Monday, September 23, 2013

Pesona Hitam Putih sebuah Novel




Bagiku, buku sudah menjadi bagian yang tak bisa di tinggalkan dalam hidupku. Hampir setiap hari aku selalu menyisikan waktuku untuk membaca buku, dan hampir kemanapun aku pergi, di dalam tasku selalu ada satu novel yang menemaniku. Sekalipun aku lupa membawa novel,aku tetap bisa membaca, karena di ponselku ada lebih dari sepuluh ebook yang siap aku buka saat aku jenuh menunggu waktu.
Namun, sejujurnya aku adalah pembaca yang cerewet dan pemilih. Sepertinya ini disebabkan karena mutu novel yang aku baca semakin hari semakin bagus, dan pilihan buku yang bisa aku baca semakin bervariasi. Kalau dulu aku pasrah-pasrah saja mau membaca novel dengan gaya penulisan atau jalan cerita seperti apapun, karena dulu novel yang aku baca hanya sebatas buku di perpustakaan sekolah atau pinjam dari teman.
Menurutku, novel yang bagus bisa di lihat dari kulit luarnya, alias covernya baru deh inti ceritanya. Semakin menarik covernya, semakin membuat penasaran dan akhirnya mau nggak mau kita membaca blurd di belakang buku. Tapi, kadang aku masih kurang yakin dengan cover dan blurdnya yang sudah bikin penasaran. Dan jalan selanjutnya adalah mengecek review dari beberapa blog dan melihat ratingnya serta komentar pembaca di goodreads. Semua itu aku lakukan karena aku nggak mau kecewa sama apa yang aku beli.
Dan, akhir-akhir ini aku mulai jatuh cinta sama satu penerbit yang bisa dibilang baru, dia adalah Penerbit Haru. Alasannya, penerbit satu ini sering menerbitkan buku-buku terjemahan dari pengarang Korea/Jepang. Penulisnyapun bukan sembarangan penulis. Mereka biasanya memilih penulis yang punya standart tinggi seperti penulis novel Personal Taste Lee Sae In yang novelnya saja sukses dijadikan Drama Korea. Dan, aku menyukai pilihan kalimat para penerjemahnya. Karena meski novel-novel itu novel terjemahan, namun aku merasa tetap nyaman membacanya. Berbeda saat aku membaca buku terjemahan lain yang pilihan kalimatnya agak sulit dipahami. Selain itu, Penerbit Haru juga punya standar yang bagus dalam memilih karya penulis lokal. Buktinya banyak novelnya yang memiliki rating di atas 3 dan mendapat komentar positif dari pembacanya.
Novel Haru Koleksiku
Aku sudah membaca 4 novel terbitan Haru, dan masih ada 4 buku lagi yang sedang antri untuk dibaca. Dari 4 novel Haru yang sudah aku baca, aku memberi nilai tertinggi pada novel The Chronicles of Audy yang reviewnya bisa dibaca disini. Aku juga sangat menyukai kisah di Novel So, I Married the Anti-fan yang menurutku penuh nilai-nilai positif yang menginspirasi, reviewnya bisa di baca disini. Dan novel terakhir yang aku baca adalah Explicit Love Story, sebuah novel dewasa yang punya cerita konyol namun sangat menarik dan unik, reviewnya bisa dibaca disini.
Karakter novel-novel Penerbit Haru yang punya rasa berbeda di setiap cerita dan desain cover yang sangat menarik inilah yang akhirnya membuat aku terkena Haru syndrome. Wabah ini membuat aku harus merubah daftar wishlist novel yang aku dambakan. Dan, beberapa novel Penerbit Haru selalu ada dijajaran teratas. Seperti saat ini, wishlist teratasku adalah Sweet Melody 1 dan 2, yang mulanya ditempati Explicit Love Story. Novel ini sudah terkabul beberapa minggu yang lalu karena aku berhasil menang lomba cerpen #terHARU yang diadakan @fiksimetropop yang bekerja sama dengan Penerbit Haru.
Nah tulisan di atas inilah yang menjadi alasan aku kenapa aku ‘sok yakin’ mengajukan diri untuk mengikuti Haru Syndrome’s Waiting Room. Dan, merasa ‘sok pede’ untuk mengatakan “Haru, yuk wawancarai aku aja!” Hehehehe
Nah, semoga dengan ikutsertanya aku dalam Haru Syndrome’s Waiting Room ini aku bisa sedikit memberi masukan pada Penerbit Haru dan bisa membuat aku semakin mengenalnya.

2 comments:

  1. cover2 novel terbitan Haru emang cakeps2 :D

    ReplyDelete
  2. Yap, betul banget Indah. Aku pertama kali jatuh cinta sama novel-novel Penerbit Haru karena Cavernya, lho! Dan, ternyata ceritanya juga nggak mengecewakan :D
    Terima kasih sudah berkunjung, Indah. :*

    ReplyDelete

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos