Friday, February 19, 2016

[Review] MISTERI PATUNG GARAM – Kisah Idis kembali berulang



Penulis : Ruwi Meita
Penerbit : Gagasmedia
Genre : Thriller, Mystery, Romance, Fiksi
Kategori : Adult, Crime, Detective
Terbit : 2015
Tebal : vi + 278 hlm
ISBN : 979 – 780 – 786 – x
Harga : Rp. 49.000
Seorang pianis asal Surabaya meninggal. Mayatnya ditemukan di rumahnya. Yang aneh adalah, mayat tersebut sudah menjadi patung garam yang begitu artistik. Dia tampak seperti dikutuk menjadi patung garam saat bermain piano.
“Garam adalah jiwa. Dia ada dalam darahmu. Jika kamu menumpuk garam dalam tubuhmu : stroke. Hipertensi. Mereka seperti hantu yang mencekik diam-diam. Atau bahkan ketika kamu begitu pelit memakan garam, tubuhmu bisa terkena hyponatremia fatal.” – Rahardian – hlm. 89

Kasus kematian pianis itulah yang menyambut Kiri Lamari saat menginjakkan kaki di Surabaya. Beberapa waktu yang lalu, Kiri dipindah tugaskan ke Surabaya, meninggalkan kota kelahirannya Bojonegoro.
Kematian pianis itu bukan satu-satunya. Dua kasus berlanjut dengan cara yang sama, mayatnya ditemukan dalam bentuk patung garam. Polisi mencoba mengendus dalang pembunuhan ini. Mereka terus menyelidiki simbul-simbul yang memang dibuat oleh pembunuhnya untuk menguji para Polisi.
“Yang ingin aku katakan, kadang mangsa itu merelakan dirinya untuk terperangkap. Seperti manusia yang rela terjebur dalam dosa sebab dosa itu memang nikmat.” – Rahardian – hlm. 127

Akankan mereka menemukan pembunuhnya? Lalu, alasan apa yang membuat pelaku merubah korban-korbannya menjadi patung garam?
“Justru itu, Pak Waskita. Kadang, yang tak terduga adalah jawabannya” – Kiri Lamari – hlm. 30

Misteri Patung Garam, novel bergenre Thriller pertama yang aku baca di tahun 2016. Aku jarang banget baca novel bergenre selain romance. Dan, waktu ketemu novel ini, aku langsung terbius sampai rasanya ingin kelar dalam sehari. Sekarang, aku berasa kecanduan novel Thriller deh, saking serunya.
Novel ini menceritakan pembunuhan yang korbannya dibuat menjadi karya seni yang menakjubkan. Mereka yang dibunuh, akan dikeluarkan organ dalamnya lalu dirubah menjadi patung garam yang artistik.
Pembunuhnya terobsesi dengan kisah Idis istri Lot, seorang wanita yang dikutuk Tuhan menjadi patung garam karena melanggar larangan Tuhan untuk tidak melihat ke belakang. Tak lupa, penulis menyisipkan kisah cinta yang manis antara Kiri Lamari dan Kenes.
Kiri Lamari adalah seorang Polisi yang menangani tindak kriminal. Dia penah memecahkan kasus segitiga biru hingga nama Kiri Lamari mencuat sebagai Polisi yang cukup diperhitungkan untuk menangani kasus-kasus pembunuhan seperti ini.
Karakter Kiri adalah tipe cowok cool yang selalu sibuk dengan pekerjaannya sampai sering lupa pada pacarnya. Dia pandai memasak. Namun, jika mau menilik lebih dalam, Kiri bukanlah laki-laki yang cuma sibuk dengan pekerjaannya. Dia punya masalah yang berat dengan keluarganya. Entah sejak kapan Kiri tak lagi berbicara dengan Ayahnya. Dia juga masih penasaran atas kematian ibunya bertahun-tahun yang lalu, saat dia masih kecil.
“Karier dan perempuan seperti dua besi melintang pada rel kereta api. Sejajar tapi tak pernah bertemu. Dan itu sangat kampret rebus! Sampai sekarang pun, aku tak pernah bisa membuat istriku paham tentang pekerjaanku.” – Inspektur Saut – hlm. 65

Kenes, si fotografer traveling yang tampak tomboy namun menyukai wedges. Dia gadis yang begitu sabar menghadapi Kiri. Dia juga hadir sebagai bagian yang mencoba mengobati jiwa Kiri.
Ireng, sosok anak laki-laki yang tampak mirip Kiri pada saat dia seusia Ireng. Ireng ini seorang pencopet. Dia sudah tak punya siapa-siapa. Karena Kiri, Ireng menemukan sebuah keluarga. Aku suka karakter Ireng yang nampak meramaikan suasana novel ini.
Ada satu lagi karakter yang menarik, Inspektur Saut. Dia rekan Kiri dalam memecahkan kasus patung garam ini. Aku suka saat dia mulai mengumpat, “Kampret rebus.” Aku selalu ketawa saat Inspektur Saut sudah mengumpat seperti itu. Namun, sangar-sangar begini, Inspektur Saut menyukai film kartun.
Aku yakin, penulis melakukan riset yang sangat matang saat menulis novel ini. Karena aku merasa trik-trik pembunuhannya, alibi sampai bagaimana cara pemecahan kasus ini dirangkai dengan cukup sempurna. Dan, jawaban akhirnya sama sekali tak tertebak. Sangat jenius!
Ending-nya pun memberikan kesan yang cantik. Tidak sekedar menutup, tapi kembali memberi kejutan untuk pembaca.
Rating untuk novel ini 4,4 dari 5 bintang.

2 comments:

  1. Woooow, dapat rating 4,4 dari 5 itu artinya novel ini memang layak dibaca. Sejak setahun lalu saya sudah sering lihat dan baca review tentang novel ini dari blog tour nya berseliweran di timeline. Memang sangat menggiurkan sejak awal mengenal. Sayangnya waktu itu saya malah nggak ikutan giveaway nya. Nyesel... T_T

    Melihat banyak pembaca yang memberi kesan positif terhadap buku ini, terlebih di sini lebih dijelaskan tentang karakter tokoh-tokohnya. Makin membayangkan seorang Kiri Lamari kalau dalam wujud nyata seperti siapa yaaa? Kutipan-kutipan yang dimasukkan juga pas dan bagus. :D

    Mbak Ruwi memang pakar cerita horror misteri thriller. Buku-buku beliau cocok nih untuk jadi patokan kalau mau baca genre serupa. Rasanya tidak takut akan mengecewakan :)

    ReplyDelete
  2. Genre novel ini lengkap banget ya XD saya jadi penasaran, apalagi sama kiri cowok cool yang bisa masak XD dan ide mbak ruwi keren banget sampe kepikiran nukis novel tentang mayat yang ditemukan sudah menjadi patung garam:))

    ReplyDelete

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos