Wednesday, June 3, 2015

Resensi – THE WIND LEADING TO LOVE “Bidadari tak selamanya sempurna”

Penulis : Ibuki Yuki
Penerjemah : Muhammad Ali
Penerbit : Penerbit Haru
Genre : Romance, Drama Family
Kategori : Adult, Terjemahan, Jepang
Terbit : Februari 2015
Tebal : 342 hlm
ISBN : 978 – 602 – 7742 – 47 – 5
Harga : Rp. 65.000

Flu hati, apakah penyakit itu benar-benar ada?
Mungkin. Buktinya, saat ini Suga Tetsuji memilih mengasingkan diri ke rumah mendiang ibunya di Miwashi hanya untuk mencari obat penyakit  flu hatinya.
Tokyo, terutama rumahnya, apalagi sosok istri Tetsuji – Rika – bukanlah tempat dan sosok yang bisa memperbaiki keadaannya. Bisa jadi, merekalah yang membuatnya mengidap penyakit aneh ini.
“Hidup yang selalu minta maaf itu tidak baik, kan? Padahal, kau tidak melakukan kesalahan sedikitpun. Jangankan melakukan kesalahan, kau bahkan memperhatikan sekelilingmu dengan cukup baik. Kau itu seharusnya marah.” – Tetsuji – 120

Ternyata, Miwashi memang tempat yang akan menyembuhkannya. Karena disana, Tetsuji bertemu dengan Peko-chan – julukan seorang perempuan yang dipercaya membawa keberuntungan untuk supir truk maupun mobil yang mau memberikannya tumpangan pada perempuan ini.
Suatu ketika, saat Tetsuji kembali dari membeli makanan cepat saji, dia mendapati Peko-chan meminta ijin untuk menumpang mobilnya. Meskipun enggan, tapi tak ada pilihan untuk Tetsuji karena tujuan mereka sama, kota pesisir Miwashi. Perempuan itu turun di sebuah rumah makan bernama Miwa, dan akhirnya mereka berpisah.
“Benar-benar aneh. Orang-orang kelas ‘melon berkualitas tinggi’ menyukai buah kelas terendah seperti kinko-uri…” – hlm. 150

Namun, takdir membawa Peko-chan bertemu kembali saat Tetsuji yang hampir mati terseret ombak. Dia menolongnya, dan saat itulah perempuan yang mempunyai nama asli Fukui Kimiko itu mengetahui, bahwa Tetsuji adalah anak dari pemilik Rumah Semenanjung.
Rumah inilah yang membuat Kimiko menemukan apa yang selama ini dia cari, musik klasik kesukaan anaknya yang sudah meninggal. Karena itulah, Kimiko mengajukan penawaran pada Tetsuji untuk membereskan rumahnya, asalkan dia diajari musik klasik.
Permintaan yang menarik, menurut Tetsuji. Maka, mulai saat itu Kimiko selalu ada di hari-hari Tetsuji.
Awalnya, Tetsuji bersikap begitu dingin pada Kimiko. Namun perlahan, es di dalam dirinya mulai mencair, dan menghangat. Penyakit flu hatinya juga mulai membaik. Kehadiran Kimiko di hidup Tetsuji sangat berarti sekali untuknya.
Tapi, masih ada masalah di tempat lain. Masalah yang akan berhamburan saat Rika kembali memasuki hidup Tetsuji. Begitu juga Kimiko yang selama ini  belum bisa memaafkan dirinya sendiri karena kisah masa lalunya, karena kematian anak dan suaminya.
“Semak belukar atau bunga mawar sekalipun, jika memang sudah waktunya layu, semua akan layu, kok.” – Kimiko – hlm. 95

Dua orang yang sama-sama terluka, mereka memang saling mengobati, tapi apakah bisa saling melengkapi selamanya?

The Wind Leading to Love, novel terjemahan Jepang yang mengangkat kota pesisir Miwashi dengan keindahan lautnya yang membuat aku menikmati setiap setting tempat ini. Apalagi setting dan detail Rumah Semenanjung yang langsung berhadapan dengan laut, wao… benar-benar suasana yang menjanjikan kedamaian.
Konflik novel ini disajikan runtun, meskipun masalahnya benar-benar ruet. Terjemahannya juga cukup enak dibaca. Interaksi antara Kimiko dan Tetsuji juga sangat asyik untuk terus diikuti.
Karakter Kimiko dan tetsuji ini sangat bertolak belakang. Kimiko terasa begitu energik, menyiratkan semangat yang tak pernah padam meskipun dia tak lagi muda. Kimiko jenis perempuan pekerja keras dan ramah, juga hangat, membuat dia disayangi orang-orang di sekitarnya. Jadi, meski dia hanya sebatangkara, tapi Kimiko tetap merasa punya keluarga.
Sedangkan Tetsuji jenis pria yang – awalnya – sudah berubah menjadi pria yang tak lagi punya harapan hidup, begitu dingin dan cukup sentiment pada setiap orang. Perlahan, setelah dia mengenal Kimiko, karakter dia yang dulu mulai muncul.
Ternyata, Tetsuji tipe pria yang hangat meskipun dia bukan pria yang meledak-ledak. Dia juga sensitif, dan penyayang. Menurutku, Tetsuji juga bukan orang dengan emosional tingkat tinggi. Dia menghadapi masalahnya bukan dengan teriak-teriak, namun dia cukup tegas untuk mengambil keputusan.
Alur novel ini cukup cepat. Meskipun banyak tokoh yang ditampilkan, tapi tidak membuat pembaca kebingungan. Pembukaannya yang menceritakan tentang Peko-chan juga cukup menarik. Dan, ending-nya…. Yah, untuk ending memang biasa-biasa saja, sih.
Yang aku suka dari novel ini adalah cara Kimiko menghadapi hubungan dan rasa cintanya yang mulai tumbuh untuk Tetsuji. Dia bisa berpikir dari sudut pandang posisinya yang seperti wanita kedua perebut suami orang. Padahal, kalau mau menelisih lebih dalam, saat Tetsuji dan Kimiko bertemu, Tetsuji memang sudah tidak lagi harmonis dengan istrinya.
Novel ini memang memberikan banyak pelajaran tentang hubungan rumah tangga, tentang kesadaran mau menerima kelemahan pasangan kita, dan tentang mau melangkah lebih mantap ke arah masa depan tanpa menghitung juga mengingat kepedihan di masa lalu.
Rating novel ini 2,8 dari 5 bintang.

1 comment:

  1. Penasaran sama karakternya Tetsuji, aku pengin tahu deh kisah masalah rumah tangga yang dia alami.

    ReplyDelete

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos