Thursday, May 8, 2014

Resensi – After D-100 “Kisah Sebuah Laci yang Terbuka”



Penulis : Park Mi Young
Penerjemah : Putu Pramania Adnyana
Penerbit : Haru
Tebal : 382 hlm
Terbit : Juni 2013
Genre : Dewasa
ISBN : 978 – 602 – 7742 – 18 – 5
Harga : Rp. 63.000

Menikah pada dasarnya adalah hidup bersama dengan orang yang kita cintai, orang yang membuat kita nyaman, aman dan bahagia. Untuk menjadikan tujuan pernikahan itu bisa terwujud, kita hanya perlu saling percaya dan terbuka kepada pasangan kita. Namun, rumus sederhana itu sepertinya sangat sulit diterapkan dalam rumah tangga Kang Gyung Hee dan Lee Jung Chul.
Selama pernikahan, Lee Jung Chul bukanlah Lee Jung Chul yang sebenarnya. Dia menyembunyikan dirinya dari istrinya karena sebuah alasan yang hanya dirinya yang tahu. Tapi, akhirnya setelah dua tahun menikah, Kang Gyung Hee menemukan rahasia besar suaminya yang tersimpan dalam laci meja kerjanya.
Dalam laci tersebut terdapat foto dan dokumen yang membuat Gyung Hee terkejut. Ternyata, selama ini dia tak mengenali siapa sebenarnya suaminya itu. Karena kenyataan tersebut, Kang Gyung Hee terpaksa mengambil keputusan, dia akan menceraikan suaminya setelah seratus hari.
Selama ini, Gyung Hee merasa bahagia dengan pernikahannya. Pernikahan yang terjadi begitu cepat karena para orang tualah yang mengambil keputusan tanpa meminta pertimbangan darinya maupun dari Lee Jung Chul. Dan selama ini pula, Gyung Hee sudah memberikan segalanya dan menuruti semua permintaan Jung Chul.
“…aku tidak pernah mendefinisikan bahwa suamiku adalah orang seperti ini dan seperti itu. Aku menerima sikapnya apa adanya. Ibaratnya seperti spons yang menyerap air, begitulah aku hidup selama ini. Menerima semuanya begitu saja.” – Kang Gung Hee – hlm. 79

Sekarang, Kang Gyung Hee sudah berubah. Dia bertekat membalas sakit hatinya pada Lee Jung Chul. Apalagi, setelah kemunculan Mina, mantan kekasih Jung Chul yang sepertinya berniat menggoda Jung Chul kembali. Gyung Hee semakin yakin, keputusannya sudah tepat.
Kang Gyung Hee benar-benar mempersiapkan dirinya sebelum perceraian itu terjadi. Dia membuka sebuah toko tas dengan bantuan sahabatnya, Jung Woo. Dia berharap, semoga toko itu bisa membuatnya hidup mandiri tanpa membebani siapapun.
Namun, sepertinya Tuhan sedang mengujinya. Dia semakin sering bertemu Mina. Mina bukan tipe wanita yang diam-diam merayu suami orang di belakang istrinya. Mina memperlihatkan niatnya, bahkan dia seperti sengaja membuat Gyung Hee marah dengan memintakan ijin Jung Chul untuk bertemu dan mengenang kembali cinta mereka.
Perubahan sikap Gyung Hee mulai disadari Jung Chul. Namun pria ini malah semakin dingin dengan istrinya. Dan, perlahan rahasia Jung Chul mulai diketahui banyak orang, termasuk kedua orang tuanya. Rahasia bahwa Jung Chul pernah menjalani pengobatan karena masalah kejiwaan dan kebohongan Jung Chul bahwa dia madul, membuat Kang Gyung Hee diminta pulang ke rumah orang tuanya. Dan, masalah perceraian itupun semakin menguat untuk segera diwujudkan.
Sebenarnya, Lee Jung Chul menyembunyikan masalahnya karena dia takut istrinya meninggalkannya. Diam-diam dia sangat mencintai istrinya meskipun sikapnya sangat dingin, bahkan dia pernah bilang, dia menikahi Gyung Hee bukan karena cinta.
“Cinta, tidak bisakah kau mengajariku tentang hal itu? Karena aku tidak tahu apa-apa tentang hal itu, tidak bisakah kau yang lebih tahu ini mengjariku?” – Lee Jung Chul – Hlm. 282

Lalu bagaimana Lee Jung Chul menjalani hidupnya tanpa Kang Gyung Hee? Apakah dia menerima saja dengan keputusan Gyung Hee?
Kemudian, bagaimana dengan Kang Gyung Hee? Apakah dia tetap kokoh tak akan kembali pada Lee Jung Chul yang masih membuatnya rindu, meskipun Kang Gyung Hee tahu dengan pasti suaminya ternyata sangat mencintainya dan juga menderita karena keadaannya?
“Kisah cintaku dimulai dari diriku seorang dan pada akhirnya pun, aku sendiri yang mengakhirinya. Cinta bertepuk sebelah tangan memang biasanya mudah hancur dan sulit untuk bangkit kembali saat jatuh dengan keras seperti ini.” – Kang Gyung Hee – Hlm. 172
After D-100 adalah novel yang bercerita tentang pernikahan tanpa keterbukaan. Sebuah keadaan rumah tangga yang awalnya tampak menyenangkan─walaupun hanya dari sudut pandang Gyung Hee─dan sangat menyedihkan saat mulai diuraikan.
Cerita mulai berjalan mengalir dengan gaya bercerita yang enak. Perlahan misteri kenapa Lee Jung Chul bersikap sebegitu dingin dengan istrinya dan kenapa dia menikahi Gyung Hee perlahan terurai. Dan, Jung Chul di awal cerita dengan Jung Chul yang sebenarnya sangat berbeda seratus delapan puluh derajat.
Inilah bagian menariknya, penulis memberikan gambaran awal yang berbeda, lalu mulai menuturkan kenyataan-kenyataan membuat aku terus tersedot misterinya. Lalu, aku mulai menaruh simpati pada Lee Jung Chul. Apalagi, di bagian akhir cerita, karakter Jung Chul yang hangat membuatku menyadari, banyak alasan seorang pria bersikap dingin pada wanita. Mungkin ada seribu alasan yang menuntutnya seperti itu.
“Gyung Hee, aku ingin kita hidup seperti air yang mengalir. Gejolak itu ‘kan ada di bawah air. Kita hidup sambil melihat permukaan air saja. Ya?” – Lee Jung Chul – Hlm. 115

Karakter Kang Gyung Hee yang sebenarnya ceria sepertinya tidak banyak terlihat dalam cerita. Mungkin karena situasi yang dia hadapi. Namun, aku merasa Gyung Hee adalah wanita kuat dan tabah, meski dia adalah wanita plin plan akut.
Dalam cerita, banyak karakter yang bermunculan, mulai dari Jung Woo, sahabat Gyung Hee, In Sik si pemilik bangunan tempat Gyung Hee mendirikan toko, Mina mantan kekasih Jung Chul yang menyebalkan, dan tentu orang tua Gyung Hee dan Jung Chul, juga orag tua Lee Jung Chul dan kakak-kakak Gyung Hee.
Namun, karakter itu hanya semacam bumbu semata. Seperti In Sik yang sebenarnya menyukai Gyung Hee. Dia hanya muncul di awal, dan satu kali di bagian akhir. Tak ada sebuah konflik yang lebih greget yang bisa dibangun antara Gyung Hee dan In Sik.
Lalu, Mina. Walaupun dia hanya muncul di awal, namun dia bisa memanaskan keadaan. Sedangkan Ayah dan Ibu Gyung Hee berhasil menjalankan tugasnya sebagai orang tua yang berusaha melindungi anaknya dari suami yang telah melukainya.
Secara keseluruhan, aku menyukai cerita ini. Tema tentang kemandulan, ketidakterbukaan, dan perceraian memberiku ilmu baru dalam kehidupan. Yaitu, keterbukaan dan memperlihatkan apa adanya diri kita sejak awal, ternyata menjadi bagian yang utama untuk menjadikan sebuah kehidupan lebih baik. Setidaknya, kita tidak menyimpan boom waktu yang kapanpun bisa meledak.
“Awalnya aku tidak sanggup mengatakannya padamu. Aku sudah berencana memberitahumu saat kau mengatakan akan menikah denganku. Tetapi, aku berharap, siapa tahu kau bisa memberikan 1% kemungkinan itu padaku. Jadi, kuputuskan untuk menyembunyikannya darimu. Hingga sampai saat ini. Maafkan aku.” – Lee Jung Chul – Hlm. 190

Meski cover novel ini manis, tapi sebenarnya novel ini bergenre dewasa. Ada beberapa adegan 17+ yang bisa dipahami kenapa dia hadir disana, karena novel ini memang bercerita tentang sebuah hubungan suami istri. Jadi, buat adik-adik, skip dulu novel ini, tunggu umur mencukupi, ya?
Aku ingin memberikan acungan jempol untuk Penerbit Haru, karena lagi-lagi berhasil memuaskanku dengan cerita yang manis, dan gaya penerjemahan yang nyaman dan luwes.
Nilai untuk novel ini 3,6 dari 5 bintang.
Buku ini bisa langsung kalian order ke aku dengan harga Rp. 40.000 saja (Exc ongkir). Minat? Langsung kontak BBM 74D81B01 atau Whatsapp : 085736100626. 

2 comments:

  1. komunikasi memang penting. kisah novel ini salah satu contoh kurangnya komunikasi dalam rumah tangga >.<
    sebenarnya... kalau diomongin baik2 dan gak pada jaim, pasti rebes deh. tapi kenapa sih kebanyakan karakter di drama korea dan kisah2 korea lainnya salah satu pihak (dan atau keduanya) selalu jaim? biar seru kali' yaaa

    ReplyDelete
  2. Wih, kaget nih kedatangan tamu si mbak Arga Litha. :D
    Mungkin memang kepribadian orang Korea seperti itu. Beda sama orang eropa yg langsung serang, tabrak, dan tararararara kayak apa yang ada di otaknya.
    Aku rasa Korea sama Indonesia agak mirip, ya? Beberapa orang Indo, terutama Jawa, agak jaim buat blak-blakan. Meskipun itu sama pasangan sendiri. Yah, akhirnya apa yang ada di hati sama di mulut bisa beda 180 derajat. Iya kalau dia bisa tahan selamanya, kalau nggak ya siap2 jungkir balik. Akhirnya, bubaran! :D

    ReplyDelete

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos