Sunday, April 24, 2016

[BLOGTOUR] Review & Giveaway - TWO SOULS by Elvira Natali



Penerbit : Gramedia
Genre : Romance, Fantasy, Fiksi
Kategori : Young Adult, Family Drama, Friendzone, Legenda
Terbit : 2016
Tebal : 232 halaman
ISBN : 978 – 602 – 03 – 2676 – 4
Harga : Rp. 58.000

Arlesta adalah keturunan Dewa Dionysus. Namun, meski dia keturunan dewa, Arlesta tetap hidup seperti manusia biasa. Dia tetap jatuh cinta, dan merasa kehilangan saat Roger pergi meninggalkannya, dia merasa hancur ketika sang ayah pergi selamanya, dan Arlesta bisa begitu bahagia karena ada Tante Teresa yang menggantikan peran ibunya yang tak pernah dia jumpai.
Arlesta juga tak bisa mengatur perasaannya. Tak seharusnya dia jatuh cinta pada Nick, seorang cowok yang sangat dicintai sahabat baiknya. Kelebihan Arlesta sebagi keturunan dewa hanya satu, kekuatan Victer, sebuah kekuatan yang bisa membangkitkan jiwa-jiwa yang sudah mati.
Lalu, disaat orang yang sangat dia cintai tiba-tiba pergi, bisakan Arlesta membangkitkannya lagi? Karena tak semua jiwa bisa dia kembalikan dengan begitu mudah, dan ada imbalan yang harus dia bayar untuk sebuah keajaiban yang dia tiupkan.
“Apapun yang terjadi dalam hidup, teruslah berjalan ke depan, bahkan dengan melawan arus sekalipun.” – Richard – hlm. 53
Two Souls, sebuah novel romance yang beraroma fantasi. Bercerita tentang Arlesta yang harus hidup sendiri tanpa kedua orang tuanya. Namun, dia bisa tegar menerima takdirnya. Arlesta yang kuat dan punya hati yang lembut memang pantas mendapatkan kekuatan sebagai victer.
Sosok Nick diciptakan sebagai cowok yang asyik, dengan kemampuan bermain piano di atas rata-rata. Konfliknya dengan keluarga membuat jati dirinya yang mandiri tereksplor keluar. Cowok kayak Nick begini memang pantas untuk merebut banyak hati di sekitarnya.
Di novel ini juga berbau friendzone. Namun, penulis tidak membuatnya rumit. Friendzone yang sederhana ini malah menjadikan ceritanya terasa soft dan nggak maksa. Cara masing-masing tokohnya – Nick, Arlesta dan Sandra – menghadapi problem ini juga perlu dicontoh jika kamu punya masalah serupa. Jangan menjauh saat cinta itu tidak bertaut, jangan egois meskipun kamu tahu hati itu untukmu jika harus mengorbankan persahabatan, dan terima apa yang akan terjadi jika Tuhan memang menakdirkan cinta itu untuk orang lain.
Ada beberapa adegan dari masa lalu yang diceritakan kembali. Adegan-adegan itu malah terkesan sweet dan penuh makna. Aku juga suka konsep A Sweet Treats – Kafe baru yang dirintis Teresa dan Arlesta. Juga AMI, sekolah musik tempat kerja Arlesta dan Nick. Konsep AMI terasa seperti istana para dewa.
Banyak misteri di novel ini. Pertama, aku dibuat bertanya kenapa Arlesta tidak bisa membangkitkan jiwa ayahnya? Kedua, sebenarnya ke mana ibu Arlesta? Ketiga, kenapa Nick mencari keberadaan ayah Arlesta – Richard Swann? Keempat, sebenarnya siapa sebenarnya ayah Arlesta? Kelima, pasti ada sebuah hubungan yang mengikat Arlesta dan Nick. Dan, masih ada beberapa pertanyaan lainnya.
Beberapa sudah terjawab. Namun, karena novel ini ada kelanjutannya, tidak semua pertanyaan bisa dijawab. Ending yang menyertai novel ini malah menimbulkan pertanyaan baru, dan bikin penasaran. Berharap, penulis bisa segera menyelesaikan seri keduanya. Aku yakin, jawaban atas pertanyaanku ada di sana.
***
Saatnya GIVEAWAY
Mau novel TWO SOULS gratis? Nah, silahkan simak rules di bawah ini :
1.        Follow twitter @dianputuamijaya dan @elpignutt
2.        Follow Blog ini via GFC (Bukan Google+)
3.        Ajak 3 temanmu untuk ikutan GA ini. Cantumkan link-nya dan kasih #GA2SOULS
4.        Jawab pertanyaan ini, “Seandainya kamu mendapatkan kesempatan untuk memiliki kekuatan, kekuatan apa yang ingin kamu miliki? Kasih alasannya, nggak usah panjang-panjang.
5.        Tulis komentar di bawah ini dengan format
Nama :
Twitter :
Follow GFC :
Link Share :
Jawaban :
6.        Pemenang akan diundi menggunakan aplikasi Random Number.
7.        GA ini berakhir pada tanggal 1 Mei 2016 jam 24.00 WIB. Dan, pengumuman pemenang diumumkan secepatnya.
8.        Jika kamu belum beruntung masih ada 4 blog lagi yang akan memberimu kesempatan mendapatkan 1 eksempler novel Two Souls karya Elvira Natali.
9.        Semangat, semoga beruntung.


[Review] DEAR NATHAN Karya Erisca Febriani



Penerbit : Best Media
Genre : Roman, Fiksi
Kategori : Young Adult, Family Drama, Persahabatan, Wattpad
Terbit : Maret 2016 (Cetakan Pertama)
Tebal : 528 halaman
ISBN : 978 – 602 – 6940 – 14 – 8
Harga : Rp. 99.000

Seperti apa hidup kita ke depan, nggak akan pernah ada yang tahu bentuknya. Seperti hidup Salma yang berubah drastis saat dia pindah ke SMA Garuda. Teman-temannya tak sealim saat di sekolah lamanya. Beberapa dari mereka tercipta sebagai tukang rusuh dan senang berantem, termasuk Nathan, cowok yang menyelamatkan Salma dari hukuman karena datang telat.
“Di SMA kalau nggak ada murid sejenis Nathan mah nggak seru, belum berasa putih abu-abunya. Kalau semua anak di sekolah ini kalem, pasti nggak bakal rame.” – Rahma – hlm. 79

Nathan, dia tak mengira akhirnya bisa sangat jatuh cinta pada Salma, anak baru yang tampak ingin menangis saat telat datang ke sekolah. Kalau bagi Nathan, terlambat adalah hal biasa baginya, ternyata jauh berbeda jika situasi itu dihadapi oleh cewek manis yang membuatnya berubah jadi cowok yang penuh perasaan.
“Meskipun saya tampangnya berandalan. Tapi saya amat menghargai perempuan. Perempuan itu kayak kaca, kalau retak ya bakalan retak seumur hidup dan nggak bakal bisa balik kayak semula. Gimana pun caranya.” – Nathan – hlm. 95

Nathan baru tahu, jatuh cinta pada cewek lugu yang belum pernah pacaran jadi hal yang cukup menguras tenaganya. Awalnya, dia begitu menikmati pengejaran cintanya. Tapi, apakah Nathan selamanya akan menikmatinya jika Salma terus menerus bersikap cuek padanya?
“Dan seandainya pemilik hati kamu adalah saya, ke mana pun kamu pergi, hati itu pasti akan balik kepemilik sejati dan Tuhan punya seribu satu cara untuk mendekatkan kita lagi. Tapi kalau bukan milik saya? Tuhan juga punya banyak cara untuk nemuin kamu dengan yang lain.” – Nathan – hal. 486

Tidak hanya cinta yang memperumit hidup Nathan. Ada masalah lebih besar yang sejak lama dihadapinya, masalah keluarga yang sangat berat, hingga Nathan merasa begitu berat menanggungnya. Kehilangan orang yang sangat disayangi, merasa ditinggalkan oleh ayahnya, dan masih banyak lagi masalah dalam otak Nathan.
“Nath, dunia ini udah penuh dengan kesedihan dan air mata. Seandainya lo nggak hanya fokus pada luka lo sendiri, ada banyak hal indah yang selama ini lo lewatin.” – Seli – hlm. 473

Dear Nathan, kisah masa putih abu-abu yang sweet. Sangat sweet sampai kamu akan merasa kangen menjadi anak SMA lagi. Jadi remaja memang bagian hidup yang tak terlupakan. Masa-masa dimana kita mencari jati diri, begitu ingin bebas lepas, dan baru mengenal tentang cinta.
Meskipun tema yang diusung memang sering kita jumpai, tapi karakter Nathan-lah yang jadi bagian paling apik di novel ini. Penulis berhasil menciptakan tokoh yang membuai pembaca. Bagaimana dia bersikap, tingkahnya, kejahilannya, dan terutama bagaimana cara Nathan saat bersama Salma – semua sangat menarik.
Nathan ini memang bad boy, tapi bukan playboy. Rasanya, jadi mulai berpikir, nggak semua bad boy adalah playboy. Dan, anak-anak nakal seperti Nathan harusnya bukan dimusuhi atau malah dilabeli ‘nakal’, karena selalu ada alasan yang membuat mereka tercipta sebagai anak nakal. Banyak yang salah dalam mengatasi anak-anak seperti ini. Makanya, anak nakal dimarahi bukannya membaik, tapi malah menjadi.
Karakter Salma yang terasa lugu, manis, pintar, dan punya jiwa yang halus, memang tampak kontras dengan Nathan. Namun, karena kontras itulah jadi terasa semakin menarik. Aku suka cara Salma bersikap di depan Nathan. Keluguannya mengatasi cinta yang pertama kali menyambangi hatinya, membuat Salma jadi semakin manis dan pantas jadi sasaran kejaran Nathan.
Intinya, kalau masalah karakter, penulis berhasil membuat karakter-karakter yang kuat. Tidak hanya pada tokoh utamanya, untuk tokoh pendukung yang jumlahnya bejibun, penulis mampu memberi mereka ciri khas satu persatu khas anak SMA.
Jalan cerita yang diciptakan juga terasa masuk akal. Konfliknya mampu dikisahkan dengan apik, dan penyelesaiannya cukup membuatku puas.
Banyak ilmu yang bisa diambil dari novel ini. Tentang pengorbanan, tentang kasih sayang, persahabatan, bahkan tentang arti memaafkan dan mau menerima kenyataan.
Yang jadi kelemahan di novel ini adalah cara penulis membuat narasi. Beberapa terasa berlebihan. Kadang, pemilihan diksinya terasa tidak pas. Narasi juga terlalu berputar-putar. Dan, banyak sekali typo dan penggunakan kata yang tidak baku. Jadi bertanya-tanya, ini novel ada editornya nggak ya? Kalau baca sih ada, tapi kenapa terasa nggak diedit ya?
Novel ini memang bermula dari Wattpad. Aku kenal novel ini juga dari Wattpad. Ada beberapa yang berubah di edisi cetaknya ini. Seperti beberapa nama teman Salma. Lalu cara bicara Nathan ke Salma yang menggunakan ‘saya-kamu’. Rasanya, malah nggak pas. Aku yang mengenal novel ini lewat Wattpad jadi merasa janggal. Dan, cara bicara Nathan yang menggunakan ‘saya-kamu’ malah terkesan nggak Nathan banget. Oke, penulis sudah menjelaskan kenapa dia pakai ‘saya-kamu’, tapi tetap rasanya nggak pas. Kalau ‘aku-kamu’ mungkin masih oke.
Sebenarnya, kalau beberapa hal di atas lebih diperhatikan saat proses editing, pasti novel ini aku kasih lima bintang di goodreads. Tapi, karena kesalahan yang teramat banyak hingga cukup mengganggu, 3,2 dari 5 bintang cukup. Yang jelas, aku selalu meleleh sama Nathan kalau lagi sama Salma.
Satu lagi, menanggapi beberapa pendapat yang mengatakan novel ini plagiat dari novel Jingga dan Senja karya Esti Kinasih, aku merasa nggak setuju. Novel ini sangat berbeda dari Jingga dan Senja. Nathan halus banget kalau sama Salma. Ari udah kayak preman kalau sama Tari. Nathan deketin Salma memang karena cinta banget. Kalau Ari karena nama mereka yang hampir mirip. Dan meskipun keduanya sama-sama kembar, tapi konfliknya jauh berbeda banget.
Jadi, janganlah asal nge-judge karya seseorang sebagai plagiat. Lihat dalamnya, baca baik-baik, dan telaah bagian mana yang kamu anggap plagiat? Kalau tema, nggak masalah-lah, banyak, kok novel yang punya tema sama, tapi tetep aja cara berceritanya sudah berbeda.

Monday, April 18, 2016

BUKIT CUMBRI DAN RUMAH POHON GUNUNG BERUK – pesona ketinggian Ponorogo yang menawan



Kayaknya, potensi pariwisata Ponorogo sedang menanjak, deh. Belakangan ini, banyak muncul tempat-tempat baru yang wajib dikunjungi. Nah, setelah kemarin selesai mengeksplor Air Terjun Mlaten, sekarang kita akan menguak keindahan Ponorogo dari Puncak Cumbri dan rumah pohon Gunung Beruk.
Kita memilih Bukit Cumbri sebagai destinasi pertama. Cumbri ini memiliki ketinggian 638 mdpl dan berada di perbatasan Ponorogo – Wonogiri, jadi lokasinya juga ada dua yaitu di Desa Kepyar, Purwantoro, Wonogiri dan juga Masuk di Desa Pager Ukir, Sampung, Ponorogo.
Untuk menuju ke lokasi ini, cari saja gapura selamat datang Ponorogo atau gapura perbatasan Ponorogo-Wonogiri. Dari gapura selamat datang Ponorogo, kurangi kecepatan kendaraanmu, karena hanya sekitar 500 meter ada pertigaan, silahkan berbelok ke kanan. Jalan yang kita lalui cukup mudah, karena sudah diaspal dan setelah aspal habis, jalan berganti dengan jalan cor. Jadi, meskipun menanjak, dan sedikit berkelok, itu bukan masalah.

Nanti, saat kamu bertemu petunjuk arah ke Cumbri di pertigaan, jangan ambil arah tersebut. Lanjut saja ambil lurus, jangan ambil kiri. Karena kalau lewat sana track yang harus kamu lalui lebih jauh. Kalau ambil yang lurus, kamu bisa memulai track dari parkiran. Perjalanan dari parkiran sampai di puncak sekitar satu setengah jam, itu kalau banyak istirahatnya. Kalau kuat jalan, kurang lebih satu jam sudah sampai di tujuan.
Menurutku, jalan menuju ke puncak cukup mudah. Namun, semakin ke atas kita harus semakin hati-hati karena sisi jalan sudah agak curam. Jangan terlena pada keindahannya sampai lupa dengan pijakan kakimu. Bawa air minum, itu penting. Perhatikan alas kakimu, lebih bagus kalau pakai sepatu yang nyaman, atau lebih bagus lagi pakai sandal gunung.

Sampai di puncaknya, kita disambut dua batu sangat besar yang bisa kita naiki. Batu yang sisi kanan sepertinya punya view bagus, tapi aku nggak berani naik ke sisi yang lebih tinggi. Karena nggak ada pijakan di batu tersebut yang diyakini aman.
Kalau sisi kiri lebih mudah untuk dipanjat. Dan, di sana aku sudah cukup puas memandang Ponorogo dari ketinggian, bagus banget, bikin damai. Rasanya, perjuangan tadi terbayar lunas dengan apa yang kita temukan di sana. Meskipun agak kecewa karena ulah vandalisme di batu-batu Puncak Cumbri, merusak pemandangan saja.
Setelah puas, kita turun. Saat turun, rasanya tak selama saat naik. Hanya sekitar setengah jam kita sudah sampai di parkiran lagi.
Tempat ini masih dikelola masyarakat. Jadi, nggak ada retribusi masuk, hanya bayar parkir saja. Untuk mobil parkirnya Rp. 10.000. Untuk motor aku nggak tahu berapa. Dan, disini nggak ada toilet maupun warung, jadi prepare aja dari rumah, ya.
Selanjutnya, perjalanan diteruskan ke Gunung Beruk. Ada rumah pohon di sana. Katanya, view-nya cukup bagus. Lokasinya di Karang Patihan Ponorogo.

Dari, Cumbri ke Gunung Beruk nggak butuh waktu lama, hanya sekitar kurang lebih 1 jam. Untuk menuju ke sini, ambil jalur Ponorogo-Pacitan lurus. Saat bertemu Perempatan Balong ambil kanan dan lurus sampai ketemu perempatan Karang Patihan lalu belok ke kiri sampai bertemu Pos Ronda dan Gapura ambil kanan, lalu bertemu pertigaan ambil jalur lurus, saat bertemu pertigaan lagi ambil kanan, ikuti petunjuk arah, maka kamu akan sampai. Kalau bingung, wajib bertanya, ya.
Sayangnya, belum sampai di lokasi, masih kurang 1 km dari tempat parkir Gunung Beruk, jalan ditutup karena ada orang hajatan. Kalau motor, bisa langsung lanjut pakai jalur satunya yang lebih susah jalannya.
Karena rugi kalau nggak jadi, kita pilih ngojek aja sama orang-orang yang memang bertugas mengelola tempat wisata tersebut. Dari tempat berhentinya mobil sampai ke parkiran sekitar seperempat jam. Dan, dari sana kita harus tracking lagi untuk menuju lokasi.
Track yang dilalui lumayan enak, meski sedikit menanjak. Di sana, ada dua lokasi rumah pohon. Rumah pohon 2 berada di tempat yang lebih rendah dari rumah pohon 1. Sayang, rumah pohonnya cuma satu di lokasi Rumah Pohon 2. Dan sudah ditempati orang pacaran. Berasa rumah pohon sendiri, mereka nggak toleran sama pengunjung yang lainnya.
Akhirnya, kita ambil lokasi yang lebih naik lagi, di Rumah Pohon 1. Nah, di sini malah parah, cuma ada 1 rumah pohon dan yang antri – buset – banyak bener. Dan, mereka ini - beberapa ABG alay – lamanya masyallah. Udah naik, turun lagi. Udah foto, foto lagi berdua, dan sebagainya. Aduh, berasa pengin aku bakar bokongnya. Dan, saat naik ke rumah pohon… wah, indah banget pemandangannya. Sayang, nggak bisa lama-lama, kasihan yang sudah ngantri di bawah. Setelah jepret-jepret, gantian yang lain yang naik.
Gunung Beruk ini, selain ada rumah pohonnya, juga ada track untuk yang hobi sepeda gunung dan motor trail. Dan, di sini sudah ada warung, juga toilet.
Pulangnya, mampir dulu di lontong telur Pak Bagong 1 dan masih cari durian. Sayangnya, sopirnya alergi durian. Jadi nahan ketawa lihat penderitaannya yang nahan mual di dalam mobil. Yah, jadi ngalah AC nggak dinyalain, dari pada sopirnya tepar.
Selesai deh, eksplor Ponorogo kali ini. Kira-kira tempat mana lagi ya, yang oke. Banyak destinasi keren yang ada di wishlist. Tinggal pilih waktu yang tepat, dan ngintip isi dompet. Nabung-nabung biar bisa eksplor tempat yang lebih jauh dan lebih eksotis lagi.
Silahkan dinikmati oleh-oleh dari kita
















Narasi              : Dian S Putu Amijaya (Ig @dianputu26)
Dokumentasi   : Fauziah Amanda (Ig @mandandaaa)
                          Aji Pamungkas (Ig @sya_aji19)


 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos