Tuesday, February 17, 2015

Resensi – RETURN “Terjebak Masa Lalu”

Penulis : Elvira Natali
Penerbit : Gramedia
Genre : Romance
Kategori : Adult, Amore
Tebit : Februari 2014
Tebal : 232 hlm
ISBN : 978 – 602 – 03 – 0205 – 8
Harga : 52.000
Sejak kecil, Felicia sudah mengenal Marcel. Mereka tumbuh bersama dan akhirnya malah ditakdirkan menjadi sepasang kekasih. Mereka tak terpisahkan sampai pada saat Marcel memutuskan untuk kuliah S2 di Milan.
Buat Felicia, pilihan Marcel membuat hatinya tak nyaman. Bukan, bukan karena mereka yang akan saling berjauhan. Tapi, karena kota yang dipilihnya, Milan.
Milan adalah kota yang membuat Felicia kehilangan sang ayah. Dan, itu membuat dia trauma untuk mengunjungi tempat tersebut.
“Tapi kau tidak bisa selalu terperangkap dalam masa lalu. Kau harus bisa terus maju tanpa perlu melihat lagi ke belakang.” – Yutaka – hlm. 158

Seperti menjawab ketakutan Felicia, Milan lagi-lagi merenggut sesuatu yang dicintainya. Marcel jatuh dari tangga kampusnya dan amnesia. Dia lupa pada Felicia padahal saat itu mereka sudah bertunangan.
“Seharusnya aku tidak membiarkannya kuliah di Milan. Kalau saja dia tetap di Indonesia atau negara yang lain, aku sangat yakin keadaan akan tetap sama.” – Felicia – hlm. 138

Felicia berusaha melupakan orang yang dia cintai seumur hidupnya dengan pergi jauh darinya. Kemudian Yutaka muncul. Laki-laki berkebangsaan Jepang ini membuatnya kembali jatuh cinta. Tapi, takdir memang terlalu kejam. Sebuah kenyataan dari masa lalu ibunya membuat Yutaka dan Felicia tak mungkin bersama.
Bagaimana ini? Apakah takdir Felicia memang harus berteman dengan kepiluan seumur hidupnya? Benarkah dia akan hidup tanpa cinta selamanya dan menerima kenyataan siapa sebenarnya Yutaka bagi ibunya?
“Ia toh tidak boleh terus-terusan seperti ini. Dan tidak ada seorang pun yang bisa mengubah takdir.” – hlm. 128
Return, benar-benar novel yang mengajak kita kembali berputar ke masa lalu. Dari saat Felicia bersama Marcel, kemudian dia bertemu Yutaka, dan bertemu Marcel lagi. Kemudian, ibu Felice, Eva yang juga tampak kembali ke masa lalu saat bertemu Yutaka. Termasuk Milan, kota yang selalu memaksa Felicia untuk kembali ke masa terdahulu saat dia kehilangan sang ayah, juga tragedi yang menimpa Marcel.
Banyak hal pilu yang dilalui Felicia. Sayangnya, perasaan pilu itu tidak bisa benar-benar aku rasakan. Seperti saat dia harus menghadapi tunangannya yang tiba-tiba melupakannya, aura pilu dari Felicia sangat kurang kental.
Kota Milan. Bagi Felicia kota ini adalah kota yang membuatnya takut. Lagi-lagi rasa takut itu tidak bisa aku tangkap. Begitu juga saat ibu Yutaka meninggal, Yutaka sangat kurang terpukul selayaknya seorang anak yang ditinggal mati ibunya.
Marcel, dia sangat tahu Yutaka mencintai Felicia. Sebagai orang yang juga mencintai Felicia harusnya dia menampakkan kecemburuan saat Yutaka hadir di antara mereka. Dan, aku tidak menemukan rasa itu pada Marcel.
Felicia juga tidak menunjukkan sikap canggung karena mencintai kakaknya sendiri. Jika di dunia nyata, konflik ini pasti benar-benar menyiksa. Tapi, Felice dan Yutaka juga kurang menunjukan rasa itu. Bahkan, saat mereka tinggal bersama sebagai saudara, interaksi mereka juga biasa saja. Harusnya ada yang berbeda. Harusnya tetap ada sesuatu yang membuat mereka tidak nyaman satu sama lain karena bagaimanapun dari seorang pria dan wanita yang saling mencintai tiba-tiba berubah status jadi kakak beradik, itu pasti terasa aneh.
Intinya, novel ini kurang menunjukkan taste yang seharusnya. Sehingga, konflik yang terasa berat malah terasa biasa saja.
Untuk pilihan diksi, aku juga tidak merasa nyaman. Kalimat percakapan di antara mereka kurang terasa alami. Kadang, malah tampak kurang penting untuk dimasukkan dalam rantai cerita.
Aku suka pilihan setting novel ini, Bogor, Milan dan Jepang. Penulis juga berusaha menggambarkan tempat-tempat ini. Dia menunjukkan beberapa tempat wisata yang menarik di Milan dan Jepang. Bagian tersebut jadi sesuatu yang bisa menambah wawasanku tentang luar negeri.
Amnesia, satu masalah ini kadang membuat aku memutar bola mata. Apalagi jika penulis tidak berhati-hati dengan satu hal ini, dia seperti membuat jebakan untuk dirinya sendiri. Dan, menurutku, penulis benar-benar masuk dalam jebakannya.
Kenapa? Karena amnesia Marcel membuat aku ‘hah’ sudahlah. Apalagi dia yang akhirnya bisa mengingat kembali dengan segala caranya. Menurutku, amnesia tak sesederhana di novel ini.
Ending, ahem… no comment.
Oh, menurutku Gramedia nggak tepat memasukkan novel ini dalam kategori novel dewasa. Di sini, aku nggak menemukan satupun hal yang bisa dibilang masuk kategori tersebut. Anak di bawah tujuh belas tahun saja bebas kalau mau baca, kok. Aman.
Covernya. Wao…cantik sekali. Aku suka. Rating buat covernya 4,5 dari 5 bintang.

No comments:

Post a Comment

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos