Friday, February 13, 2015

#KisahKasihFavoritku - Rectoverso "Hanya Isyarat"






Tulisan ini diikutkan dalam
#KisahKasihFavoritKu
Yang diadakan Bentang Pustaka

Rectoverso. Buku ini karya Dee Lestari.
Di dalamnya terdapat sebelas cerpen yang begitu penuh makna. Dan, ada satu cerpen yang sangat membekas di hatiku. Judulnya “Hanya Isyarat”.
“Sahabat saya itu adalah orang yang berbahagia. Ia hanya mengetahui apa yang ia sanggup miliki. Saya adalah orang yang paling bersedih, karena saya mengetahui apa yang tak sanggup saya miliki.” – Hanya Isyarat – hlm. 52

Ini tentang seorang wanita yang jatuh cinta pada seorang lelaki yang baru dia kenal. Perempuan ini begitu mengagumi sang lelaki meskipun dia hanya tahu bentuk siluet punggungnya saja.
Suatu ketika, si wanita dan tiga lelaki, termasuk lelaki yang menjadi pujaan si wanita membuat suatu permainan dimana mereka harus berlomba menceritakan kisah sedih.
Saat itulah, pertama kalinya si wanita memiliki jarak begitu dekat dengan sang lelaki. Dan, saat itu pulalah, si wanita tersadar bahwa cintanya harus berhenti saat itu juga.
Sebatas punggungnya saja. Ya, aku merasakan bagaimana rasanya mencintai sebatas punggungnya saja. Hanya mampu mengiriminya isyarat sehalus udara, langit, awan, atau hujan. Seseorang yang selamanya harus dibiarkan berupa sebentuk punggung karena kalau sampai dibalik, niscaya hatiku hangus oleh cinta dan siksa.
Mungkin, untuk beberapa pembaca cerita ini begitu sederhana. Tapi untukku, cerita ini seperti ringkasan rasa yang pernah lahir dalam hatiku.
Mencintai sebatas punggungnya saja. Bersembunyi jauh-jauh agar tak terlihat mata. Dan, akhirnya pupus tanpa sempat aku menyentuhnya sedikit pun.
Dee benar-benar berhasil memaksaku mengenang rasa itu, kemudian membuatku kembali jatuh cinta dan patah hati setelahnya. 

“Aku teringat kehidupanku beberapa hari yang lalu sebelum bertemu dengannya, aku teringat ke mana aku harus kembali setelah malam ini, dan ke mana ia pergi nanti.” – Hanya Isyarat – hlm. 51

No comments:

Post a Comment

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos