Sunday, July 27, 2014

EID MUBARAK!



Manusia melangkah bersama waktu
Menjejak setiap asa dalam detiknya
Tak terhitung banyaknya khilaf yang dibuat
Tak terkira dosa yang dicipta
Tak mampu lagi mentakar beribu tajamnya lidah yang membuat luka
Kini, hari kemenangan telah di depan mata
Menyambut kita dengan tangan terbuka
Maka, jangan biarkan secuil lara dan prasangka mengurangi sucinya kesempurnaannya.
Taqabbalallahu Minna Wa Minkum Wa Ja’alanallahu Minal ‘Aidin Wal Faizin
Mohon maaf lahir dan batin jika saya dan keluarga pernah melakukan kesalahan baik ucapan maupun perbuatan, baik disengaja maupun tidak disengaja.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 H.
Semoga Ramadan tahun ini menjadi barakah untuk kita semua. Aamiin.

Tertanda,
Dian S. Putu Amijaya
& Keluarga

Saturday, July 26, 2014

Resensi – UNBELIEVABLE “Dibalik popularitas ada harga yang sangat mahal”



Penulis : Winna Efendi
Penerbit : Gagasmedia
Genre : Teenlit
Seri : Glam Girls
Terbit : 2010 (Cetakan pertama 2009)
Tebal : vi + 262
ISBN : 979 – 780 – 379 – 1
Harga : Rp. 37.000
Because we’re what people see, and what people she is how they treat you. Kalau kita nggak popular, kita akan jadi outcast, dan nggak dipedulikan. As simple as that.” – Maybella – Hlm. 211

Pemikiran itulah yang membentuk sebuah kasta dalam dunia kecil bernama Voltaire Internasional School aka VIS. Kasta mereka ditentukan oleh apa yang mereka kenakan, seberapa keren dan popular mereka. Jadi, bisa dibilang, kita bisa menyaksikan peragaan busana di VIS setiap hari, terutama hari jum’at saat mereka bebas mengenakan baju bebas, dan nggak dituntut pakai seragam.
“Kami sama-sama berpendapat retail therapy is the next best after Manolo Blahnik Shoes, dan kami juga hanya berteman dengan orang-orang yang statusnya kewl.” –Maybella – Hlm. 40
Di VIS ada sebuah perkumpulan yang terdiri dari empat cewek popular dan paling hawk, dan mereka menyebut diri mereka clique.
Rashi, bisa dibilang dia leader di group ini. Dia punya kemampuan menghancurkan siapa saja yang tidak dia sukai. Rashi ini jenius banget di bidang fashion. Sampai-sampai dia punya blog fashion bernama Ragashii! Bahkan punya fashion line sendiri berlabel IshshI (Baca Is She).
Beberapa saat lalu, seorang anggota clique ada yang dia depak. Namanya Marion. Karena dia berani-beraninya pacaran sama mantan Rashi. Tapi, belakangan Rashi malah menerima Marion lagi. Sepertinya, Marion digunakan Rashi untuk melawan Dico dan Anti-Rashi blog.
Marion ini selalu meniru cara berpakaian, bahkan cara ngomongnya Rashi. Bisa dibilang, Marion adalah Rashi-Wannabe.
Gue yakin lo pasti bertanya-tanya sama diri lo sendiri, kenapa lo nggak bisa kayak gue… Karena lo nggak bisa bikin orang-orang respek dan takut sama lo. And I pity you, because you’re nothing than a wannabe who can think of nothing else but backstabbing her way to fame.” – Rashi – Hlm. 179

Lalu ada juga Adrianna, anggota terakhir yang hobi main bola, dan mulai belajar fashion. Kadang kala, cara berpakaian Ad masih mengundang komentar teman-temannya. Tapi, perkembangan Ad di dunia fashion cukup mengesankan. Ini jelas karena pengaruh besar clique.
Dan nggak ketinggalan ada si model Maybella, cewek bule yang terpaksa pindah sekolah ke Indonesia karena mengikuti orang tuanya. Dia ini penyuka kucing sejati. Dan, dialah yang punya kisah di seri The Glam Girls kali ini.
Kisah Unbelievable dimulai dari Maybella yang memutuskan Ziko, padahal mereka baru saja pacaran. Kemudian, kembalinya Marion di clique. Namun, Marion ini memang ular. Dia menggunakan kesalahan di masa lalu Maybella untuk memerasnya.
Maybella mencoba melepaskan diri dari Marion, tapi cewek ular ini selalu menekannya. Dia selalu mengancam akan membeberkan rahasianya pada Rashi. Dan, Maybella benar-benar ketakutan. Dia nggak siap dikeluarkan dari clique dan menjadi nobody. Apalagi harus kehilangan popularitasnya di VIS.
Seperti apa usaha Maybella membalas Marion? Sebenarnya apa yang Maybella sembunyikan dari Rashi? Dan, apakah rahasia itu tetap terkubur untuk selama-lamanya?

Unbelievable salah satu seri dalam The Glam Girs Novel yang ditulis oleh Winna Efendi.
Aku menemukan gaya menulis yang berbeda dari seorang Winna. Ini lebih menghentak. Lebih berwarna meskipun di awal bab-nya. Nggak seperti novel-novel Winna yang lain, yang biasanya lebih datar di awal bab pertamanya.
Karakter yang dibangun sangat pas dengan jalan cerita, dan juga stabil. Di sini, meskipun Maybella yang menjadi pencerita, namun sosok Rashi lebih menonjol.
Aku memenukan sebuah struktur penokohan yang belakangan jarang digunakan. Yaitu, adanya tokoh antagonis.
Marion berhasil menjadi bagian yang jahat di sini. Sedangkan Adrianna terasa kurang sekali menonjol. Dia seperti hanya sebagai pelengkap cerita.
Dalam novel ini, ada cowok bernama Mario. Dia satu kelompok dengan Maybella saat kelas Biologi. Dan aku juga menyukai karakter cowok ini. Dia terkesan bad boy yang suka tidur di kelas. Meskipun sering nggak memperhatikan pelajaran, ternyata dia tetap bisa mengerjakan soal-soal dengan hasil yang memuaskan. Awesome!
Bagiku, Mario bagian pemanis kisah Maybella. Memang banyak sekali cowok-cowok di hidupnya, karena Maybella diciptakan untuk menjadi seorang playgirl. Dan aku rasa, Mario-lah satu-satunya penakluk hati Maybella yang sebenarnya.
“But I’m just a boy, standing in front of a girl, asking her to love him.” – Mario – Hlm 254

Aku sangat salut sama Winna Efendi dalam hal riset di dunia fashion-nya. Kenapa? Karena saat kamu membaca novel ini, kamu kayak membaca majalah fashion yang bertebaran merk-merk branded, dengan detail busana yang dikenakan para tokohnya. Mulai dari sepatu apa yang mereka pakai, tasnya, dan tentu segala sesuatu yang melekat di tubuh para tokohnya.
Aku sama sekali nggak tahu tentang fashion, jadi kadang nggak ‘ngeh’ sama istilah-istilahnya. Tapi, terserahlah, yang penting ceritanya cukup membuatku tertarik.
Novel ini hampir seperempat bagian didominasi dengan Bahasa Inggris. Sebenarnya agak berlebihan, ya, untuk porsi novel Indonesia. Tapi, okelah, mengingat yang bercerita seorang bule, dengan kehidupan metropolis macam begini.
Endingnya cukup keren. Meskipun malah membuat aku penasaran seperti apa kelanjutan hubungan Mario dan Maybella.
Ratingnya 2,7 dari 5 bintang.

Buku ini bisa langsung kalian order ke aku dengan harga Rp. 30.000 saja (Exc ongkir). Minat? Langsung kontak BBM 74D81B01 atau Whatsapp : 085736100626.

Saturday, July 19, 2014

Resensi – Andai Kau Tahu “Mencintaimu karena kamu”

Penulis : Dahlian
Penerbit : GagasMedia
Terbit : 2013
Tebal : vi + 366 hlm
Genre : Adult
ISBN : 979 – 780 – 613 – 8
Harga : Rp. 50.000

Apa yang kamu pikirkan saat mendengar tentang perjodohan? Kuno? Atau malah menarik? Bagi Tania, satu kata itu adalah awal dari keajaiban yang terjadi pada dirinya.
Tania adalah putri seorang dokter yang sejak kematian ibunya menjadi anak yang selalu membuat ayahnya marah dan dalam dirinya, ayah adalah orang yang paling dibenci.
“Mungkin selama ini ia hanya membenci dokter yang berlabel “Papa”. Entahlah…” – Hlm. 263

Hidup Tania yang bergelimang harta membuat dia sesuka hati bersenang-senang. Kehidupan malam dan memiliki kekasih seorang vokalis band membuat dia semakin menjadi.
Melihat putrinya yang seperti itu, jelas ayahnya tak mungkin mempercayakan rumah sakit keluarga pada putri satu-satunya. Inilah kenapa ayah Tania ingin putrinya menikah dengan Putra dr. Mahendra. Beliau berharap, Putra dr. Mahendra bisa menjadi penerusnya.
Tania jelas tidak terima dengan keputusan ayahnya. Dia memutuskan pergi dari rumah dan tinggal dengan kekasihnya, Hendrik. Namun, perlahan ada yang berubah pada diri kekasihnya. Dan ternyata, Hendrik selingkuh.
Saat Tania tak tahu lagi harus ke mana, dia bertemu Reza, seorang dokter yang ternyata dulu pernah menabrak mobil Tania. Dan saat itu, masalah belum selesai karena Reza meninggalkan Tania begitu saja hanya dengan cek dan kartu namanya. Dia harus segera ke rumah sakit untuk melakukan operasi mendadak.
Dengan alasan ‘Reza harus bertanggung jawab atas kecelakaan itu’, Tania memaksanya untuk membagi tempat tinggal Reza dengannya. Akhirnya, mereka malah tinggal bersama.
“Ironis. Hidup bersama dokter bedah saraf justru bisa merusak sarafnya.” – hlm. 61

Sebenarnya, Tania tak pernah menyukai seseorang yang berprofesi sebagai dokter. Apa sebabnya, dia juga kurang paham. Namun, tinggal dengan Reza membuat dia menemukan salah satu alasan kenapa dia membenci dokter. Hidup dengan dokter terlalu banyak aturan. Mulai dari harus melepas sepatu saat masuk rumah, tak boleh mengkonsumsi junk food sampai minuman beralkohol, dan sebagainya.
Perlahan, hubungan Tania dan Reza mulai menghangat. Meskipun mereka sering kali bertengkar, meskipun Tania masih mengharapkan Hendrik. Namun, jarak yang begitu dekat membuat Tania terlena. Dia bahkan tak menyadari siapa Reza sebenarnya. Dia juga tak pernah berpikir kenapa Reza dengan berbaik hati menampungnya selama itu, bahkan memberinya ATM untuk memenuhi kebutuhannya.
“Setelah mati-matian menentang perjodohan dengan seorang dokter, hingga nekat melarikan diri dari rumah, ia justru ditolong oleh seorang dokter tampan yang kini menjadi kekasihnya.” – hlm. 245

Sebenarnya siapa Reza? Apakah dia benar-benar mencintai Tania, atau dia hanya ingin mendapatkan sesuatu dari gadis ini?
Lalu, bagaimana dengan Tania, apakah dia masih bisa menerima Reza saat semua tabir yang melingkupi mereka terbuka?
“On our own, each of us imperfect. But together, we complete each other. That’s perfection, My Precious. That’s all I ask. You and me together.” – Reza – Hlm. 351
 
Andai Kau Tahu, novel ketiga karya Dahlian yang aku baca.
Tema dari novel ini adalah perjodohan. Klise memang. Tapi, setiap cerita selalu ada sisi lain untuk menjadikannya menarik meski tema yang diusung sudah sangat pasaran. Dan, Dahlian mencoba menampilkannya.
Bagian awal novel ini cukup menarik. Di awali dengan konflik yang langsung, membuatnya menyedot perhatianku. Apalagi karakter Tania yang terkesan bitch, semau gue, bodoh, dan selalu berpikir dengan emosi yang meluap-luap–menjadikan bab awal novel ini sukses.
Karakter Reza yang lebih tenang, perfeksionis, seorang dokter dengan fisik yang sempurna menjadi lawan yang imbang untuk karakter Tania. Inilah yang membuat cerita menjadi seru.
Namun, ada bagian-bagian yang menurutku berlebihan. Seperti, kenapa Tania begitu bodoh melepaskan handuknya dan mengembalikan pada Reza hanya karena Reza memperingatkan Tania untuk tidak lagi menggunakan handuknya. Kenapa dengan begonya, Tania lebih memilih telanjang di depan Reza hanya untuk masalah sesepele itu?
Sikap Reza pada Tania di sekitar empat bab terakhir, saat hubungan mereka sudah semakin dekat, terasa terlalu manis. Aku kehilangan karakter Reza yang cool, yang tenang. Kalimat yang keluar dari bibir Reza itu, lho, aduh…kadar gulanya 1 kg dalam 1 gelas air. Bayangin, deh.
Tapi, sikap Tania yang begitu sembrono meminta tempat tinggal pada Reza masih bisa aku terima. Beberapa pembaca di goodreads membuat ini sebagai bagian yang janggal. Namun, melihat bagaimana karakter Tania, ini sangat sesuai dengan dia. Dia bukan tipe cewek yang baik-baik. Ingat, kan? Dia bisa bersama siapa saja saat dia terdesak. Dan, see itulah yang terjadi.
Untuk narasinya, lagi-lagi masih terlalu monoton dan terkadang menjenuhkan. Apalagi, di bab-bab terakhir. Paragrafnya terlalu panjang. Menurutku, itu bisa dipenggal menjadi dua atau tiga paragraf berbeda.
Penyelesaian konflik terakhir antara Reza dan Tania agak instan, terlalu simple. Namun epilognya lumayan bagus untuk sebuah penutupan.
Dan, aku menyesal membaca novel ini di saat aku berpuasa. Banyak banget adegan intimnya meskipun tak se-hot di genre adult ala Christian Simamora. Hem…semoga pahalaku nggak dipotong. Hahahaha….
Sampai saat ini, Andai Kau Tahu masih lebih baik dari pada dua karya Dahlian yang pernah aku baca sebelum ini.
Rating novel ini 2,6 dari 5 bintang.

Saturday, July 12, 2014

Resensi – Orange “Sebait kisah bercita rasa Jeruk Super”



Penulis : Windry Ramadhina
Penerbit : Gagas Media
Terbit : 2008
Tebal : vi + 290 hlm
Genre : Young adult
ISBN : 979 – 780 – 249 – 3
Harga : Rp. 35.000

Sebuah ikatan dipaksakan untuk tujuan-tujuan tertentu. Sayangnya, ikatan yang terjalin, ternyata masih dicampuri masa lalu yang belum tertuntaskan di salah satu pihak. Keadaan ini membuat seorang cowok harus memilih di antara dua cewek yang datang dari masa sekarang, atau masa lalunya.
Diyan Adnan nama cowok itu. Dia seorang pembisnis sukses dan masuk dalam jajaran eligible bachelor paling diidamkan banyak wanita.
Sebuah perjodohan mempertemukannya dengan Fayrani Muid, cewek mungil yang menggemari fotografi dan buah jeruk. Putri semata wayang keluarga Muid yang aset perusahaannya setara dengan aset perusahaan Adnan.
Faye, biasa cewek ini disapa, sama sekali tak berminat dengan dunia bisnis. Maka, dari itu, Mama Faye menyetujui usulan Mama Diyan untuk mewujudkan perjodohan ini. Kenapa? Agar Diyan bisa meneruskan mengurus perusahan keluarga Muid. Alasan yang sangat sederhana menurutku, namun efeknya ternyata sangat besar untuk kedua belah pihak.
“Justru bagus, bukan? Diyan bisa meneruskan bisnis kita, Mei.” –Hlm. 31

