Penerbit : Rak Buku
Genre : Horor, Thriller, Romance,
Fiksi
Kategori : Adult
Terbit : 2015
Tebal : ii + 236 hlm
ISBN : 978 – 602 – 732 – 301 – 8
Harga : Rp. 49.000
Jeruk seorang penulis
novel romance yang sedang naik daun. Dia harus rela menjalin hubungan jarak
jauh dengan kekasihnya, Alan, demi menjaga neneknya yang mengidak Alzheimer di
Yogyakarta.
Suatu hari, dia menemukan
liontin perak dengan hiasan batu berwarna putih susu. Bentuknya seperti tetesan
air. Dan saat Jeruk membuka liontin itu, ada sebuah foto tua yang di belakangnya
tertulis nama Rinai.
“…Sebuah hubungan itu bertahan lama
bisa terjadi karena dua hal, pertama karena kebutuhan dan yang kedua karena
ketergantungan. Bisa juga karena keduanya.” – Alan – hlm. 57
Bermula dari itulah,
Jeruk menggunakan nama Rinai sebagai nama alias saat dia menulis novel horornya.
Dia tidak bisa menuliskan namanya di novel horor itu karena editornya melarang
dia menulis novel selain romance.
Alan tampak tidak
menyukai keberadaan Rinai yang menyaingi kepopuleran novel Jeruk. Dia tak tahu
jika Rinai adalah Jeruk. Memang hanya satu orang yang tahu rahasia ini, Darla
sahabat baik Jeruk sejak kecil.
“Darla, selama aku masih bisa
merasakan ketakutan dan memiliki imajinasi, aku bisa menulis novel horror. Kamu
tahu, imajinasi lebih mengerikan dari pada hantu mana pun.” – Jeruk – hlm. 40
Anehnya, cerita dalam
novel Rinai bisa terwujud menjadi kenyataan, sangat persis dengan cerita di
dalam novelnya. Hanya saja, nama korbannya tidak sama.
Mereka, termasuk Jeruk
tidak tahu ada sesuatu di belakang kisah-kisah yang ditulis Jeruk saat dia
menjadi Rinai. Awalnya, Jeruk hanya menganggap semua yang terjadi hanya
kebetulan. Namun, perlahan dia merasa ada yang janggal. Eru – Mahameru hadir
untuk menguatkan misteri-misteri yang sedang terjadi. Dia menyadarkan Jeruk
tentang bahaya yang sedang mengancam mereka semua.
“Kadang kala kita harus selalu
waspada dan untuk itu kita membutuhkan prasangka dan dugaan. Jangan abaikan
prasangka buruk sebab dunia ini jahat…” – Alan – hlm. 35
Mampukah Jeruk
mengehentikan aksi balas dendam Rinai. Padahal, Rinai adalah dirinya. Bagaimana
caranya dia bisa menghentikan dirinya sendiri?
Alias, novel horor thriller yang berbaur dengan romance.
Membaca bab pertamanya
saja, aku sudah terhisap dalam kisahnya. Apalagi saat membaca kalimat puitis
penuh misteri yang diucapkan Uti Greti, nenek Jeruk.
“Pernahkah pelangi menangis karena hujan dan
langit tak mau mewarnainya? Jika sempat, tolong katakan pada hujan untuk meniti
satu kali pada tiga puluh tahun kesunyian di ujung pelangi yang tak terbatas. Mungkin
saja asa yang tersesat menemukan jalan pulang dan darah tak harus tercurah pada
telaak yang beku.” –
Uti Greti – hlm. 2
Kalimat ini mengandung
kode. Apalagi saat Jeruk menemukan liontin itu. Lalu, muncul kasus dan ternyata
kasus itu tampak seperti kisah novel Rinai yang jadi kenyataan. Semua langsung
memunculkan rasa penasaranku.
Membaca novel thriller horor
benar-benar menarik. Aku seperti terus diajak main tebak-tebakan dan ingin
segera sampai pada bagian akhir karena aku penasaran dengan cara
penyelesaiannya.
Karakter Jeruk yang
tampak manis terasa pas jika dia menulis novel romance. Namun, ternyata ada
sesuatu yang lain di dalam dirinya. Jeruk sejak kecil sudah mempunyai kemampuan
berimajinasi menciptakan kisah-kisah horor, sampai-samapi Darla benar-benar
dibuatnya takut.
Namun, aku merasa Jeruk
tidak bisa menjadi dirinya sendiri. Alan merubahnya menjadi apa yang dia mau.
Aku tak habis pikir, kenapa Jeruk mau-mau saja menjadi orang lain demi cinta
Alan. Padahal, aku yakin Jeruk bisa hidup tanpa Alan.
Sejak awal, aku memang
tidak terlalu suka dengan karakter Alan yang selalu memperhatikan
penampilannya. Cewek saja kalah sama kepeduliannya pada penampilan. Kayaknya,
penulis memang ingin menciptakan Alan sebagai cowok yang tidak disukai pembaca
karena ada Eru.
Eru ini kebalikan dari
Alan. Rambutnya panjang dan sering dicepol. Dia tak tahu fashion seperti Alan.
Namun, ini cowok yang sebenarnya. Penulis memang tidak membuat Eru menjadi
cowok yang bisa meluluhkan hati semua cewek. Namun, sikapnya itu malah bikin tanpa
sadar aku menaruh perhatian padanya.
Pada dasarnya aku suka
keseluruhan novel ini. Meskipun horor, namun penulis tidak membuat pembaca
ketakutan. Malah menjadi begitu menikmati. Karena hantunya juga nggak yang berdarah-darah
atau yang menakutkan seperti di film-film horor Indonesia.
Penyelesaiannya bagus. Endingnya
udah bisa membuat pembaca bernapas lega. Tapi, pas di titik akhir malah dibuat
penasaran kembali dan aku tak menemukan bagaimana akhir yang sebenarnya. Sepertinya,
penulis ingin pembaca membuat endingnya sendiri.
Rating untuk novel ini
3,5 dari 5 bintang.
Nama karakternya Jeruk?? Aneh ya. Tapi jalan ceritanya sangat menarik. Yang membuat penasaran, ada kasus apa aja yang muncul akibat nama alias Rinai ini..
ReplyDeleteIya memang. Mbak Ruwi ini hobi banget bikin nama aneh. Kemarin pas Patung Garam itu namanya Kiri. sekarang Jeruk.
DeleteKasusnya misterius banget pokoknya :D