Thursday, January 16, 2014

Haruku...Haru #MyBestofHaru



Kadang waktu terasa begitu cepat berlalu. Sampai-sampai  kita tidak merasakan ada sesuatu yang sudah berubah, bertambah atau berkurang. Namun, saat kita menyadari perubahan itu, kita akan terhenyak sendiri.
Sama seperti saat aku tahu, Penerbit Haru sudah berumur tiga tahun. Ah, pantas dia tampak makin dewasa dalam menyajikan setiap karyanya. Pantas banyak yang tak bisa menolak pesonanya, termasuk aku.
Awalnya, aku mengenal Penerbit Haru sebagai Penerbit yang lebih fokus pada buku terjemahan Korea dan Jepang. Ternyata, semakin mengenalnya, aku tahu banyak novel lokal berkualitas yang juga diterbitkannya. Nggak heran satu persatu buku Penerbit Haru semakin menjejali rak bukuku. Dan untuk saat ini ada sembilan buku Haru yang aku punya.
Dari sembilan buku tersebut, ada lima yang sudah di review, diantaranya So, I married the Anti-fan, The Chronicles ofAudy, Paper Romance, Explicit Love Story, dan Cheeky Romance.
Buat aku, juara paling kece untuk novel Haru yang sudah aku baca adalah Novel Cheeky Romance.
 Menurutku, novel ini gokil gila. Konfliknya nggak menye-menye gitu-gitu saja. Banyak kejutan yang benar-benar bikin syok, kayak adegan Yoo Chae yang BAB di celana. Karakter tokohnya pun sangat kuat dan melekat manis di dalam cerita. Eksplor latar belakang pekerjaan kedua tokohnyapun begitu gamblang diceritakan, termasuk segala hal pernak-pernik masalah yang ada di dunia mereka. Bahkan, novel ini memberiku pengetahuan tentang ibu hamil dan melahirkan. Sampai-sampai aku merekomendasikan buku ini buat adikku yang kuliah di kebidanan.
Novel kedua yang jadi favoritku adalah The Chronicles of Audy.
Di awal, novel ini terkesan datar dan kurang nendang. Namun, semakin ke tengah aku nggak bisa berhenti baca karena lagi-lagi aku dibuat penasaran sama jalan ceritanya. The Chronicles of Audy, 90 % berhasil menggugah emosiku lewat tokoh-tokohnya yang punya perbedaan karakter mencolok. Dan, dari situ lah novel ini terasa berbeda meski tema awalnya terasa cukup banyak diceritakan penulis lain.
Yang menjadi poin plusnya, novel ini tidak terasa menggantung meski kita tahu novel ini akan dibuat kelanjutannya. Rasanya, penulis tidak menyiksa kesabaran pembaca untuk menunggu novel berikutnya.
Explicit Love story adalah novel ketiga yang menjadi favoritku.
Mulanya, aku jatuh cinta pada covernya yang pink manis. Jadi, saat @fiksimetropop menanyakan hadiah buku apa yang aku inginkan untuk juara 3 cerpen #terHARU, aku tanpa mikir lagi langsung menyebut Explicit Love Story. Dan aku tak kecewa saat membacanya.
Novel ini punya jalan cerita yang tak bisa ditebak. Ceritanya memang sangat konyol, tapi itulah yang bikin menarik. Memang, novel ini novel dewasa yang harus di jauhkan dari jangkauan anak di bawah 18 tahun. Namun, banyak teladan yang bisa kita ambil darinya. Dan novel ini semakin sempurna karena cara menerjemahkan Penerbit Haru terasa ringan. Sehingga, aku merasa seperti membaca novel lokal.
Sampai saat ini, aku merasa desain cover-cover buku Haru sudah cukup menggoda. Dan semakin hari, cover-cover itu semakin cantik. Cover-cover itu tidak sekedar sebagai pemikat, namun sudah bisa memberikan gambaran tentang ceritanya. Selain itu, cara menerjemahkannya tidak terasa kaku seperti novel-novel terjemahan pada umumnya. Pilihan novelnya juga semakin banyak. Genrenya juga semakin luas. Bahkan sekarang Penerbit Haru berani merambah comic yang dikemas berbeda. Semua ini adalah kemajuan yang sangat pesat.
Hanya saja, aku berharap editor dan proofreader semakin selektif untuk masalah typo baik dalam kesalahan cetak penyebutan nama, huruf maupun masalah tanda baca dan pemilihan diksi yang kadang cukup menganggu.
Dalam pemilihan karya, aku punya saran untuk Penerbit Haru. Saat ini memang sedang trend penulis lokal menulis cerita dengan tokoh luar negeri. Tidak masalah memang, namun aku pribadi lebih suka penulis lokal bercerita tentang tokoh lokal pula. Jika tokoh lokal diceritakan berada di luar negeri dan berinteraksi dengan orang-orang asing di sana, atau setting yang diambil di luar negeri itu bukan masalah. Yang penting, penulis lokal tetap bercerita tentang tokoh lokal dengan karakter lokal pula. Karena beberapa kali berhadapan dengan novel lokal yang bercerita tentang tokoh luar, aku merasa kurang pas saja. Mereka kebanyakan tidak menguasai karakter tokohnya. Namun, jika memang ingin menerbitkan karya seperti ini, aku harap Penerbit Haru lebih teliti lagi memeriksa setiap incinya.
Sedangkan untuk novel terjemahan, tetaplah memilih novel-novel berasal dari Asia saja. Karena menurutku itu sudah menjadi ciri khas Penerbit Haru.
Harapanku untuk Penerbit Haru, tetaplah menjadi diri sendiri, tetap eksplor habis-habisan karya-karya menarik luar dan dalam negeri. Dan akan lebih keren jika Haru bisa menyaring penulis-penulis lokal yang punya ide brilliant dengan teknik menulis yang unik menjadi karya yang eksotis.
Happy Birthday Penerbit Haru!!!
Aku selalu mengharapkan kelahiran novel-novel dengan mutu jempol yang punya keunikan-keunikan yang tak bisa kutemukan dari penerbit lainnya.
Good job Penerbit Haru!
Good luck untuk karya-karya yang akan datang!

No comments:

Post a Comment