Faye yang awalnya enggan dengan perjodohan ini, namun tak juga mengatakan penolakan, malah jatuh cinta pada Diyan. Sedangkan Diyan, dia menikmati kebersamaannya dengan Faye. Diyan lebih memilih mengikuti saja arus yang membawanya tanpa mau berpikir apakah dia mencintai Faye atau tidak.
“Konyol rasanya, bercinta dengan Diyan di dalam kamar yang penuh kenangan mengenai Rera – siapa pun dia.” – Hlm. 166

Kemudian, masa lalunya, Rera, wanita blesteran Perancis kembali lagi dalam putaran hidup Diyan. Dia menyusup lewat satu-satunya kenangan yang masih mereka pertahankan meskipun sudah satu tahun berlalu sejak pembatalan pertunangan mereka.
Sebuah ponsel dengan nomor telepon yang tetap sama seperti satu tahun yang lalu, yang sama-sama masih disimpan oleh Rera dan Diyan. Panggilan dari Rera menggunakan ponsel itu, membuat Diyan meninggalkan pesta pertunangannya untuk menemui wanita yang memenuhi hatinya. Dia lupa pada Feya, dia lupa pada segalanya.
Ternyata, saat Rera menyebut pertunangannya, Diyan memilih berbalik, dan kembali pada Faye yang masih menunggunya. Tidak sampai disini, kehadiran Rera adalah ancaman besar untuk hubungan mereka yang mereka pikir tanpa cinta.
“Jika kita sudah dewasa, Diyan, saat ambisi dan harga diri tidak ada lagi di antara kita, apakah kita bisa kembali bersama?” – Hlm. 238

Kemudian muncul Zaki, adik Diyan. Pria yang lebih memilih hengkang dari rumahnya demi mimpi ini, ternyata menyimpan perasaan untuk Faye.
Bagaimana ini? Haruskah Diyan menuruti hatinya untuk kembali pada Rera dan membiarkan merger dengan perusahaan Muid berantakan? Jika seperti itu, mungkin Zaki bisa bersama dengan Faye.
Atau dia harus tetap bersama Faye dan membiarkan Rera pergi karena memang sejak dulu Diyan tahu, hubungannya dengan Rera tak akan pernah berhasil? Dan, apakah Diyan benar-benar tak mempunyai perasaan apapun dengan Faye? Jika dia melihat Faye bersama Zaki, benarkah dia akan baik-baik saja?
 Orange, akhirnya aku medapatkanmu.
Ya, bisa dibilang, Orange Karya Windry Ramadhina ini sudah masuk dalam jajaran novel langka karena sudah tidak dicetak ulang. Artinya, jika kamu menginginkannya, kemungkinan kamu sudah tak bisa mendapatkannya di toko buku.
Cerita sedikit, aku medapatkan novel ini dari olshop online. Asal kalian tahu, ada olshop yang menjual Orange dengan kondisi segel seharga 35-45 ribu. Sedangkan yang second bisa sekitar 20 - 35 ribu, persis seharga dengan novel baru, kan?
Tapi, aku tak perlu membeli dengan harga seperti itu. Aku mendapatkannya dengan harga 20 – 25 ribu. Aku lupa tepatnya berapa. Namun, mengejar novel langka itu ternyata mengasyikkan. Ada kepuasan tersendiri saat membacanya. Ah… jadi nggak sabar buat baca novel Simple Lie.
Oke, kembali ke topik. Orange dibuka dengan Intro yang memperkenalkan empat tokohnya, Faye, Diyan, Zaki, dan Rera. Dan karena belum mengetahui hubungan di antara mereka, aku sedikit terganggu dengan intro-nya. Aku lebih senang, tokoh-tokoh dalam novel diceritakan dalam kisahnya saja.

Namun, aku menyukai tagline-nya, “Bagian tersulit saat mencintaimu adalah melihatmu mencintai orang lain.” Ada rasa pahit saat membacanya.
Untuk pemilihan nama, aku juga kurang suka. Diyan, nama yang sama denganku, hanya berbeda ejaannya saja. Mungkin, karena itu, kalau ada nama Diyan atau Dian yang dipakai seorang cowok, aku sering tak menyukainya.
Nama Faye cukup cantik, sesuai dengan karakter Fayrani yang terkesan cuek pada penampilan, mungkin malah menyiratkan cewek tomboy, dan cocok juga dengan hobi dia, fotografi. Kalau yang ini tidak ada masalah.

Ah, nama Mama Diyan, Indra Adnan. Bukannya Indra itu nama cowok? Jadi, saat membaca novel ini, awalnya aku mengira mama Diyan adalah ayahnya.
Ada lagi, Rei, nama sekretaris Diyan sekaligus sepupunya. Nama panjangnya adalah Reina Adnan. Tapi, mereka lebih sering memanggilnya Rei. Karena itu, aku mengira dia juga seorang cowok, di awal cerita pastinya.
Diyan bukan seorang playboy, meskipun dia hampir – hampir – melakukan affair dengan Rera. Hubungan mereka lebih terasa on-off karena cinta yang masih ada di hati mereka, dan ternyata belum ada yang benar-benar rela untuk berpisah. Hubungan inilah yang bikin aku gemas minta ampun.
Sedangkan Faye, menurutku dia tipe cewek naïf. Meskipun dia tahu, dia mencintai Diyan dan tak rela jika dia bersama Rera, Faye tetap saja memberi tahu Diyan tentang kepergian Rera. Meskipun begitu, Rera adalah cewek menyenangkan dengan kemampuan memotret yang sangat menganggumkan. Dia juga bukan tipe cewek emosional. Terlihat sekali dari cara dia menghadapi Diyan.
Sedangkan Rera, jangan pikirkan dia cewek yang kalau terobsesi dengan seorang cowok, akan berubah menjadi srigala betina. Dia jauh dari itu. Rera sangat elegan. Namun, di dalam dirinya ada ambisi besar untuk mewujudkan mimpinya. Karena itu, dia memilih mencampakkan Diyan untuk mengejar kariernya.
“Tidak ada akhir yang bisa ia dan Rera miliki. Cinta mereka bukan jaminan. Bagi Rera, karier gadis itu di dunia mode adalah segalanya dan ia sendiri tidak mungkin meninggalkan bisnis keluarga.” – Hlm. 203

Untuk keseluruhan cerita, aku cukup menyukainya. Konflik yang dihadirkan meskipun tidak seperti ledakan boom, namun menarik. Detail setting, maupun seperti apa dunia fotografi dan bisnis juga tidak sekedar tempelan.
Unsur fotografi di sini, mengingatkanku pada Novel Montase karya Windry Ramadhina juga. Meskipun unsur di Montase adalah film dokumenter, namun kedua novel ini sama-sama menggunakan kamera.
Dalam Orange ada tokoh bernama Erod, juga mengingatkanku pada sosok Samuel Hardi. Dia tokoh favoritku dalam Novel Montase.
Ending-nya manis, ya? Seperti jeruk mandarin kualitas super. Namun, aku tidak menemukan unsur orange dalam ceritanya. Orange memang begitu lekat dengan Faye karena cewek ini menyukai jeruk. Itu saja.
“Tidak ada yang diuntungkan oleh keadaan ini. Tidak dirinya, Faye, Diyan, ataupun Rera. Semua berakhir tanpa ada pemenang.” – Hlm. 238

Oh, ya. Meskipun ada beberapa adegan intim, namun penulis menyembunyikannya. Dia tak mengijinkan adegan hot dalam novel ini. Berarti, remaja usia tujuh belas tahun bebas membacanya.
Ratting dari novel ini 3,3 dari 5 bintang.
 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos