Peerbit : Gagasmedia
Genre : Historical-Fiction, Romance,
Fiksi
Kategori : Time Traveler Series,
Young Adult
Terbit : 2015
Tebal : viii + 268 hlm
ISBN : 979 – 780 – 790 – 8
Harga : Rp. 50.000
Granada, mahasiswa yang
bekerja sambilan sebagai seorang illustrator. Dia mengidap buta warna penuh, dan
dia mendapat tantangan untuk menggambarkan kisah Perang Bosnia – Herzegovina
tahun 1992 yang ditulis oleh Pak Harswenda yang dulu pernah menjadi relawan Indonesia
yang dikirim ke Bosnia.
Nada agak kesulitan untuk
menggambarkan suasana perangnya, juga bentuk dari vas bunga yang terbuat dari
mortir peninggalan perang. Karena itu, Nada menemui sang penulis buku. Pak Hars
meminjami Nada vas bunga tersebut. Dan ternyata, vas bunga itu membawa Nada ke
dimensi lain di masa Sarajevo tahun 1993.
“Jangan bertindak terlalu cepat,
Nada. Pikirkan semuanya baik-baik sebab perjalanan yang akan kamu lakukan
setiap kali selesai memutar diagramnya itu bukan perjalanan biasa.” – Pak Harswenda – hlm. 177
Kepergiannya membawa Nada
bertemu Reksa dan Lella, seorang keturunan Indonesia-Bosnia yang terjebak di
dalam suasana perang itu. Merekalah yang menolong Nada, termasuk dalam
pencarian Pak Harswenda untuk menemukan vas bunga mortir yang akan membawa Nada
kembali ke dimensinya.
“Mas, sewaktu Mas melewatkan begitu
saja seseorang yang selama ini sudah Mas cari-cari, apa yang kemudian akan Mas
lakukan? Dan, Mas tahu kalau Mas nggak akan bisa ketemu lagi dengannya. Dunia ini
terlalu luas untuk pertemuan kedua kalinya.” – Nada
“Berdoa saja. Aku tahu dunia ini
luas, tapi skenario Tuhan bisa membuatnya terasa sempit.” – Dhamar – hlm. 189
Pencarian tersebut
bukanlah hal mudah, apalagi untuk Reksa yang turun langsung di tengah perang
mencari keberaan orang yang sebenarnya dia benci, Pak Harswenda. Apalagi,
keadaan Reksa semakin lama semakin sulit. Kondisi ibunya yang semakin parah,
dan Lella yang menjadi korban pemerkosaan.
Mampukah Nada bertemu Pak
Harsewenda dan kembali ke dimensinya? Jika memang dia berhasil, relakah Nada
berpisah dari Reksa, dan tegakah dia meninggalkan Lella dan ibu Reksa yang
sudah dekat dengan dirinya?
“Nada, dengarkan baik-baik. Semua yang
ada di kehidupan ini berada di garis binary mindset manusia.
Apapun yang ada di dunia ini pasti memiliki kebalikannya. Ada,masa lalu, ada
masa sekarang. Ada kenyataan, ada khayalan. Ada pertemuan, ada perpisahan. Dan,
kehidupan yang saya jalani sekarang bukan masa tempat saya harus berada.” –
Reksa – hlm. 259
Tentang Waktu, novel yang membawa kita ke suasana Perang Bosnia –
Herzegovina tahun 1993 yang cukup mencekam. Suara tembakan, bahkan ledakan
menjadi latar dari kisah novel ini.
Tidak hanya tentang
setting tempat dan waktu yang istimewa di dalam ceritanya, namun juga
kekurangan tokoh utamanya – Nada – yang mengidap achromatopsia atau buta warna sepenuhnya. Dia seorang illustrator.
Tapi hebatnya, kekurangan dia bukanlah sebuah halangan untuk terus berkarya.
Penggambaran sebagai seorang achromatopsia
sangat berhasil diceritakan penulis. Bagian ini, seperti memberiku pengalaman
menjadi seorang buta warna.
Pertama kali kisah ini dimulai, saat Nada kehilangan
kekasihnya, Arsa. Namun, rasa kehilangan itu kurang berhasil ditransfer
kepadaku. Dan, kisah singkat Nada dan Arsa juga kurang diperdalam.
Mungkin, fokus penulis
memang pada bagaimana cara Nada bisa melakukan perjalanan antar waktu, perang
Bosnia, dan kisahnya dengan Reksa. Kalau begitu, mending nggak usah menuliskan
kisah Arsa dan Nada. Biarlah kisah dimulai dengan pertemuan Nada dengan Pak
Harswenda.
Novel ini diceritakan
dengan POV orang ketiga. Rasanya, aku ingin mendengar kisah tentang ayah Nada
dan Pak Harsewenda saat membuat mesin waktu itu, termasuk alasan apa yang
membuat ayah Nada begitu semangat membuat alat tersebut. Memang, alasannya
sudah sedikit dijawab. Namun, aku sangat ingin mendengar lebih. Sayang, Pak
Hars cepat sekali pergi. Aku masih ingin merasakan peran Pak Hars lebih banyak
sebenarnya.
Kisah perangnya pun
kurang kental. Chemistry antara Reksa dan Nada pun kurang bisa dibangun dengan
baik. Sebenarnya, aku merasa Reksa tidak jatuh cinta pada Nada. Reksa seperti
sekedar menghargai perasaan Nada pada dirinya. Benar atau salah, itulah yang
aku tangkap.
Namun, aku cukup bisa
menerima penyelesaian dari novel ini. Bahkan, aku cukup terkejut dengan
kemunculan Lella dimasa kini, juga beberapa kejutan lainnya.
Untuk endingnya, lumayan
bagus. Aku senang penulis tidak membuat Nada terkesan egois. Untuk ratingnya,
2,5 dari 5 bintang.
No comments:
Post a Comment