Wednesday, September 25, 2013

Black Big Bog, Aku dan Andro



Pemenang Giveaway di blog Oom Alfa




Hari Selasa, jam 8 malam.
Aku masih termenung di dalam kamar. Hanya ada kami bertiga, aku, Andro si androidku, dan Black Big Bog si lapi lenovoku.
Tak ada suara apapun, hanya sesekali si Andro berbunyi menandakan ada pesan di whatsapp dari teman-temanku. Tapi, karena lagi galau, aku lebih suka diam dan memandangi Black Big Bog yang terlihat muram, sama muramnya denganku.
“Hah,” helaan nafasku membuat Andro dan Bibo alias Black Big Bog menatapku. “Ini rasanya lebih galau dari pada diputusin cowok.”
“Kayak pernah punya cowok aja!” sindir Andro dengan tatapan mencela.
Kutatap dia dengan mata kesal, “So, what kalau nggak punya pacar!” jawabku judes. “Emang situ punya pacar? Nggak juga ‘kan?” dia menunduk dan menggeleng lemah.
“Nggak usah galau kali, Dee!” Bibo mengatakannya dengan sok tenang, padahal aku tahu, dia nggak kalah galau dari aku. Buktinya, sejak aku pulang kerja tadi siang, dia terus-terusan masang musik K-pop yang mellow-mellow. “Aku pasti balik ‘kok!” lanjutnya.
“Lagian ada aku ‘kan?” sela Andro. “Aku juga bisa kok nemenin kamu ikutan kuis dan giveaway atau nge’update twitter dan FB kamu.”
“Iya, sih Ndo. Tapi, tanpa Bibo aku nggak akan bisa ngelanjutin cerpen aku yang buat lomba itu. Padahal, aku selalu butuh waktu lama buat ngeditnya.” Mukaku makin manyun saat aku sadar kenyataan itu. “Trus reviewku buat blog ‘kan baru setengah jalan. Dan, ada beberapa giveaway yang harus posting tulisan di blog juga. Hah…Masak aku harus ke warnet, sih?!”
“Ya, mau gimana lagi. Cuma itu ‘kan caranya? Mau ngerjain di kantor, di kantor kerjaan udah kayak gunung gitu ‘kan?” jawab Andro. “Tenang, kemanapun kamu pergi, aku selalu stand bye buat nemenin kamu kok, Dee!”
“Maaf, ya Dee!” suara Bibo terdengar lemah. Sekarang, dia kelihatan lebih galau dari pada tadi. “Maaf karena aku harus pergi. Tapi, janji, aku akan balik cepat buat kamu. Aku janji, aku bakalan temenin kamu lagi.”
Mataku mulai memanas, “Bibo!” suaraku terdengar lirih.
Sesaat kemudian suara Cakra Khan yang mengalunkan lagu “Harus Terpisah” mengalir lirih dari spiker Bibo. Hanya lagu itulah yang mengisi kesunyian di antara kita.
“Hikz…” perlahan terdengar isakan Andro di samping Bibo. Membuat kami yang mulanya tertunduk menatapnya, “Kenapa, sih selalu ada perpisahan? Hikz! Seharusnya, kita nggak usah ketemu aja kalau akhirnya berpisah dan bikin kita sesedih ini. Hikz.”
“Bener kamu, Ndro!” jawab Bibo pelan. Tapi, perlahan wajahnya berubah. “Tapi, akukan nggak mati dan nggak akan pergi selamanya!” suara keras Bibo membuatku kaget. “Aku masih balik ke sini lagi! Aku masih bakalan nemenin Dee lama, aku masih ingin bantuin Dee meraih mimpinya, tahu!” ucap Bibo berapi-api.
“Heeh!” suaraku membuat mereka menoleh padaku, “Kok malah bertengkar, sih?”
“Kesel aku, Dee! Masak aku di doain mati dan nggak kembali lagi, sih!” suara Bibo masih terdengar kesal.
“Bukan gitu, Bo!” Andro terlihat merasa bersalah. “Aku cuma ngerasa sedih. Kamu ‘kan sering berbagi lagu dan banyak hal sama aku. Nggak ada kamu, aku juga bakalan kesepian, tahu!”
“Iya, Bo. Kita pasti bakalan kesepian tanpa kamu. Aku pasti sangat merindukan kamu!” Wajahku kembali kuyu lagi.
“Aku juga, Dee! Aku pasti kangen sama jari-jari kamu yang suka mencetin aku, aku pasti rindu tawa kamu saat menonton film di layarku. Aku juga pasti rindu baca tulisan dan update twitter dan fb kamu. Dan nggak ada yang nyetelin lagu india buat aku lagi, hikz!” Bibo menghapus air matanya. “Ndro, aku titip Dee, ya! Pokoknya kamu nggak boleh ninggalin dia, pokoknya sebisa mungkin kamu harus hibur dia, ngerti?!”
Andro mengguk namun dia tetap membisu.
I love you, guys!” ucap Bibo lirih.
I love you, Bibo!” jawabku dan Andro bersamaan.
“Cepet balik, ya?!” tambahku.
“Pasti, Dee. Aku pasti cepet balik.” Kuelus Bibo dengan sayang, lalu perlahan kumasukan Bibo ke dalam tas ranselku, siap aku bawa besok untuk dipinjamkan ke Bosku yang harus mengisi seminar namun laptopnya lagi ngadat. Terpaksa, dia meminjam Bibo semingguan buat seminar itu.
Bye, Bibo!”
Bye, Dee!” Dia melambaikan tangannya sebelum reselting tas aku tarik sepenuhnya, menyembunyikannya dengan aman di sana.
***

No comments:

Post a Comment

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos