Friday, June 28, 2013

10 Things I Hope from GagasMedia #unforgotTEN


Dear, GagasMedia
Bertahun-tahun hadirmu melengkapi rak-rak bukuku. Bukan hanya cinta, atau kisah-kisah antah beratah yang kau bagi. Namun, juga ilmu kehidupan dari buku-buku penuh tauladan yang kau rangkumkan.
Sangat berkesan dan selalu memberikan rasa setelah menutup buku-bukumu. Yah, memang tak selalu dengan rasa bahagia, tapi aku selalu menyisipkan rasa-rasa itu ke dalam kalbuku, mencatatnya diam-diam, karena mungkin saja suatu hari ada pertanyaan yang menuntutku membuka simpanan rasa yang pernah kau bagi padaku.
Seperti  cinta, aku tak pernah mengenalnya secara nyata. Dia pertama kali ku kenal darimu, dari buku-buku roman yang kau hadirkan dengan pesona yang membuatku berkhayal untuk masuk dan menjadi tokoh-tokoh yang tercipta dari bukumu. Dan kemudian cinta menyapaku, membuatku mengulang rasa yang pernah kau ceritakan. Bahkan, aku benar-benar belajar bagaimana memperlakukan cinta juga darimu. Kau seperti salah satu sumber ilham dalam hidupku.
Selamat Ulang Tahun GagasMedia, hadirmu sangat berarti untukku, namun tak ada yang bisa kuberikan. Hanya sepuluh harapan yang kuuraikan di sini sebagai rasa sayangku padamu. Sebagai rasa terima kasihku karena kau telah hadir di hidupku.
10 Things I Hope from GagasMedia
1.  GagasMedia tetap ada dan selalu ada untuk para pembaca setianya
2.  GagasMedia tidak akan berhenti dengan keberhasilannya sekarang, namun terus maju untuk menjadi penerbit nomor satu di Indonesia
3.  GagasMedia berperan aktif untuk menjadi salah satu motivasi lahirnya para penulis-penulis baru untuk meramaikan kancah sastra Indonesia
4.  GagasMedia menjadi pendorong gemar membaca di seluruh kalangan masyarakat dengan mengadakan event-event yang menyadarkan mereka bahwa membaca adalah kegiatan yang menyenangkan
5.  GagasMedia mampu melahirkan cerita-cerita yang tak hanya bagus dan bermutu, namun juga menginspirasi pembaca untuk berubah lebih baik
6.  GagasMedia mampu menyajikan kisah-kisah yang tak akan lekang oleh waktu
7.  GagasMedia hadir makin dekat dengan kami, pembaca-pembaca yang mencintainya, dengan membalas cinta kami dan tak melupakan semua kontribusi kami dengan mengadakan giveaway berhadiah buku atau kegiatan lainnya.
8.  Semakin kreatif untuk menciptakan layout-layout dan desain cover yang memikat tanpa harus meninggalkan mutu cerita yang dimuat
9.  Mengadakan sebuah gebrakan besar untuk semakin memperkenalkan karya-karya  penulis GagasMedia di kalangan Internasional
10.  Berikan motivasi kepada resestor yang telah berperan aktif untuk memberikan masukan kepada GagasMedia, sehingga kami resestor semakin semangat untuk terus berkarya.

Inilah kesepuluh harapanku untuk GagasMedia sebagai hadiah yang bisa aku berikan.  Semoga kesepuluh harapan ini dapat terwujud dan menjadikanmu lebih…lebih….dan lebih dari sekarang. Amin!

                                                                                    Salam,
                                                                             #GagasAddict

Saturday, June 22, 2013

PENGUMUMAN PEMENANG "Giveaway for Quiz Hunter"

Maaf agak lemot untuk pengumuman pemenang Giveawayfor Quiz Hunter nya ya?! Soalnya ada beberapa jawaban yang bikin galau.

Buat semua yang sudah berpartisipasi aku ucapkan terima kasih banyak!
Pertanyaannya kali ini adalah
“Pernah ngerasain cinta ‘kan? Sekarang ceritakan padaku kisah cinta kamu yang paling 
berkesan dan akan kamu kenang selamanya!”

Ternyata banyak banget ya, yang menceritakan kisah cintanya yang sedih, tapi ada juga yang so sweet, kok. Iya, karena memang cinta selalu seperti itu. Dia memang selalu bisa membuat hidup kita jungkir balik tak karuan. Tapi, dia juga yang membuat hidup kita lebih terasa hebohnya. Jadi, biarkan saja dia beraksi sesukanya, dan buat hati kita kuat untuk menerima setiap tingkah polahnya :D
Nah, dari semua jawaban tentang cinta, aku memilih dua terbaik.
Dia adalah…..treeetetetetetetetennngggggggg…
1.  Yuni Amidong (@yuniamidong)
Karena dia tak menyebutkan minta hadiah apa, jadi kamu dapet yang  “So B. It”, ya?!
Kenapa dia yang jadi terbaik, ini analisisnya :
Aku suka cara dia bercerita. Dengan cara dia menggambarkan perbedaan diantara mereka yang tak akan pernah bisa dipecahkan hanya dengan cinta tulus sekalipun. Dan aku suka dua kalimat yang dia tulis
“….. Saat aku harus menunaikan kewajibanku untuk sholat, dia hanya bisa mengantar dan menungguku sampai selasar masjid. Selebihnya aku hanya bisa mengintip dari balik kaca, tanpa bsa berharap banyak untuk dia menjadi imamku.”
“Aroma perbedaan pun terasa saat kami makan bersama. Cara kami berdoa berbeda. Dia dgn mata tertutup, menyatukan jari-jari tangannya. Aku dgn mata terbuka dan tangan menengadah.”
2.   Arga Litha (@argalitha)
Karena Mbak Litha menuliskan buku pilihannya, aku akan memberikan buku pilihannya, Zizi : Saksi Bulan Madu
Alasannya, karena ceritanya tidak cuma cerita. Ada sisi pelajaran berharga yang bisa kita petik. Seperti, jangan kau sepelekan nasihat ibumu. Lalu, bagaimana kita harus menghadapi sebuah persoalan jika cinta sudah merembet ke persahabatan. Kisah seperti ini sering kali terjadi di dunia nyata, dan cukup sulit untuk menyelesaikannya. Semoga yang memiliki masalah yang sama dengan yang pernah di alami Mbak Litha bisa membacanya juga.
Selamat buat yang sudah menang, yang belum menang tunggu Giveaway aku selanjutnya. Doain aja banyak rezeki biar bisa bikin GA lagi.
 

Resensi - PARIS : ALINE “Cinta di sudut lain Kota Paris”




Judul : Paris “Aline”
Penulis : Prisca Primasari
Penerbit : Gagas Media
Jumlah Halaman : x + 214 hal
ISBN : 979-780-577-8
Tahun Terbit : 2013
Harga : Rp. 42.000

Gambar saya jelek, kamu cari clip-art dari internet aja.” Dia menatapku tajam. “Kamu tahu berapa banyak orang yang berusaha keras biar bisa ngegambar kayak kamu, termasuk dia?” Sena menunjuk dapur dengan dagunya. “Kamu buta atau apa, sih, sampe nggak tahu alasan temanmu yang satunya tadi minta gambar ke kamu? Kamu nggak sadar, dia pengin nunjukin gambar itu ke pacarnya, lalu ngaku-ngaku kalo itu gambarnya sendiri.” (Sena - halaman 79).

Paragraf di atas adalah dialog yang dilakukan Sena, tokoh pria di Novel Paris. Kata-katanya memang seperti asal ucap dan tanpa perasaan, tapi terdengar begitu membekas di telingaku. Ajaib!
Novel ini makin ajaib karena berkisah tentang cinta yang menurut aku tidak biasa, sedikit melencong dengan cara penulis lain menyampaikan cerita cintanya. Tidak romantis, tidak juga terlalu manis, kadang terasa hambar, bahkan mungkin lebih ekstrim.
Ini tentang Aline, Aline Ofeli. Gadis yang menganggap dirinya di bawah standar, dan biasa-biasa saja. Gadis yang memilih sekolah di Paris hanya demi mewujudkan impian ayahnya yang sudah meninggal. Gadis yang merana karena cintanya pada ubur-ubur bertepuk sebelah tangan. Dan, gadis yang berbakat menggambar, namun menganggap gambarnya sendiri tak menarik.
Kemudian, dia bertemu manusia eksentrik, manusia yang selalu berlebihan dalam segala hal, berselera aneh, dan suka tempat-tempat menyeramkan, juga misterius. Dia Aeolus Sena, pria yang dikenal Aline karena sebuah pecahan porselin.
Perlahan, mereka dekat karena janji tiga permintaan Aline yang akan dikabulkan Sena karena telah mengembalikan porselinnya. Dan, dari sanalah Aline mulai disadarkan tentang banyak hal, dari bagaimana sebenarnya sosok seorang Aline dimata orang lain, tentang kenapa Ubur-ubur terkesan membencinya, tentang perasaan Kak Erza padanya, tentang bakat Aline, bahkan akhirnya juga tentang cinta.
Tapi, Aline tak pernah tahu banyak tentang Sena. Bagi Aline, jawaban-jawaban pertanyaannya hanya dijawab Sena dengan candaan. Termasuk dimana tempat Sena bekerja, Aline mengaggap itu aneh dan tak mungkin.
Lalu, Sena perlahan-lahan semakin masuk mempengaruhi hidup Aline. Sampai-sampai Aline melakukan hal yang berbahaya hanya untuk bertemu Sena. Dan, itu membuat Sena tak bisa lepas lagi dari cinta Aline.
Keputusan Aline untuk nekat memanjat pagar rumah Keluarga Poussin dan menantang mereka, bagiku terdengar wajar. Walaupun, banyak yang berpendapat itu aneh. Tidak, tak ada yang aneh jika cinta sudah menguasai otak. Begitu juga dengan Aline. Cintanya mengharuskan dia berjuang tanpa peduli pada keselamatannya sendiri.
Pere Lachaise
Place de la Bastille


Setting Paris yang bebeda pun terdengar cukup wajar bagiku. Bahkan terkesan lebih unik dan menarik. Disini, tak ada Menara Eiffel atau tempat-tempat belanja yang menggiurkan, yang ada gambaran mencekap Placede la Bastille pada jam 12 malam, dan Pere Lachaise, sebuah kuburan yang menjadi tempat wisata. Tapi, ada juga tempat yang menarik yang menjadi settingnya, seperti Beaumarchais Boulangerie yang penuh roti-roti enak, dan beberapa tempat lainnya.
Karakternya juga dibuat berbeda, terutama pada tokoh Sena. Penulis sama sekali tak egois membohongi pembaca dengan menyajikan karakter yang bikin jatuh cinta tapi adanya cuma di dongeng saja. Dia menggambarkan Sena dengan ciri khas yang kuat, dengan kacamata bulat yang besar, penampilan yang jauh dari kata modis, dan berekspresi berlebihan pada hal-hal yang biasa saja. Contoh berlebihan Sena yang paling ekstrim adalah berjanji dengan darah. Hiiaaahhh!!!! Kalau aku ketemu Sena, mungkin aku udah ilfeel duluan.
Sketsa di Novel Paris
Karakter Aline juga benar-benar terasa. Jelas, karena novel ini diceritakan dari sudut pandang Aline yang selalu labil dan kadang kekanak-kanakan. Namun, aku tetap wajar-wajar saja, berbeda dengan karakter Sena yang membuatku menghela nafas.
Walaupun novel diceritakan dari sudut pandang orang pertama, tapi penggambaran setting dan suasananya tidak terkesan datar dan membosankan. Mereka sangat tercampur rapi dalam satu adonan cerita.
Konfliknya, tetap mengangkat cinta. Tapi, cinta yang aku rasakan di sini terasa sangat berbeda. Sama seperti yang sudah aku ceritakan di atas, novel ini tidak manis dan romantis. Tapi, cinta di sini lebih lembut dan tulus. Tidak hanya tentang cinta, novel ini juga berkisah tentang tekanan hidup dari masing-masing tokohnya. Tidak hanya tokoh utama yang sudah aku ceritakan, tapi juga tokoh-tokoh pendampingnya seperti Erza, teman-teman Bistro Lombok Aline, Sevigne, dan juga Keluarga Poussin.

Sketsa di Novel Paris

Yang sedikit aneh, kenapa Sena tetap bertahan hidup di Keluarga Poussin. Jelas-jelas dia bisa kapan saja mati disiksa oleh mereka. Dan, bukannya dia beberapa kali bisa kabur, kenapa tak pergi jauh sekalian dari mereka? Yah, memang dalam novelnya sudah dijawab sendiri oleh Sena. Tapi, tetap saja agak aneh.
Untuk dialognya, tetap menggunakan beberapa Bahasa Perancis seperti di novel-novel bersetting luar negeri pada umumnya, dengan porsi sangat sedikit dan dilengkapi notefoot. Sayangnya, tidak semua bahasa asing itu dilengkapi notefoot. Ada beberapa yang dibiarkan saja. Mungkin, penulis menganggap bahasa itu sudah umum. Tapi, untuk aku pribadi, atau mungkin beberapa pembaca yang lain yang tak pernah belajar Bahasa Perancis tetap akan kesulitan.
Lalu, percakapan antar dialog. Beberapa terkesan membingungkan, siapa yang sebenarnya mengucapkannya, Sena atau Aline? Dan, untuk memahaminya aku harus membacanya 4 kali di bagian-bagian itu.
Untuk Typo, tak ada. Novel ini anti Typo. Desain covernya juga minimalis namun terkesan retro, sama seperti desain di dalamnya. Sketsanya manis sekali, cocok sama karakter Aline yang suka menggambar.
Endingnya aku sangat suka, sempurna, sangat sempurna! Penulis menyelesaikan ceritanya karena memang ceritanya selesai, bukan dipaksa untuk selesai. Ending menempel dengan alamiah dan memberikan kesan sangat mengena untukku.
Dan, memo di akhir halaman, memberikan penekanan yang semakin manis. Memang singkat dan hanya percakapan ringan antara Sena dan Aline. Tapi, itu mengembalikan karakter Sena yang lama hilang di beberapa bab terakhir.
Sekarang mau kasih bintang dulu. Karena novel ini unik, dan memberikan aku rasa yang berbeda saat membaca novel, aku kasih 4 dari 5 bintang untuk Prisca Primasari. Khusus untuk gambarnya dan desain di dalamnya aku kasih nilai 5 dari 5 bintang. God Job!
 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos