Thursday, July 23, 2015

Menengok Sempurnanya Alam Trenggalek - Jawa Timur



 
Liburan lebaran pada ngumpul, nih. Kayaknya rugi banget kalau nggak dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Jadi, kita memilih salah satu destinasi – dari beberapa destinasi yang sudah direncanakan sejak entah kapan itu.
Trenggalek, Jawa Timur, kita memilihnya untuk liburan kali ini. Trenggalek yang berbatasan dengan Tulungagung, Ponorogo dan Pacitan ini punya cukup banyak tempat wisata. Yang paling jadul sih Pantai Prigi. Tapi, yang lagi nge-hit itu Mangrove di Kecamatan Watulimo.
Karena motto kita adalah mengeksplor apa yang belum banyak dikenal orang, dan mampir kalau ada waktu di tempat yang udah terkenal tapi belum pernah ke sana – Jadi, kita memilih Pantai Pelang sebagai sasaran utama.
Pelang letaknya di perbatasan Pacitan-Trenggalek. Jadi, kalau dari Ngawi cukup jauh juga. Rencananya, mau lewat Pacitan aja. Ternyata driver-nya kali ini oke banget. GPS nya pakai ilmu kebatinan kali, ya? Bermodal Innova tahun 2010 (kayaknya), kita melalui jalan makadam, masuk ke desa-desa pinggiran antara Ponorogo-Trenggalek, melewati hutan pinus, dan sawah, trus tiba-tiba aja gitu udah masuk Trenggalek. Jangan tanya rute, aku nggak hafal. 
Dari Ponorogo – Trenggalek, kita cuma sesekali doang menikmati Jalan halus. Lainnya, berbatu, rusak menanjak, menikung, dan menurun. Kalau pakai hartop si aku slow aja. Ini mobil zemox yang dirancang untuk jalanan yang halus, mulus, atau paling nggak tak sek-esktim ini, lah.
Hampir memasuki Pelang, kita disambut jalan halus. Plang petunjuk Pantai Pelang juga sudah dibuat sangat jelas di pertigaan menuju ke wisata pantai.
Sampai di sana, nggak terlalu banyak juga pengunjungnya. Oh iya, tiket masuk ke sini Rp. 8.000 per orang. Di sini sudah ada warung makan, mushola dan kamar mandi umum. Jadi, aman.
Di Pelang, ada dua tempat wisata yang bisa kita nikmati. Ada air terjun yang perlu berjalan -/+ 300-an meter. Air terjunnya cukup bagus, airnya seger dan jernih, bebatuannya nggak licin tapi harus tetap hati-hati. Sayang, sampai di sana pengunjungnya cukup banyak. Beberapa malah asyik mandi dan main air. Jadi susah banget ngambil foto yang bagus. Duh, andaikan bisa datang lebih pagi mungkin masih bisa menikmatinya sendiri.
Puas di air terjunnya, kita ke Pantai. Di sini nggak terlalu banyak pengunjungnya. Dan, yang mantap banget adalah, spot incaran nggak ada orang. Nikmat benar, dah! Sayangnya, tulisan peringatan untuk tidak mandi di pantai ditulis besar-besar di atas batu yang akan lebih indah jika tulisan itu nggak ditorehkan di sana. Kenapa nggak pakai papan aja, sih? Merusak!
Pasirnya memang nggak putih ala Pantai Pacitan, tapi pantainya masih bersih banget. Cukup alami meski sudah mulai dikenal, tapi nggak terlalu terkenal.
Setelah selesai di Pelang, kita lanjutkan perjalanan. Eh, tapi ke mana Pak Sopir? Duh, di telepon nggak nyambung pula. IM3 di sini tak ada jaringan. Telkomsel oke, cuma nomor Pak Supir yang pakai AS tetap tak bisa dihubungin. Kenapa pakai petak umpet segala, coba!
Hampir setengah jam pencarian di mulai. Ternyata dia ada di daerah air terjun. Nyari batu akik kali ya. Soalnya di sana ada juga yang jualan batu akik.
Pantai yang kedua ini jalannya 3 kali lebih ekstrim dari pada jalan saat berangkat menuju Pantai Pelang dari Ponorogo – Trenggalek. Jalannya cuma cukup dilewati satu mobil. Nggak cuma rusak, menanjak, turun, dan menikung, juga agak berbatu. Beberapa kali terdengar suara bagian bawah mobil beradu dengan tanah. Rasanya, perutku mules mikirin jalan, kasian sama driver-nya dan kasihan juga sama mobilnya. Itu mobil pasti nangis meratung-raung dan memar-memar kalau dia itu diibartakan makhluk hidup.
Menuju ke sini nggak ada plang sama sekali. Kita juga harus turun melewati bawah sungai karena jembatannya rusak. Harus rajin tanya. Untung orang Trenggalek baik dan ramah semua. Karena bantuan mereka, Pantai Ngulungwetan ditemukan. Pantai ini kayak pantai pribadi. Sepi, nggak ada pengunjungnya. Cuma ada satu mobil yang ternyata dari Sumatra. Mereka ternyata penduduk sini yang lagi mudik.

Kaki udah nggak sabar buat ke Pantai. Dan, walah… ombak yang cukup tenang dengan udara panas yang nggak terasa karena sejuknya angin laut, membuat kita makin semangat menjelajahinya.
Di pantai ini, kalau kita jalan ke kanan, kita akan ketemu sungai yang menghubungkan dengan persawahan, dan sungai yang airnya cukup jernih. Ada beberapa orang yang mandi di sana, mereka orang-orang Sumatra yang mudik itu. Ada kebo juga, mereka juga asyik mandi.
Di pantai ini damai banget, dah! Bersih pula. Kalau ke sini sore-sore sambil bakar ikan enak kali, ya? Tapi, nggak ada ikan. Cuma kita dapat kelapa muda langsung dipetikin dari pohonnya. Ada bapak-bapak yang lagi gembala kebo. Mereka mau dibayar dua puluh ribu untuk delapan kelapa.
Duduk nyantai di samping mobil setelah eksplor sungai yang dekat di persawahan, sambil minum kelapa muda itu romantis, sayang cuma kurang satu… *mode nyengir*
Di tengah sungai tadi sebenarnya ada tanah agak bidang yang di atasnya dihiasi rumput hijau seger. Pengin ke sana, tapi perlu perjuangan, sih. Soalnya kalau lewat air, ya pasti basah. Trus mandi di mana? Di sini jauh dari pemukiman. Nggak ada toilet, apalagi listrik. Jadi, dari pada bingung mandi di mana, nggak usah basah-basahan aja dah!
Lanjut lagi ke destinasi berikutnya. Mangrove, nyari yang ijo-ijo. Tapi, aku nggak yakin waktu cukup. Apalagi mobil harus nge-ban. Untungnya pas di jalan yang datar dan nggak sempit.
Menuju mangrove, sepanjang perjalanan kita disuguhi laut, dan nampak beberapa pantai yang memanggil, tapi kita nggak mampir. Ngejar waktu. Lagi-lagi jalanan yang harus di lalui juga nggak mulus. Sama persis seperti gambaran di atas tadi. Bisa dibilang, 85% jalan yang aku lalui rusak berat dan nggak layak dilalui mobil.
Kayaknya, Pemerintah Trenggalek kurang peduli sama tempat wisatanya, apalagi jalannya. Please, perbaikin dong! Yang Pacitan aja meskipun jalan sempit, tapi cukup mulus. Padahal jalan-jalan di sana juga sebelas-dua belas medannya sama Trenggalek.
O’ho… tebakanku benar. Kita sampai di kota Trenggaleknya jam empat sore. Pas di perempatan pasar – aduh, nggak tahu itu pasar apa – yang jelas dari perempatan lampu merah kita belok kiri menuju Kecamatan Watulimo. Kalau mau ke Mangrove masih 35 km. Perlu waktu sekitar 1,5 jam dan paling-paling sampai sana cuma ketemu gelap doang. Jadi, kita memutuskan untuk balik arah, pulang aja! Jalan ke Mangrove cukup mulus. So, kapan-kapan sajalah ke sananya.
Kita memang cuma dua pantai yang berhasil dieksplor. Masalahnya, waktu habis diperjalanan karena medannya yang kelewat ganas. Kalau di gunung kidul, jalan yang dilalui nggak seganas ini. Bisa dibilang, ini yang paling ekstrim selama aku menjelajahi tempat-tempat wisata yang masih alami.
Tips menjelajahi Trenggalek di daerah seperti yang aku singgahi ini adalah jangan bawa Avanza, Terios, Rush, apalagi Jass atau Yaris atau sejenisnya.
Paling enak bawa Hartop, atau minimal bawa mobil yang bisa diajak off road kayak Fortuner, Pajero dan sejenisnya, tapi jangan Katana…hahaha…
Bawa motor Matic juga jangan. Mending bawa Motor trail atau minimal motor-motor Megapro, atau sejenisnya. Pilih driver yang sudah jago, ini wajib! Bawa minum yang banyak, karena jarang ada yang jualan. Bahan bakar harus full karena entah kapan kalian ketemu tukang jualan bensin. Paling enak memang bawa makanan sendiri.
Musim kemarau begini, kalau bawa motor, paling enak pakai masker, karena debunya ke mana-mana. Oh, paling aman juga ke sini pas musim kemarau. Beberapa jalan kalau musim hujan bakalan lebih susah dilalui.
Jangan takut bertanya, dari pada kamu nyasar. Karena pengalamanku kemarin, beberapa kali aku nyasar karena nggak ada petunjuk arah sama sekali. Bermodalah peta, dan browsing semaksimal mungkin sebelum berangkat. Hafalin daerah-daerah yang pengin dituju. Karena saat bertanya, beberapa orang nggak akan tahu nama pantai atau tempat wisata yang kamu tuju. Tapi, kalau ditanya daerahnya kadang mereka lebih tahu.
Oke, itulah kisahku dibalik eksplor Trenggalek. Aku masih penasaran juga sama beberapa pantainya sih. Apalagi Tulungaggung yang pantai barunya menjamur tapi medannya nggak kalah ekstim sama Trenggalek. Pejuangan menuju pantai-pantai Tulungagung juga kayak naik gunung, katanya mau ke Pantai Banyu Mulok dan Pantai Coro perlu tenaga besar dua kali lipat dari pada naik ke Gunung Kelud. Nah, lho, aku sih oke, tapi ada dua yang nggak sanggup.
Dan, ini foto-foto keseruan kita : 
1. Air Terjun Pelang



 2.  Pantai Pelang

 














 3. Pantai Ngulungwetan














Jadi, mau kemana kita selanjutnya? Tunggu saja nanti! Ups, yang eksplor Gunung Kelud juga belum sempat di posting. Masih ingat, sih. Mungkin lain kali bakal aku ceritakan buat kalian.

2 comments:

  1. seru banget, mbak.
    lengkap juga ya, wisatanya. dari air terjun sampai pantai

    ReplyDelete
  2. Wih, g cuma lengkap. Tapi juga menegangkan. Wajib dicoba buat traveler yang ngaku petualang... hehehehe

    ReplyDelete

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos