Monday, November 10, 2014

Resensi – AFTER RAIN “Jawaban di balik hujan”



Penulis : Anggun Prameswari
Penerbit : Gagasmedia
Genre : Adult
Terbit : 2013
Tebal : viii + 324 hlm
ISBN : 979 – 780 – 659 – 6
Harga : Rp. 46.000
 “Bodoh. Aku perempuan paling bodoh di dunia. Jatuh cinta kepada yang tidak boleh dicintai. Tahu bahwa harus berhenti mencintai. Mampu untuk berhenti mencintai. Namun, tak mau. Semata karena hatiku mengatakan demikian.” – Seren – hlm.  30

Serenande Senja, Seren, perempuan yang sangat mencintai Bara. Namun, dia harus berakhir menjadi wanita simpanannya setelah hampir sepuluh tahun menjadi kekasihnya. Bara harus menikah dengan Anggi, perempuan yang dijodohkan orang tuanya.
Selama empat tahun, Seren mencoba menerima keadaannya. Meski sebenarnya, Seren mulai tak tahan dengan status hubungan mereka.
“Sepuluh tahun ini apa yang kita lakukan? Selama ini apa kamu nggak merasa bahwa kamu Cinderella dan aku pangerannya? Kamu datang ke pesta dansaku, tapi kamu selalu menutup dirimu yang sebenarnya.  Selalu memakai topeng. Tidak boleh ada yang tahu kita berdansa. Sebelum tengah malam, kau selalu berlari mengejar waktu, berlomba dengan detik, untuk sampai di rumah. Meninggalkanku.” – Seren – hlm. 18

Dalam satu kesempatan, Seren bertanya pada Bara, siapa yang dipilih Bara, Seren, kah? Atau Anggi, kah? Dan Bara memilih Lily, putrinya bersama Anggi. Mengetahui kenyataan itu, Seren masih tetap kukuh sekedar menjadi wanita kedua yang keberadaannya benar-benar disembunyikan.
Namun, kecelakaan yang menimpa Lily membuat sikap Bara berubah. Bara mulai menjauh. Seren merasa Bara ingin pergi. Jadi, sebelum Bara pergi, Seren memutuskan pergi lebih dulu.
“Kalau ada yang bilang bye, lebih baik kamu jawab see you. Kecuali kalau kamu benar-benar nggak mau bertemu dia lagi.” – Elang – hlm. 178

Seren resign dari kantornya, kantor yang juga tempat Bara bekerja. Dia akhirnya memutuskan mengajar di sebuah SMA swasta sebagai guru Bahasa Inggris.
 “Mungkin yang menurut lo baik-baik itu bukan bukan yang terbaik. Yang menurut kita nggak baik, justru yang sebenarnya terbaik.” – Kean – hlm. 41

Di sana, Seren menemukan kehidupan yang baru, kehidupan tanpa Bara. Di sana pulalah dia bertemu sepasang mata tajam yang terkadang siap menerkamnya. Ya, Elang, laki-laki yang mengajar musik di sekolah tempat Seren mengajar pula. Laki-laki misterius yang musiknya mampu membuat Seren merasakan debaran berbeda.
Namun, ternyata Bara belum benar-benar pergi. Dan, perlahan Elang masuk lebih dalam di kehidupan Seren. Lalu, mana yang dipilih Seren? Bara-kah yang selalu dirindukannya, dan siap menceraikan Anggi? Atau, Elang-kah yang ternyata pernah merasakan luka yang sama seperti yang dirasakan Seren?
“Kini aku tahu, semua  akan baik-baik saja selalu diucapkan untuk membohongi mereka yang selamanya tidak akan baik-baik saja.” – Seren – hlm. 47



After Rain. Novel perdana Anggun Prameswari, seorang penulis yang lebih dulu menjadi cerpenis untuk media masa, dan juga seorang guru. Makanya, waktu dia bercerita tentang Seren yang menjadi guru pula, kisahnya terasa sangat hidup.
Dan aku suka cara Seren memecahkan masalah saat Kenzo, salah satu muridnya, meragukannya. Apakah Seren bisa menjadi guru yang pantas buat mereka? Itu tantangan Kenzo, dan juga murid-murid 12 IPA untuk Seren.
“Menyerah memang kelihatan lebih mudah… Tapi, kita perlu melakukan hal yang sulit, agar hidup ke depannya lebih gampang.” – Elang – hlm. 240

Novel ini cukup kaya diski. Bahasanya sedikit nyastra, tapi untung saja tidak terlalu puitis sampai bikin capek. Asal tahu saja, aku lebih suka novel-novel yang lebih nge-pop. Jadi, terkadang membaca novel nyastra dengan bahasa puitis yang mendayu-dayu, cuma bisa bikin aku ngantuk.
Tapi, tenang Mbak Anggun, aku nggak ngantuk, kok. Mbak Anggun berhasil membawakan kisah yang mellow namun tidak cengeng.
After Rain sejak awal sudah menunjukkan konflik apa yang dihadapi tokoh utamanya. Aku suka novel tipe seperti ini. Jadi nggak harus nunggu dan bertanya-tanya dulu, apa sih yang jadi permasalahannya? Tapi langsung bikin pembaca mikir, gimana ya penulis memecahkan masalahnya?
Dan, After Rain mampu menampilkan pemecahan masalah secara mengalir begitu saja. Sampai-sampai aku nggak sadar, kalau aku hampir menyelesaikannya.
“Lekaki dinilai bukan dari wajah tampan atau uangnya. Dia dinilai bagaimana dia bisa bertanggung jawab atas apa yang dia sudah lakukan.” – Seren – hlm. 291

Kisah Seren yang menjadi wanita simpanan tetap saja terkesan protagonis, meskipun dia bisa jadi antagonis jika dikisahkan dari sudut pandang orang lain. Nah, di sini Mbak Anggun mencoba memperlihatkan bahwa sisi jahat juga punya alasan di balik tindakannya. Dan, jika kita mau melihat dari berbagai sisi, mungkin yang jahat itu akan terlihat sebagai korban.
Ini tidak berarti aku mengatakan perselingkuhan itu halal. Tidak. Apapun alasannya, perselingkuhan tetap saja penghianatan. Titik.
“Jangan pernah bilang lo nggak ada pilihan. Kita semua punya pilihan., cuma kadang kita malas melihat kemungkinan yang ada.” – Kean – hlm. 90

Tapi, dari kisah Seren, kita bisa belajar banyak tentang cinta. Seperti apa, sih cinta yang perlu diperjuangkan? Apakah cinta seperti Seren dan Bara masih punya alasan untuk dipertahankan? Jawaban dari aku, tentu saja tidak! 
“Tahu nggak, orang yang suka model baju vintage konon adalah orang yang terjebak di masa lalu.” – Kean – hlm. 150

Dan untuk covernya, I like it. Em, siapa ya yang bikin? Oh, ternyata Levina Lesmana. Yahut banget, deh covernya. Kalo aku bisa nerbitin novel, moga-moga bisa dibikinin sama beliau.
Kapan novel kamu? Tahu, deh kapan! *Ah, jd OOT, kan!
Oke, terakhir dan nggak boleh lupa. Rating untuk novel ini 3,4 dari 5 bintang.

No comments:

Post a Comment

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos