Penerbit : Gramedia
Genre : Amore, Fiksi, Romance
Kategori : Adult, Perjodohan
Terbit : Maret 2016 (Cetakan Kedua)
Tebal : 264 hlm
ISBN : 978 – 602 – 03 – 2583 – 5
Harga : Rp. 63.000
“Aku sudah melakukan hal gila. Setuju
menikahi laki-laki yang baru beberapa menit aku temui dan sekarang kamu
mengatakan bahwa untuk acara pernikahan, aku hanya perlu datang tanpa
mempersiapkan apa pun.” – Beatrice – hlm. 29
Nico hampir
menikahi tunangannya, Benita. Namun, beberapa bulan sebelum pernikahan itu,
Benita memutuskan membatalkan pernikahan dan memilih melanjutkan sekolahnya di
luar negeri.
Nico tidak
ingin keluarganya malu, maka dia menyetujui perjodohannya. Namun, ini hanya
cara yang digunakan Nico sekedar untuk mengulur waktu sampai kekasihnya
kembali, dan dia akan menikahinya seperti rencananya semula.
“Aku berencana menunggu tunanganku
pulang sekaligus menutupi rasa malu orang tuaku. Kamu berencana menunggu
beberapa tahun lagi untuk mencari laki-laki yang tepat sambil berharap
orangtuamu tidak menganggumu dengan segala upaya mengenalkanmu pada laki-laki
yang mereka anggap pantas.” – Nico – hlm. 28
Beatrice,
menganggap ide keluarganya untuk menjodohkan dia, adalah hal konyol. Namun,
saat mendengar kata-kata Nico – pria yang dijodohkan dengannya – membuat
Beatrice berubah pikiran.
Selama ini,
keluarganya sangat protektif. Beatrice dan kedua adiknya tidak bisa bergerak
dengan leluasa. Beatrice berharap, saat dia sudah menikah, dia akan terbebas
dari penjara keluarganya.
Hanya satu
tahun, Nico dan Beatrice melakukan perjanjian untuk menjadi suami istri hanya
satu tahun, sampai kekasih Nico kembali. Namun, kedekatan mereka yang dibangun
perlahan, benarkah hanya sekedar sandiwara? Perasaan tak pernah bisa diatur.
Akan ada kejutan besar dalam hubungan mereka, kita semua pasti tahu itu sejak
awal bukan?
“Ia terlanjur membiarkan
perasaannya larut sebagai istri. Meski baru sebulan mereka bersama, Nico sangat
jelas mencintai Benita. Beatrice dengan bodohnya mengijinkan perasaan sukanya
kepada Nico tumbuh dan berkembang. Membiarkan hatinya berharap sesuatu dapat
berubah satu tahun ke depan.” – hlm. 141
Pengantin
Pengganti, punya
tema yang klise – perjodohan. Namun, ceritanya sangat krispi, kriuk-kriuk kayak
kripik tempe. Ini berkat karakter Beatrice yang nggak bisa diam, ada saja
ulahnya. Dan, saat menikah pun, karakternya tidak berubah banyak.
Kalau
Beatrice itu banyak tingkah, Nico lebih kalem, irit omong, namun terkesan
dingin. Jujur, aku tidak terlalu jatuh hati pada sosok Nico. Penggambaran
kerennya kurang, padahal penulis mengatakan Nico itu tipe cowok yang membuat
mata cewek meliriknya.
Berdasarkan
cerita, Nico ini juga minim ekspresi. Kadang, aku malah suka sama cowok kayak
begini. Tapi, karena penulis kurang bisa membuat Nico terbayang diimajinasiku,
jadi kurang berkesan, deh.
Yang bikin
aku suka sama novel ini adalah, ada saja hal yang seru diantara Beatrice dan
Nico. Sampai-sampai aku penasaran, akan ada hal apa lagi di antara mereka, ya?
Namun, jika
dicermati, novel ini punya beberapa kekurangan, seperti kurangnya penggambaran
cerita dari sudut pandang Nico. Hampir semuanya diceritakan dari sudut pandang
Beatrice.
Lalu, saat
pertemuan Nico dan Benita, penulis tidak menampilkan adegan Nico dan Benita
yang sedang makan siang, atau interaksi lainnya. Mungkin, penulis ingin
memunculkan rasa penasaran pembaca, masih adakah hubungan antara mereka berdua?
Rasa yang sama seperti yang dirasakan Beatrice. Kalau seperti ini, kenapa nggak
pakai sudut pandang Beatrice aja. Jangan pakai sudut pandang orang kedua.
Untuk bagian
pembuka, bagian ini juga kurang menarik perhatianku pada pandangan pertama.
Untunglah, setelah Nico dan Beatrice menikah, ceritanya berubah jadi menarik.
Aku suka cara
bercerita penulis yang terkesan to the point, nggak muter-muter. Bahasanya juga
enak. Alurnya cepat, dan makin ke belakang, keseruannya makin meningkat.
Menurutku,
aku masih kurang puas sama endingnya. Masih bisa dibuat satu epilog, nih, kayak
di novel-novel Astrid Zeng lainnya. Dibuat pesta anniversary Nico dan Beatrice
atau ada adegan romantis khas Astrid Zeng seperti biasanya. *Ups, spoiler,
ya?* Yang jelas, jangan selesai pas di situ doang. Kurang, mbak…kurang!
Oh iya,
biasanya Astrid Zeng membuat cerita novelnya seperti sedikit berbau dongeng, seperti
Sleepaholic Jatuh Cinta cocok dengan
dongeng Putri Tidur, kalau Suami Sempurna Untuk Tathiana cocok
dengan dongeng Tangled Rapunzel, Bella and The Beast cocok dengan
dongeng Beauty and The Beast, Cindy and the Playboy Prince cocok
dengan Cinderella, Terpikat sang Playboy cocok dengan
Putri salju. Kira-kira, ada yang bisa memberitahuku, novel ini cocok dengan
dongeng yang mana? Atau khusus novel yang ini, penulis tidak mengaitkan dengan
satupun dongeng?
Tunggu
sebentar, mungkinkah The Little Mermaid?
Ingat bukan,
si Gadis Mermaid pura-pura hilang ingatan agar bisa tetap dekat dengan sang
pangeran. Nah, si Beatrice kan juga pura-pura hilang ingatan agar Nico tidak
meninggalkan dia. Pas, kan?
Ratingnya,
3,4 dari 5 bintang.
Kira-kira,
setelah novel ini siapa lagi yang akan muncul? Sepertinya Bibiana. Trus, dengan
siapa ya dia diceritakan? Jadi pengin buka novel Bella and The Beast lagi,
karena di sana, kan, Bibiana dan Beatrice diceritakan sudah menikah.
Review tambahan :
Saking penasarannya,
akhirnya aku buka lagi novel Bella and the Beast. Kutemukan sebuah paragraf
yang harus kalian simak di novel tersebut, “Hadi menghela napas terdiam menatap
kedua putrinya lekat-lekat. Dia masih ingat saat Beatrice menikah muda dengan seorang
pengusaha terkenal, dan Bibiana yang sempat membuat heboh karena menikah
mendadak dengan seorang musisi internasional. Keduanya melangsungkan pernikahan
setelah melarikan diri darinya…” – Bella and the Beast – hlm. 9
Di novel itu, Beatrice
menikahi seorang pengusaha terkenal, bukan dokter. Padahal, di novel ini,
jelas-jelas disebutkan bahwa Nico adalah seorang dokter. Nah, ini penulisnya
lupa atau gimana? Duh, bikin janggal cerita saja.
Dari pada bikin
kesalahan, mending kemarin bikin nama tokoh lain saja. Atau, kalau mau bikin
benang merah dari kisah-kisah sebelumnya, buka lagi buku yang ada hubungannya dengan
tokoh yang diceritakan.
Sudahlah, anggap saja,
Mbak Astrid Zeng sedang lupa dengan siapa seharusnya Beatrice menikah.
bikin GA buku ini ga mba?penasaran sama ceritanya hahaha *ngarep gretonk-an* :p
ReplyDeleteWalahhh.... hahaha...
Delete