Tuesday, April 30, 2013

THE LODGER




 
 
Penulis        : Marie Belloc Lowndes
Ukuran      : 14 x 21 cm
Tebal          : vi + 414 hlm
Penerbit     : Tangga Pustaka
ISBN          : 979-083-076-9
Harga         : Rp57.500,-

Hidup penuh misteri, dan jika kita tak kuasa menghadapi misteri itu, maka hidup kita akan dihisap olehnya, dia akan begitu senang membawakan kita mimpi-mimpi buruk ditidur nyeyak kita. Dan, itulah yang diceritakan novel ini, sebuah novel yang mengulas tentang tekanan batin seorang wanita bernama Ellen Buntung, sebuah tekanan batin yang disebabkan oleh si Penuntut Balas. Yah, tema dasar dari novel ini memang adalah si Penuntut Balas yang lebih dikenal dengan nama Jack The Ripper di dunia nyata.
Kisah dimulai dengan cerita sepasang suami istri yang dulunya adalah pelayan rumah tangga di rumah-rumah mewah dan melayani para tuan dan nyonya terhormat harus hidup kelaparan di dalam rumahnya yang terlihat nyaman dengan perabotan yang mewah. Ironis.
Tapi, seorang malaikat datang ke dalam rumah mereka, Tuan Sleuth si penyewa kamar. Dengan uang yang diberikan olehnya, Ellen dan Robert Bunting akhirnya bisa hidup layak, bahkan Robert mampu membeli koran dan tembakau kesukaannya.
Tapi, siapa sangka sang malaikat adalah orang gila dan kejam. Tuan Sleuth yang begitu dihormati Ellen adalah pembunuh wanita-wanita malang yang hobi keluar malam dan menikmati minuman keras.
Awalnya, kebiasaan Tuan Sleuth yang agak ganjil, keluar di malam hari dan sering melakukan  eksperimen dianggap hal yang nyentik untuk kaum terhormat sepertinya. Namun, saat Ellenmendengarkan Tuan Sleuth membaca nyaring kutipan dari Al Kitab yang isinya menyudutkan kaum wanita, bahkan dalam nada suara Tuan Sleuth tergambar kebencian yang amat sangat pada mereka, membuat kecurigaan Ellen menjadi-jadi.
“Perempuan asing adalah gerbang sempit. Ia juga mengintai seolah-olah mencari mangsa dan meningkatkan jumlah pendosa di antara manusia.” (Bab 3 Hal. 49)
“Kediamannya adalah jalan menuju neraka, turun ke ruang kematian.” (Bab 3 Hal. 50)
Karena kecurigaan itulah Ellen menjadi berubah, emosinya mulai tak stabil dan kesehatannya mulai memburuk. Ellen benar-benar tertekan dengan kenyataan yang dia ketahui. Anehnya, Ellen memilih memendam sendiri fakta-fakta yang di ketahuinya tentang Tuan Sleuth, fakta yang mengarah bahwa Tuan Sleuthlah Si Penuntut Balas. Bahkan, kesannya Ellen menutupi keberadaan Si Penuntut Balas di rumahnya dari siapapun, termasuk dari suaminya sendiri, Robert Bunting.
Iya, Si Penuntut balas yang akhir-akhir ini menjadi headline news di surat kabar, yang menjadi kutukan menakutkan untuk warga London, bahkan dia yang sering sekali dibicarakan Robert dan si pemuda Joe Chandler, sang detektif yang bekerja untuk kepolisian.
Sebenarnya, novel ini tidak terlalu banyak membahas si Penuntut Balas yang menjadi tema novel ini. Si Penulis lebih banyak bercerita tentang psikologis Ellen, tentang bagaimana kecurigaan-kecurigaan dan beberapa clue-clue yang ditemukan Ellen tentang si Penuntut Balas.
Kebanyakan cerita peristiwa pembunuhan yang dilakukan Penuntut Balas diceritakan lewat koran-koran yang dibaca Robert dan cerita yang disampaikan Joe Chandler, tak ada cerita yang dispesifikan khusus untuknya. Ini membuat cerita sama sekali tidak menegangkan. Pembaca hanya diajak menebak dari sudut pandang Ellen, dan juga dimainkan emosinya lewat emosi sang wanita tua ini.
Dan sayangnya, sejak pertama kemunculan Tuan Sleuth, dengan semua kenyentrikan dan keanehannya aku mampu menebak bahwa dialah si penuntut balas. Tapi tetap novel ini punya sisi keunggulan yang terletak pada penggambaran emosi Ellen dan tokoh-tokoh lainnya yang terkesan nyata di imajinasiku, bahkan penggambaran settingnya juga mampu aku serap dengan baik.
Satu lagi yang harus aku kasih jempol dua buat si Penulis, karena menurutku si Penulis begitu lihai membuka kedok si Penuntut balas, walaupun dia membukanya hanya dengan clue saja, tanpa mengatakan dengan pasti Tuan Sleuthlah si Penuntut Balas, bukan seperti itu.
Penulis membukanya dengan sebuah peristiwa dimana Daisy Bunting, putri tiri Ellen dan Tuan Sleuth serta Ellen sendiri pergi ke Museum Madame Tussaud, disana mereka mendengar percakapan Monsieur Barberoux yang menjabat sebagai Komisaris Polisi baru dengan rombongannya. Percakapan yang didengar tidak sengaja oleh Ellen semakin membuat Ellen yakin bahwa Tuan Sleuthlah yang sedang dibicarakan Monsieur Barberoux. Dan, kecurigaan Ellen terjawab sudah dengan kata-kata dan sikap Tuan Sleuth padanya setelah itu.
“Jangan berfikir untuk melarikan diri dari konsekuensi penghianatan mengerikan Anda. Saya percaya kepada anda Nyonya Bunting. Tapi anda menghianati saya! Untung saja saya dilindung oleh kekuatan yang lebih tinggi karena saya masih punya banyak hal yang harus saya lakukan,” (Bab 26 Hal. 398)
Ternyata Tuan Sleuth mencurigai Ellen menjebaknya agar bertemu dengan musuh bebuyutan Tuan Sleuth, si Komesaris Polisi. Dan, setelah mengatakan ancamannya pada Ellen yang sebenarnya telah melindunginya, Tuan Sleuth pergi dan tak pernah kembali.
Dalam novel ini juga diselipkan kisah cinta yang… emm… bagaimana ya? Mungkin agak kuno atau sama sekali tak ada rasa manisnya, entahlah. Kisah cinta sang detektif Joe Chandler dan Daisy Bunting. Mungkin, jika penulis mau mengeskplor kisah ini, dia akan menjadi sedikit bumbu yang manis dalam novel yang terkesan datar ini. Tapi, sayangnya mereka hanya iklan semata, benar-benar cuma tempelan.
Satu lagi, ada satu bagian yang menurutku percuma dan hanya mengganggu di novel ini. Bagian dimana penulis menuliskan kenangan Ellen Bunting tentang kematian temannya, dan bagaimana dia menjadi saksi di pengadilan saat itu (Bab 18 hal. 265 – 267)
So, berapa bintang yang cocok untuk novel ini? Biar aku fikirkan dulu. Bagaimana kalau 2. Tidak, aku harus menghargai kepandaian Penulis menggambarkan emosi para tokohnya juga, jadi biarkan 3 aku berikan untuknya.
Oh, iya… aku juga mau bilang makasih sama @gila_buku dan Penerbit Tangga @RedaksiTangga yang udah kasih buku gratis buat aku. Makasih ya?! Sering-sering bikin kuis ya, min! :D

3 comments:

  1. Sila mampir ke blogku juga ya, ada beberapa review buku :D
    Komen2 juga boleh, ditunggu sarannya ya

    Salam kenal...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga. Terima kasih udah mampir dan menuliskan sesuatu di sini. Oke, nanti saya mampir. :D

      Delete
  2. Baru tamat bacanya dan googling reviewnya dann nyampek disini deh :p

    Cuman merasa tegang waktu bagian sirobert mulai curiga sama sleuth Pas sampe ending *plek* gini doang? Sumpah kecewa bgt. Dri awal ceritapun membosankan karna ber tele2 perkembangan karakternya. Bener2 buruk.

    Score:2/5

    ReplyDelete

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos