Tuesday, October 7, 2014

Resensi – RAIN AFFAIR “Selalu ada cinta yang tepat untuk kita”



Penulis : Clara Canceriana
Penerbit : Gagasmedia
Genre : Young Adult
Terbit : 2010 (Cetakan Pertama)
Tebal : vi + 342 hlm
ISBN : 979 – 780 – 409 – 7
Harga : Rp. 34.500

“Apa ada yang salah dengan hubungan lo sama Noah?” – Rendi – hlm. 32

Lea sangat tahu, dia sangat…sangat…sangat mencintai Noah, kekasihnya yang lebih memilih pekerjaannya dibanding dirinya. Buat Lea, semua tak ada masalah, meskipun sering kali dia harus menelan kekecewaan karena Noah. Karena, hanya Noah yang sangat dia inginkannya, apapun yang terjadi. Mungkin, hidup Lea pun hanya ditujukan untuk Noah.  Yah, Noah…Noah…dan Noah… itulah warna hidup Lea.
“Ya, lo tahulah, ada prioritas dalam hidup ini. Apa sih prioritas hidup Noah? Masak iya dia mau kawin sama kantornya? Nggak, kan? Satu kali nunda pekerjaan bukan berarti dunia kiamat.” – Rendi – hlm. 64

Sebenarnya, di alam bawah sadar Lea, dia tahu, dia sudah membohongi dirinya sendiri. Tapi, Lea memilih tidak mengakui itu. Menurutnya, Noah memang mencintainya. Dia tak pernah ada untuk Lea karena pekerjaannya yang super sibuk.
Tapi, mau tak mau, terkadang kenyataan itu tetap saja tak bisa dia hindari dan membuat hatinya perih. Bukan pekerjaan yang membuat Noah tak pernah ada untuk Lea. Mungkin, pekerjaan itu hanya alasan untuk menghindarinya. Karena, sejak dulu, hanya ada satu nama yang ada di hati Noah, Rissa, kakak kandung Lea.
“Dia takut, ketika dia memeluk Rissa, dia tidak ingin lagi melepasnya. Lagi pula, dinding pemisah yang transparan, terbentang diantara keduanya. Entah siapa yang memulai, tapi keduanya seperti sama-sama membatasi diri.” – hlm. 125

Seseorang yang  asing, yang pernah bertemu Lea saat hujan, yang pernah memberikan payungnya pada Lea – tiba-tiba datang di hidup Lea sebagai guardian angle.
“Bagaimana pun, kenangan setahun lalu – di bawah rinai hujan itu – adalah miliknya sendiri. Dia yakin cewek itu bahkan tak mengingat kejadian itu – minimal, tak sejelas di dalam ingatannya.” – hlm. 37

Nathan, pria itu langsung mengenali Lea saat dia bertemu kembali dengan perempuan itu. Karena bagi Nathan, bayangan Lea memang sudah menjadi penghuni hatinya. Dan saat dia mengetahui Noah, teman kantornya adalah kekasih Lea, ada perasaan kecewa di rerung hatinya. Namun, karena Noahlah Nathan punya alasan untuk hadir sebagai penghapus dan penghibur kesedihan Lea.
Rain Affair, novel yang mengatakan padaku, “Cinta bukan sesuatu yang patut dikorbankan. Jika kamu memang tahu, orang yang sangat kamu sayangi juga mencintai seseorang yang juga kamu cintai, kamu tak perlu mengorbankan perasanmu disaat seseorang yang kamu cintai itu memang memilihmu. Kenapa? Karena saat kamu meminta dia yang mencintaimu untuk mencintai orang lain yang kamu sayangi, sama saja kamu menyiapkan boom atom untuk menghancurkan tiga hati sekaligus. Hatimu, hati yang mencintaimu, dan hati orang yang sangat kamu sayangi.”
Sama seperti Rissa yang mengorbankan perasaannya untuk Noah karena Lea juga menginginkan lelaki yang sama dengannya. Ternyata, bukan bahagia yang didapat Lea, tapi kekecewaan dan rasa sakit. Karena pada akhirnya pun, cinta Noah tetap saja untuh untuk Rissa.
“Benar kata orang, tidak akan ada orang yang tahu bagaimana perasaan cinta itu muncul.” – hlm. 147

Menurutku, “pura-pura dicintai oleh seseorang yang sangat kita cintai” itu lebih sangat sakit dari pada “mendengar langsung bahwa dia tidak mencintai kita dan memilih orang lain.”
“Le, cinta itu sesuatu yang membahagiakan. Kalau lo justru tertekan, itu namanya bukan cinta. Hubungan seseorang nggak akan bisa berjalan mulus kalau cinta itu nggak ada. Cinta itu tulus, Le. Bukan paksaan.” – Audrey – hlm. 174

 Yah, novel ini bertutur banyak tentang pengorbanan, kekecewaan, dan patah hati. Meskipun begitu, aku cukup menikmati cara bercerita penulisnya. Dia punya gaya yang tidak ribet dalam menarasikan ceritanya.
Karakter tokohnya, hampir semuanya, berhasil digambarkan dengan baik dan menyatu dengan ceritanya.
Lea yang selalu berusaha kuat, dan menyembunyikan luka hatinya dari semua orang memang tampak hebat, sekaligus bodoh dan keras kepala. Ya, bodoh dan keras kepala! Bagaimana bisa dia masih juga mempertahankan orang yang – dia sangat tahu – tidak pernah mencintainya. Itu namanya menyia-nyiakan hidup.
“Le, kita nggak akan pernah bisa memiliki sesuatu yang memang bukan untuk kita. Apa pun usaha lo, sekeras apapun usaha lo. Just wake up, dear.” – Audrey – hlm 174

Noah, meskipun dia terkesan antagonis, tapi kalau mau menyusuri bagaimana awal kenapa dia akhirnya menerima Lea sebagai kekasihnya, aku sangat paham dengan semua hal yang dia lakukan pada Lea. Bisa dibilang, Noah adalah korban yang paling menderita.
Nathan, cowok ini diciptakan sebagai cowok yang menurutku sempurna. Dengan ciri seorang cowok keren, dengan ekonomi mapan, apalagi sikapnya yang bikin mabuk kepayang saat dia bersama Lea, hem… aku rasa pembaca tak akan sulit untuk jatuh cinta padanya.
“Kalo lo emang benci dan marah sama gue, bukan berarti gue nggak boleh bantu lo, kan? Biar gue jadi temen sekaligus senderan lo disaat-saat seperti ini. Setelah semua beres. Setelah lo merasa baikan. Kalo lo nggak butuh gue lagi, gue akan pergi.” – Nathan – hlm. 258
Sedangkan Rissa, aku rasa kebaikan dia ini tampak sebuah kejahatan besar di mataku. Karena dia, tidak hanya Lea yang terluka, Noah pun hancur berkeping-keping karenanya. Tapi, lagi-lagi tokoh antagonis disini tak tampak antagonis. Dia bagaikan ibu peri yang salah mengucap mantara.
Karena siapa coba yang mau bilang, seseorang yang sudah berkorban begitu besar untuk hidup kita adalah orang jahat? Sayangnya, pengorbanan dia itu malah jadi boomerang untuk kita. Kayak ngasih pengemis yang fisiknya oke-oke aja. Tanpa kita sadari, kita ikut andil membentuk jiwa pemalas di dalam diri pengemis itu.
“Well, ya…Le, semua orang pernah melakukan kesalahan. Yang penting bukan penyesalannya, tapi gimana lo belajar untuk nggak mengulang kesalahan yang sama.” – Rendi – hlm. 264

Meskipun novel ini cukup oke, ada beberapa narasi penulis yang menurutku terlalu detail. Membuat aku harus meloncatinya karena menurutku tak terlalu penting. Namun, bisa digaris bawahi, ya, guys. Novel ini beneran punya isi yang oke, kok untuk dibaca.
Rating 3,0 dari 5 bintang.

No comments:

Post a Comment

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos