ambisi-ambisi mereka tanpa pengganggu?
“Kau mudah saja bicara pernikahan. Buatmu, mungkin itu sakral
dan indah, seperti dongeng yang berakhir bahagia selama-lamanya. Buatku,
pernikahan berarti meninggalkan semua yang kumiliki saat ini.” – Lana – hlm. 313
Last Forever, aku menyebutnya novel seri kedua dari Montase. Dalam
jalinan cerita, dua novel ini memiliki keterkaitan. Meskipun tidak mempengaruhi
ceritanya secara langsung, namun tokoh di Montase beberapa hadir kembali di Last
Forever.
Samuel Hardi, sejak
kemunculannya di Montase sebagai peran pendukung, aku sudah terpikat dengan
karismanya. Karena itu, aku senang sekali saat Windry Ramadhina membuatkan
cerita khusus tentang Samuel Hardi.
Dia, yang sejak di
Montase sudah terkenal sebagai sosok mempesona, tampak semakin bikin jatuh
cinta saat di Last Forever. Sebenarnya, Samuel bukan cowok yang sempurna. Dia
lebih kepada sosok brengsek yang suka menjalin hubungan singkat dengan lawan
jenis, kecuali dengan Lana. Namun, sikapnya yang nggak manis itu malah bikin
meleleh.
Lana tipe cewek tak
pantang menyerah, petualang, keras kepala, dan ambisius. Sikapnya yang suka
seenaknya sendiri, datang dan pergi sesuka hati saat bersama Samuel membuat
Lana tampak menarik. Siapa lagi cewek yang berani bersikap seperti itu pada Samuel.
Rayyi, dia tokoh utama di
novel Montase. Meski tidak banyak mendapat porsi, namun kehadirannya yang suka
menyindir, dan bicara blak-blakan selalu berhasil membuat Samuel kesal. Adegan-adegan
seperti ini malah bikin aku tertawa.
Konflik yang dibangun
sangat menarik. Mengambil tema tentang dua tokoh yang sama-sama tidak ingin
menjalin komitmen, namun akhirnya mereka dipaksa berpikir keras agar tidak
perlu berkomimitmen.
Penyelesaiannya aku suka,
penggambaran kampung yang memiliki peradapan kuno di Flores juga keren, sampai
pada petualangan mereka saat membuat film dokumenter juga perlu diacungi
jempol.
Pokoknya, novel ini mantap. Cover-nya menarik,
termasuk sketsa Windry Ramadhina di novel ini bagus banget. Tapi, Samuel-nya
kurang ganteng.
Ending-nya bikin pembaca
puas. Meskipun, aku penasaran gimana polah Samuel saat menanti anaknya lahir.
Kenapa bagian itu nggak diceritakan juga, mbak.
Rating untuk novel ini
4,5 dari 5 bintang.
Yang Montase sayanya rada lupa. Makanya saya kurang ngeh dengan karakter Samuel Hardi ini. Namun saya penasaran dengan komitmen yang dihindari tersebut.. Apakah rencana Tuhan yang menimpa mereka?
ReplyDeleteHehehe... aku memang sengaja nggak buka kartu buat apa yang bikin mereka harus berkomitmen.
DeleteTapi, konflik ini sebenarnyta sudah aku tebak sejak tahu bagaimana hubungan samuel dan Lana
recomended banget nih, cakep :)
ReplyDeleteYap, rekom banget :D
Delete