Saturday, May 25, 2013

Giveaway for Quiz Hunter


Giveaway kecil-kecilan ini aku bikin karena aku berhasil dapetin banyak buku dari  kegiatan Quiz Hunter empat bulan terakhir, trus cerpenku juga terpilih menjadi salah satu cerpen yang dibukukan di Lomba Cerpen #JapanInLove yang diadakan diva press, walaupun nggak juara 1.


Dan, sekarang saatnya aku yang gantian bikin Giveaway kecil-kecilan. Karena temanya aja Giveaway kecil-kecilan, maka hadiahnya juga kecil-kecilan, yaitu dua buah buku yang tak terlalu tebal untuk dua pemenang. Sebenarnya mau ngasih Ototo Wa Koibito, tapi ternyata belum ada di Madiun, jadi buku lain aja ya?


Aturan main!

  •  Follow blog aku ya? (aji mumpung, nih! Hehehehe) Kalau nggak ada blog, kalian bisa follow lewat email, ya?!
  •  Follow twitter aku @dianputuamijaya , yang ini biar aku gampang menghubungi jika kamu menang.
  • Bantuin promote GA ini max 3 kali, setiap promote sertakan mention ke salah satu teman kamu dan aku. Jangan lupa hestag #GA1st
  • Jawab pertanyaan ini.
“Pernah ngerasain cinta ‘kan? Sekarang ceritakan padaku kisah cinta kamu yang paling 
berkesan dan akan kamu kenang selamanya!”
  • Jawab pertanyaan kalian di kolom komentar, jangan lupa sertakan username twitter kalian plus nama blog/email yang kalian gunakan untuk memfollow blog aku.
  •  Tulis pilihan buku yang kalian inginkan dari 2 buku yang di tawarkan. Jika di akhir GA, dua pemenang memilih 2 buku yang sama, maka akan aku undi, yang menang undian itulah yang dapat buku yang dipilih, dan yang kalah terpaksa menerima buku yang belum dipilih
  • Kemenangan di tentukan dari jawaban kalian
  • Keputusanku tidak bisa diganggu gugat
  • Giveaway ini berakhir pada tanggal 19 Juni 2013, bertepatan dengan ulang tahun aku.
  • Silahkan membuka lemari kenangan kalian, dan buat uraian cinta kalian yang paling menyentuh dan berkesan untukku. Good Luck, guys!!!

Tuesday, May 7, 2013

CERITA CINTA KOTA - RESENSI








Penulis        : Dwitasari, dkk
Tebal          : x + 241 hlm
Penerbit     : PlotPoint 
ISBN          : 9786029481273
Harga         : Rp 44.000

Cinta, dia tak pernah mengenal dan memilih tempat untuk membuat dua hati bertaut.
Dan, Omnibook ini membuktikan kalimatku di atas, “Cerita Cinta Kota” selalu ada cinta dimanapun kita berada. Oohh…yeaaah!!!!
Omnibook berwarna orange ini langsung membangunkan kenangan-kenanganku lewat gambar-gambarnya. Yang paling membuatku mampu menatap beberapa menit cover ini adalah gambar hartop atau Jip, yah aku langsung teringat ceritaku di Bromo, dan gambar Gedung Lawang Sewu, tentu aku teringat Semarang, kota yang baru saja aku singgahi, kota yang cukup keren dengan bangunan-bangunan tua yang memikatku. Dan gambar lainnya, aku tak terlalu memiliki kenangan dengan gambar lainnya.
Cerita cinta kota memiliki cerita-cerita yang nggak cuma cocok dibaca para remaja, dibaca usia matang sekalipun tetap enak, karena ada beberapa cerita bentuk metropopnya juga. Cerita cintanya pun penuh kejutan dan tak memulu membahas manisnya cinta, tapi juga menyajikan nasihat-nasihat yang menyentil, pengalaman hidup yang mampu membuat kita belajar, dan ada beberapa juga yang memiliki ending yang membuatku terejut.
Satu kata untuk omnibook ini “UNIK”.
Dalam omnibook ini terdiri dari 11 cerpen dan semuanya tentu terinspirasi dari kota-kota yang ada di Indonesia. Sebelas cerpen ini berjudul Kopi Cinta Grebe Besar (Dian Nafi), Amanat Perjuangan Ranti (Dita Hersiyanti), Memoar Senja (Fakhrisina Amalia Rovieq), Bromo yang Menghantarkan Hatiku (Ismaya Novita Rusady), Petik Pertama pada Rintik Pertama (Mario MPS), Cinta Keranjang Apel (Nita Aprilia), Sebelum TransJakarta Berlalu (Noury), Pintu 1001 (Rizky Suryana Siregar), Cintaku Datang Lewat Omed-omedan (Rina Wijaya), Matahari di Kota Matahari (Widya Az Zahra) dan terakhir Sepatu (Dwita Sari).
Di setiap cerita selalu ada kelebihan dan kekuranganya masih-masing, seperti pada cerita yang pertama, Kopi Cinta Grebek Besar oleh Dian Nafi. Cinta yang dituturkan sangat sederhana, namun penggambaran tradisi dan suasana Grebek Besarnya yang aku suka, detail sekali, keren, mantap, dan kalimat pembukanya bikin aku mengerutkan dahi, “SITI BAKILAH”.
Kemudian, Amanat Perjuangan Ranti (Dita Hersiyanti). Tema persahabatan yang kemudian jatuh cinta, kisah klasik, nggak papa, karena dia bisa mengakhiri ceritanya sangat manis, sampai-sampai bikin aku tersenyum dan merinding. Oh, ya ada satu quote mantep disini.
“Makanya Tuhan menciptakan mulut, agar manusia dapat mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, dan apa isi hatinya kepada orang yang dituju, agar orang itu mengeti apa yang kita pikirkan selama ini.” (Amanat Perjuangan Ranti, hal 43)
Memoar Senja (Fakhrisina Amalia Rovieq). Nah, cerita yang ini, dua orang yang bertitle sahabat, kemudian saling jatuh cinta, tapi memilih diam. Kemudian, saat semua terucapkan, maut malah mengambil salah satu dari mereka. Sampai disini biasa aja ya?! Tapi, Endingnya. Endingnya, bro! Penulis dengan cantiknya memoles endingnya dengan diskripsi-diskripsi yang bikin penasaran, dan pembaca disuruh menebak sendiri apa yang terjadi dengan tokohnya. Good Job, Girl!
Sepatu (Dwita Sari). Udah deh kalau ini, penulisnya aja udah melalang buana sama buku-bukunya, jadi wajar kalau ceritanya matang banget. Yang jelas, aku suka dengan karakter tokoh cowoknya, Dareen. Di sini, penulis bisa menjabarkan pesan yang ingin disampaikan lewat tokoh-tokohnya dengan manis. Yap, aku lebih memilih menyebut cerpen satu ini “Cerpen inspiratif”, cerpen yang awalnya tak aku tahu maksud penulis menuturkannya, tapi saat “sepatu” itu dibahas, langsung membuatku terhenyak. Hah…benar! Sepatu jelek apa artinya, nggak ada kecuali diganti baru karena nggak keren. Tapi, setelah itu aku mengangguk, mengiyakan setiap pesan yang disampaikan Mbak Dwita Sari.
“Sepatu mencerminkan kegigihan seseorang dalam melangkah. Sepatu yang hampir rusak melambangkan bahwa pemiliknya berjuang dengan gigih dalam setiap langkahnya.” (Sepatu, hal 80)
Kalau bahas Cinta Keranjang Apel (Nita Aprilia), aku lebih mengapresiasi bagian pembuka cerita dan kenikmatan melahap setiap ceritanya, benar-benar ringan walau ada beberapa bagian yang dipaksakan.
Cintaku Datang Lewat Omed-omedan (Rina Wijaya). Cerita ini, cerita yang berlokasi di Bali, menggambarkan salah satu tradisi di sana. Tradisi ciuman, huuuaaaaooooo!!!! Dan ceritanya cukup mengalir, walaupun sangat mudah ditebak.
Matahari di Kota Matahari (Widya Az Zahra). Di cerita ini tokohnya itu lho, si Starla, gimana ya? Kayaknya agak sulit ditemui situasi yang ada padanya, nggak sekolah dan selalu jadi buntut ayahnya. Juga sikap sang ayah yang kayaknya perlu ke psikiater, deh. Hahaha becanda, deh! Tapi, aneh, sesayang-sayangnya, dan senggak mau kehilangannya, harusnya sang ayah bisa mikir apa yang baik buat anaknya, bukan memenjarakannya dengan semua keistimewaan dan membatasi kehidupan sosialnya. Hooooo…. Ya sudahlah, yang jelas ceritanya bikin aku menebak di setiap bagian, tapi salah, lagi-lagi salah! Huft, sampai ending aku baru bisa “ngeh”. Wao, hebat nih penulis, kayak bikin teka teki dalam cerita.
Sebelum TransJakarta Berlalu (Noury). Temanya, ajigileee… Kehidupan yang seperti terulang, dejavu dan precognitive dream. Baca ini kayak nonton film apa ya? Duh, lupa judulnya. Yang jelas penulis benar-benar menguasai materi ceritanya, karakter-karakternya, dan semuanya. Mengalir, dan tak ada kata cerita itu dipaksakan. Pesannya pun tersampaikan dengan sangat baik. Dan,  ini “Cerita Inspriratif” sukses kedua di novel ini.
Bromo yang Menghantarkan Hatiku (Ismaya Novita Rusady). Jujur aku mengharapkan cerita yang waooo di sini. Bromo, tempat dimana satu kenanganku letakkan di sana bersama si mata sipit. Ya sudahlah nggak usah dibahas! Bahas cerita ini aja. Kenapa ya aku ngerasa penulis maksain banget sama kisahnya? Kayak Janu yang nyatain perasaannya pada Eri saat mereka belum benar-benar saling mengenal. Kesannya malah bikin Janu cuma mau main-main. Karakter yang dibangun juga lemah banget. Dan beberapa pertanyaanku tak terjawab walaupun aku sudah menyelsaikan cerita ini.
Oke, bahas itu aja kali ya?! Sebenarnya maunya bahas semuanya karena ceritanya yang enak banget buat di ulik, tapi kayaknya bakalan bikin yang baca malas juga. Kalau mau tahu lengapnya, wajib beli dan baca sendiri. Banyak banget hal-hal unik yang kamu temukan disana, recommended banget nih buat semuanya, kecuali buat aki-aki, nggak bakal suka!
Oh, ya mau bilang makasih juga buat @pengenbuku dan @CeritaCintaKota yang udah kasih aku buku ini gratistitiiiitiiiiisssss lewat kuis #pengenbuku.
Dan, yang terakhir, aku akan kasih bintang 3 dari 5 bintang. Yeeeaaaahhhh!!!! Tepuk tangan!!!!!
Resensi ini juga bisa dibuka di  http://www.goodreads.com/review/show/609125942

Monday, May 6, 2013

7 Detik Terakhir - Flash Fiction



Flash Fiction ini diikutsertakan dalam Kuis 
Primadonna Angela (@cinnamoncherry
via Twitter #nulisyuk



“7 detik, hanya 7 detik aku minta waktumu, jangan pergi dulu!” Nesya menatap Arka dengan linangan air mata yang tak juga berhenti.
Sekejap, Arka menarik Nesya dalam peluknya, mendekapnya seperti tak rela melepasnya kembali.
“Jangan pergi, Jelek! Jangan pergi!” bisik Nesya, membuat Arka terpejam menahan perih di hatinya.
“Aku janji, aku akan kembali, Jelek! Aku akan kembali buat kamu. Aku akan kembali dan tak akan pergi lagi. Aku janji!”
Arka melepas pelukannya, dan perlahan beringsut menjauh dari Jeleknya, Jeleknya yang akan membuat hatinya meronta setiap kali rindu menerpanya.
***
Ah, rindu itu siksaan, setidaknya bagi dua manusia yang kini berjauhan raganya.
“Jelek, kapan balik?!” rajuk Nesya, membuat Arka tersenyum di seberang teleponnya.
Sekarang mereka sedang mengobati rindu itu bersama ponsel masing-masing. Ya, hanya seperti itu yang mampu mereka lakukan.
“Besok,” goda Arka.
“Ih… seriuuuussss, JELEEEEKKKK!!!!”
“Serius, besok…besoknya lagi, besoknya lagi lagi, dan besoknya lagi…lagi..lagiiiiiiii…!!!!!”
“Tuh, kan?”
“Huuuahahahaha,” tawa Arka bergulir.
“Jangan selingkuh, ya?! Kamu utang sekeranjang cinta sama aku!”
“Aku akan pulang bawain sekontainer cinta buat kamu, tenang aja!”
“Huuuaaaa… Jelek gombalnya keluar!”
Arka tertawa, mereka tertawa. Tawa rindu yang meluap-luap. Hah, rindu itu cobaan, rindu itu mala petaka. Rasanya, benci jika rindu menerpa.
***
“Arka!!!” suara itu membuat Arka menghentikan langkahnya dan berbalik.
“Hai, Mika. Ada apa?” jawab Arka saat gadis manis itu sudah tepat dihadapannya.
Mika tersenyum, “Kamu punya waktu nggak?”
“Kenapa?”
“Aku mau ke kos kamu, ada materi yang nggak aku ngerti.”
“Oh, gitu!” Arka terdiam sejenak. “Gimana kalau besok sore, kayaknya aku besok free abis pulang dari kampus.”
Wajah Mika berseri mendengar jawaban sang pujaan hati yang diam-diam mengisi hatinya.
“Ehem…” Mika mengangguk menyetujuinya.
“Oke, aku harus, pergi! Ada buku yang harus aku beli, ntar keburu malam lagi,” pamit Arka sebelum pergi.
“Oke, bye!” Mika mengiringi kepergian Arka dengan senyum cerah, cerah seperti hatinya yang menggelora.
Besok. Hah…! Kenapa besok rasanya akan menjadi penantian selama  satu tahun ya? Besok, seperti apa besok yang akan Mika dan Arka lalui? Mika benar-benar penasaran dengan besoknya. Hem… besok…besok…besok… ayo besok datanglah lebih cepat, itu doa Mika. Mika yang sedang dimabuk cinta.
***
Besok itu, sekarang tiba. Besok yang terasa manis buat Mika. Tapi, Mika benar-benar penasaran, apakah besok yang dia nanti-nanti juga spesial buat Arka? Atau besok itu hanya akan menjadi hari biasa saja untuknya?
Mika rasanya ingin meminjam sebentar kekuatan Deddy Corbuzier agar dia bisa membaca fikiran Arka. Dia ingin tahu, di bagian mana Mika ditempatkan di hati Arka.
Semua pikiran-pikiran Mika yang ngalor-ngidul itu akhirnya berakhir di depan pintu kos Arka.
Setelah menghela nafas, dan belajar senyum manis dulu, Mika mengetuk pintu kayu berwarna coklat dan ada tulisannya “Arka Room”.
“Ya, sebentar!” suara Arka terdengar dari balik pintu.
“Hai, Arka!” Mika melambaikan tangannya, senyumnya langsung tersungging manis khusus untuk cowok di depannya.
“Hai, ayo masuk!” Arka menepi, dan Mika masuk ke kamar Arka yang cukup besar.
“Kamar kamu enak, ya?!” Mika mengedarkan matanya menyusuri sudut-sudut kamar Arka, kemudian dia beranjak mendekati rak buku, dan menyentuh buku-buku itu dengan rasa mendamba. Tapi, sentuhannya terhenti pada sebuah frame foto  Arka  dan Neysa yang terletak di rak buku itu.
“Ini siapa?” tanyanya tanpa menatap Arka. Perhatian Mika hanya berpusat pada wajah dan tawa yang begitu ceria di wajah cewek itu.
“Oh, si Jelek!” jawab Arka sambil meletakkan kaleng minuman di dekat meja yang akan menjadi tempat belajar mereka.
“Si Jelek?” Mika menatap Arka, seperti sinyal meminta penjelasan lebih.
“Si Jelek yang ngangenin.” Arka tersenyum, senyum penuh arti, senyum yang membuat Mika seperti dicekam rasa takut, rasa was-was yang tak wajar.
“Pacar kamu?” tanya yang satu ini hanya mampu di ucapkan Mika tanpa menatap Arka. Dia terlalu takut menyaksikan ekspresinya.
Arka hanya tertawa, dan semakin membuat Mika mati penasaran sekaligus didera rasa yang menyiksa. Ah, Arka kenapa tak katakan iya atau tidak.
Dan, siksaan itu tak mampu lagi Mika pendam. Tepat satu bulan setelah belajar bersama itu, Mika nekat pergi ke kos Arka malam-malam. Dia ingin menyerahkan isi hatinya pada Arka. Dan, Tuhan benar-benar mengijinkan Mika bertemu Arka saat itu juga.
Saat Arka keluar dari pintu kosnya, Mika langsung menerjang Arka dengan pelukan, membuat Arka seketika membeku.
“Arka, aku cinta sama kamu!” bisik Mika di telinga Arka.
Dan, sepertinya kali ini Tuhan memang membuatkan kejutan buat Arka, karena tiba-tiba Nesya muncul dengan kue ulang tahun. Yah, hari ini memang ulang tahun Arka ke 21 dan Nesya ke sini untuk memberikan kejutan. Tapi, sayangnya dia lebih dulu yang diberi kejutan, kejutan yang menyakitkan.
7 detik, hanya 7 detik Nesya mampu menatap kekasihnya dalam pelukan wanita lain. 7 detik berikutnya, Nesya benar-benar pergi, tak kuasa membendung gemuruh dahsyat dalam dadanya.
“Nesya!” Arka melepas pelukan Mika begitu saja. Dia langsung mengejar Mika yang sudah kabur dari pandangannya.
“Nes… dengar aku dulu, Nes!” teriak Arka di pinggir jalan, karena Nesya sudah melaju kencang dengan mobilnya dan kembali pulang.
***
Malam itu juga Arka mengemasi beberapa barang yang dianggapnya penting dan pergi menuju rumah Nesya. Dia tak peduli harus naik motor 4 jam untuk sampai di tempat Nesya berada.
“Maaf Mika, aku harus pergi! Maaf juga, aku tak bisa membalas cinta kamu, karena aku mencintai Nesya.” Hanya itu kata-katanya untuk Mika yang menunduk di dekat pintu kamar Arka.
Empat jam ternyata terlalu lama, membuat Arka terpaksa menambah gas motornya. Dia tak peduli dengan padatnya lalu lintas. Yang dia pedulikan hanya bagaimana dia meyakinkan Nesya bahwa hanya dia yang ada di hatinya.
Ternyata, terlalu sia-sia usaha Arka karena saat Arka berada di depan Nesya, Arka tak mampu lagi mengatakan apapun. Dia hanya terdiam, membuat Nesya histeris.
“Jelek… Bangun…Jelek…Banguuuunnnn!!!!” tangis Nesya, membawa pilu yang dalam.
“Kamu janji bawain aku cinta satu kontainer, kamu janji Jelekk… Banguuuunnnn!!!!” Nesya meronta di dekat tubuh Arka yang tak bernyawa.
“Arkaaaa… Banguuuuunnnnn!!!!”
***
 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos