Penulis : Ruwi Meita
Penerbit : Gagasmedia
Genre : Thriller, Mystery, Romance,
Fiksi
Kategori : Adult, Crime, Detective
Terbit : 2015
Tebal : vi + 278 hlm
ISBN : 979 – 780 – 786 – x
Harga : Rp. 49.000
Seorang pianis asal
Surabaya meninggal. Mayatnya ditemukan di rumahnya. Yang aneh adalah, mayat
tersebut sudah menjadi patung garam yang begitu artistik. Dia tampak seperti
dikutuk menjadi patung garam saat bermain piano.
“Garam adalah jiwa. Dia ada dalam
darahmu. Jika kamu menumpuk garam dalam tubuhmu : stroke. Hipertensi. Mereka seperti
hantu yang mencekik diam-diam. Atau bahkan ketika kamu begitu pelit memakan
garam, tubuhmu bisa terkena hyponatremia fatal.”
– Rahardian – hlm. 89
Kasus kematian pianis
itulah yang menyambut Kiri Lamari saat menginjakkan kaki di Surabaya. Beberapa
waktu yang lalu, Kiri dipindah tugaskan ke Surabaya, meninggalkan kota
kelahirannya Bojonegoro.
Kematian pianis itu bukan
satu-satunya. Dua kasus berlanjut dengan cara yang sama, mayatnya ditemukan
dalam bentuk patung garam. Polisi mencoba mengendus dalang pembunuhan ini.
Mereka terus menyelidiki simbul-simbul yang memang dibuat oleh pembunuhnya
untuk menguji para Polisi.
“Yang ingin aku katakan, kadang
mangsa itu merelakan dirinya untuk terperangkap. Seperti manusia yang rela
terjebur dalam dosa sebab dosa itu memang nikmat.” – Rahardian – hlm. 127
Akankan mereka menemukan
pembunuhnya? Lalu, alasan apa yang membuat pelaku merubah korban-korbannya
menjadi patung garam?
“Justru itu, Pak Waskita. Kadang,
yang tak terduga adalah jawabannya” – Kiri Lamari – hlm. 30
Misteri Patung Garam, novel bergenre Thriller pertama yang aku baca di tahun 2016.
Aku jarang banget baca novel bergenre selain romance. Dan, waktu ketemu novel
ini, aku langsung terbius sampai rasanya ingin kelar dalam sehari. Sekarang,
aku berasa kecanduan novel Thriller deh, saking serunya.
Novel ini menceritakan
pembunuhan yang korbannya dibuat menjadi karya seni yang menakjubkan. Mereka
yang dibunuh, akan dikeluarkan organ dalamnya lalu dirubah menjadi patung garam
yang artistik.
Pembunuhnya terobsesi
dengan kisah Idis istri Lot, seorang wanita yang dikutuk Tuhan menjadi patung
garam karena melanggar larangan Tuhan untuk tidak melihat ke belakang. Tak
lupa, penulis menyisipkan kisah cinta yang manis antara Kiri Lamari dan Kenes.
Kiri Lamari adalah
seorang Polisi yang menangani tindak kriminal. Dia penah memecahkan kasus
segitiga biru hingga nama Kiri Lamari mencuat sebagai Polisi yang cukup
diperhitungkan untuk menangani kasus-kasus pembunuhan seperti ini.
Karakter Kiri adalah tipe
cowok cool yang selalu sibuk dengan pekerjaannya sampai sering lupa pada
pacarnya. Dia pandai memasak. Namun, jika mau menilik lebih dalam, Kiri
bukanlah laki-laki yang cuma sibuk dengan pekerjaannya. Dia punya masalah yang
berat dengan keluarganya. Entah sejak kapan Kiri tak lagi berbicara dengan
Ayahnya. Dia juga masih penasaran atas kematian ibunya bertahun-tahun yang
lalu, saat dia masih kecil.
“Karier dan perempuan seperti dua
besi melintang pada rel kereta api. Sejajar tapi tak pernah bertemu. Dan itu
sangat kampret rebus! Sampai sekarang pun, aku tak pernah bisa membuat istriku
paham tentang pekerjaanku.” – Inspektur Saut – hlm. 65
Kenes, si fotografer
traveling yang tampak tomboy namun menyukai wedges. Dia gadis yang begitu sabar
menghadapi Kiri. Dia juga hadir sebagai bagian yang mencoba mengobati jiwa
Kiri.
Ireng, sosok anak
laki-laki yang tampak mirip Kiri pada saat dia seusia Ireng. Ireng ini seorang
pencopet. Dia sudah tak punya siapa-siapa. Karena Kiri, Ireng menemukan sebuah
keluarga. Aku suka karakter Ireng yang nampak meramaikan suasana novel ini.
Ada satu lagi karakter
yang menarik, Inspektur Saut. Dia rekan Kiri dalam memecahkan kasus patung
garam ini. Aku suka saat dia mulai mengumpat, “Kampret rebus.” Aku selalu
ketawa saat Inspektur Saut sudah mengumpat seperti itu. Namun, sangar-sangar
begini, Inspektur Saut menyukai film kartun.
Aku yakin, penulis
melakukan riset yang sangat matang saat menulis novel ini. Karena aku merasa
trik-trik pembunuhannya, alibi sampai bagaimana cara pemecahan kasus ini
dirangkai dengan cukup sempurna. Dan, jawaban akhirnya sama sekali tak
tertebak. Sangat jenius!
Ending-nya pun memberikan
kesan yang cantik. Tidak sekedar menutup, tapi kembali memberi kejutan untuk
pembaca.
Rating untuk novel ini
4,4 dari 5 bintang.
Woooow, dapat rating 4,4 dari 5 itu artinya novel ini memang layak dibaca. Sejak setahun lalu saya sudah sering lihat dan baca review tentang novel ini dari blog tour nya berseliweran di timeline. Memang sangat menggiurkan sejak awal mengenal. Sayangnya waktu itu saya malah nggak ikutan giveaway nya. Nyesel... T_T
ReplyDeleteMelihat banyak pembaca yang memberi kesan positif terhadap buku ini, terlebih di sini lebih dijelaskan tentang karakter tokoh-tokohnya. Makin membayangkan seorang Kiri Lamari kalau dalam wujud nyata seperti siapa yaaa? Kutipan-kutipan yang dimasukkan juga pas dan bagus. :D
Mbak Ruwi memang pakar cerita horror misteri thriller. Buku-buku beliau cocok nih untuk jadi patokan kalau mau baca genre serupa. Rasanya tidak takut akan mengecewakan :)
Genre novel ini lengkap banget ya XD saya jadi penasaran, apalagi sama kiri cowok cool yang bisa masak XD dan ide mbak ruwi keren banget sampe kepikiran nukis novel tentang mayat yang ditemukan sudah menjadi patung garam:))
ReplyDelete