Tuesday, March 22, 2016

[Review] LAST FOREVER – Windry Ramadhina



Penerbit : Gagasmedia
Genre : Romance, Fiksi
Kategori : Adult, Film Dokumenter
Terbit : 2015
Tebal : vi + 378 hlm
ISBN : 979 – 780 – 843 – 2
Harga : Rp. 69.000

Kadang, sosok mandiri dan berambisi beranggapan bahwa pernikahan dan komitmen menjadi sesuatu yang menakutkan. Dua hal tersebut bisa saja menjadi halangan untuk mencapai impian dan merenggut kebebasan. Maka, inilah yang dipilih Samuel Hardi dan Lana Lituhayu Hurt, sebuah hubungan tanpa status meskipun mereka lebih dari pantas disebut sepasang kekasih.
“Hubungan yang ideal adalah hubungan yang tanpa ikatan. Dengan begitu, lelaki dan perempuan bisa bersama sekaligus tetap mandiri.” – Samuel Hardi – hlm. 87

Samuel adalah sineas berbakat. Sejak umur teramat muda, dia sudah mendapatkan penghargaan bergengsi untuk film dokumenter yang dia buat. Ini berkat ambisinya yang teraman tinggi, dan ambisi inilah yang membuat dia sangat menyukai kebebasan dan menganggap pernikahan hanya sesuatu yang akan merusaknya.
Pandangan yang sama dimiliki Lana. Dia yang besar di Amerika dan bekerja di Nat Geo sangat menikmati petualangan-petualangannya di berbagai tempat yang tidak semua orang bisa pergi ke sana. Lana tak kalah hebat membuat film dokumenter, dan dia masih memiliki banyak target yang harus dia capai di dunia perfilman. Jadi buat dia, cinta dan pernikahan bukan salah satu tujuan hidupnya. Apalagi, melihat hubungan orang tuanya, membuat Lana semakin takut pada komitmen.
“Dalam hubungan lelaki dan perempuan memang harus ada yang dikorbankan. Itu yang membuat hubungan berhasil. Itu yang menjadikan hubungan berharga.” – Ruruh Rahayu – hlm. 227

Anehnya, dua orang ini mempunyai hubungan yang tidak pernah mau disebut cinta. Mereka hanya dua orang yang saling menikmati kebersamaan tanpa menuntut apapun, termasuk komitmen.
Namun, Tuhan membuat kejutan di dalam jalinan mereka. Kejutan yang membuat jalur yang sudah mereka rancang berantakan tak terkira. Ini karena Tuhan sayang mereka, menginginkan mereka menyadari tentang cinta yang tak pernah mereka percaya.
Masalahnya, apakah mereka tahu tujuan Tuhan? Atau mereka memilih jalan yang berbeda untuk bisa melanjutkan ambisi-ambisi mereka tanpa pengganggu?
“Kau mudah saja bicara pernikahan. Buatmu, mungkin itu sakral dan indah, seperti dongeng yang berakhir bahagia selama-lamanya. Buatku, pernikahan berarti meninggalkan semua yang kumiliki saat ini.” – Lana – hlm. 313

Last Forever, aku menyebutnya novel seri kedua dari Montase. Dalam jalinan cerita, dua novel ini memiliki keterkaitan. Meskipun tidak mempengaruhi ceritanya secara langsung, namun tokoh di Montase beberapa hadir kembali di Last Forever.
Samuel Hardi, sejak kemunculannya di Montase sebagai peran pendukung, aku sudah terpikat dengan karismanya. Karena itu, aku senang sekali saat Windry Ramadhina membuatkan cerita khusus tentang Samuel Hardi.
Dia, yang sejak di Montase sudah terkenal sebagai sosok mempesona, tampak semakin bikin jatuh cinta saat di Last Forever. Sebenarnya, Samuel bukan cowok yang sempurna. Dia lebih kepada sosok brengsek yang suka menjalin hubungan singkat dengan lawan jenis, kecuali dengan Lana. Namun, sikapnya yang nggak manis itu malah bikin meleleh.
Lana tipe cewek tak pantang menyerah, petualang, keras kepala, dan ambisius. Sikapnya yang suka seenaknya sendiri, datang dan pergi sesuka hati saat bersama Samuel membuat Lana tampak menarik. Siapa lagi cewek yang berani bersikap seperti itu pada Samuel.
Rayyi, dia tokoh utama di novel Montase. Meski tidak banyak mendapat porsi, namun kehadirannya yang suka menyindir, dan bicara blak-blakan selalu berhasil membuat Samuel kesal. Adegan-adegan seperti ini malah bikin aku tertawa.
Konflik yang dibangun sangat menarik. Mengambil tema tentang dua tokoh yang sama-sama tidak ingin menjalin komitmen, namun akhirnya mereka dipaksa berpikir keras agar tidak perlu berkomimitmen.
Penyelesaiannya aku suka, penggambaran kampung yang memiliki peradapan kuno di Flores juga keren, sampai pada petualangan mereka saat membuat film dokumenter juga perlu diacungi jempol.
 Pokoknya, novel ini mantap. Cover-nya menarik, termasuk sketsa Windry Ramadhina di novel ini bagus banget. Tapi, Samuel-nya kurang ganteng.
Ending-nya bikin pembaca puas. Meskipun, aku penasaran gimana polah Samuel saat menanti anaknya lahir. Kenapa bagian itu nggak diceritakan juga, mbak.
Rating untuk novel ini 4,5 dari 5 bintang.

4 comments:

  1. Yang Montase sayanya rada lupa. Makanya saya kurang ngeh dengan karakter Samuel Hardi ini. Namun saya penasaran dengan komitmen yang dihindari tersebut.. Apakah rencana Tuhan yang menimpa mereka?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe... aku memang sengaja nggak buka kartu buat apa yang bikin mereka harus berkomitmen.
      Tapi, konflik ini sebenarnyta sudah aku tebak sejak tahu bagaimana hubungan samuel dan Lana

      Delete

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos