Monday, May 6, 2013

7 Detik Terakhir - Flash Fiction



Flash Fiction ini diikutsertakan dalam Kuis 
Primadonna Angela (@cinnamoncherry
via Twitter #nulisyuk



“7 detik, hanya 7 detik aku minta waktumu, jangan pergi dulu!” Nesya menatap Arka dengan linangan air mata yang tak juga berhenti.
Sekejap, Arka menarik Nesya dalam peluknya, mendekapnya seperti tak rela melepasnya kembali.
“Jangan pergi, Jelek! Jangan pergi!” bisik Nesya, membuat Arka terpejam menahan perih di hatinya.
“Aku janji, aku akan kembali, Jelek! Aku akan kembali buat kamu. Aku akan kembali dan tak akan pergi lagi. Aku janji!”
Arka melepas pelukannya, dan perlahan beringsut menjauh dari Jeleknya, Jeleknya yang akan membuat hatinya meronta setiap kali rindu menerpanya.
***
Ah, rindu itu siksaan, setidaknya bagi dua manusia yang kini berjauhan raganya.
“Jelek, kapan balik?!” rajuk Nesya, membuat Arka tersenyum di seberang teleponnya.
Sekarang mereka sedang mengobati rindu itu bersama ponsel masing-masing. Ya, hanya seperti itu yang mampu mereka lakukan.
“Besok,” goda Arka.
“Ih… seriuuuussss, JELEEEEKKKK!!!!”
“Serius, besok…besoknya lagi, besoknya lagi lagi, dan besoknya lagi…lagi..lagiiiiiiii…!!!!!”
“Tuh, kan?”
“Huuuahahahaha,” tawa Arka bergulir.
“Jangan selingkuh, ya?! Kamu utang sekeranjang cinta sama aku!”
“Aku akan pulang bawain sekontainer cinta buat kamu, tenang aja!”
“Huuuaaaa… Jelek gombalnya keluar!”
Arka tertawa, mereka tertawa. Tawa rindu yang meluap-luap. Hah, rindu itu cobaan, rindu itu mala petaka. Rasanya, benci jika rindu menerpa.
***
“Arka!!!” suara itu membuat Arka menghentikan langkahnya dan berbalik.
“Hai, Mika. Ada apa?” jawab Arka saat gadis manis itu sudah tepat dihadapannya.
Mika tersenyum, “Kamu punya waktu nggak?”
“Kenapa?”
“Aku mau ke kos kamu, ada materi yang nggak aku ngerti.”
“Oh, gitu!” Arka terdiam sejenak. “Gimana kalau besok sore, kayaknya aku besok free abis pulang dari kampus.”
Wajah Mika berseri mendengar jawaban sang pujaan hati yang diam-diam mengisi hatinya.
“Ehem…” Mika mengangguk menyetujuinya.
“Oke, aku harus, pergi! Ada buku yang harus aku beli, ntar keburu malam lagi,” pamit Arka sebelum pergi.
“Oke, bye!” Mika mengiringi kepergian Arka dengan senyum cerah, cerah seperti hatinya yang menggelora.
Besok. Hah…! Kenapa besok rasanya akan menjadi penantian selama  satu tahun ya? Besok, seperti apa besok yang akan Mika dan Arka lalui? Mika benar-benar penasaran dengan besoknya. Hem… besok…besok…besok… ayo besok datanglah lebih cepat, itu doa Mika. Mika yang sedang dimabuk cinta.
***
Besok itu, sekarang tiba. Besok yang terasa manis buat Mika. Tapi, Mika benar-benar penasaran, apakah besok yang dia nanti-nanti juga spesial buat Arka? Atau besok itu hanya akan menjadi hari biasa saja untuknya?
Mika rasanya ingin meminjam sebentar kekuatan Deddy Corbuzier agar dia bisa membaca fikiran Arka. Dia ingin tahu, di bagian mana Mika ditempatkan di hati Arka.
Semua pikiran-pikiran Mika yang ngalor-ngidul itu akhirnya berakhir di depan pintu kos Arka.
Setelah menghela nafas, dan belajar senyum manis dulu, Mika mengetuk pintu kayu berwarna coklat dan ada tulisannya “Arka Room”.
“Ya, sebentar!” suara Arka terdengar dari balik pintu.
“Hai, Arka!” Mika melambaikan tangannya, senyumnya langsung tersungging manis khusus untuk cowok di depannya.
“Hai, ayo masuk!” Arka menepi, dan Mika masuk ke kamar Arka yang cukup besar.
“Kamar kamu enak, ya?!” Mika mengedarkan matanya menyusuri sudut-sudut kamar Arka, kemudian dia beranjak mendekati rak buku, dan menyentuh buku-buku itu dengan rasa mendamba. Tapi, sentuhannya terhenti pada sebuah frame foto  Arka  dan Neysa yang terletak di rak buku itu.
“Ini siapa?” tanyanya tanpa menatap Arka. Perhatian Mika hanya berpusat pada wajah dan tawa yang begitu ceria di wajah cewek itu.
“Oh, si Jelek!” jawab Arka sambil meletakkan kaleng minuman di dekat meja yang akan menjadi tempat belajar mereka.
“Si Jelek?” Mika menatap Arka, seperti sinyal meminta penjelasan lebih.
“Si Jelek yang ngangenin.” Arka tersenyum, senyum penuh arti, senyum yang membuat Mika seperti dicekam rasa takut, rasa was-was yang tak wajar.
“Pacar kamu?” tanya yang satu ini hanya mampu di ucapkan Mika tanpa menatap Arka. Dia terlalu takut menyaksikan ekspresinya.
Arka hanya tertawa, dan semakin membuat Mika mati penasaran sekaligus didera rasa yang menyiksa. Ah, Arka kenapa tak katakan iya atau tidak.
Dan, siksaan itu tak mampu lagi Mika pendam. Tepat satu bulan setelah belajar bersama itu, Mika nekat pergi ke kos Arka malam-malam. Dia ingin menyerahkan isi hatinya pada Arka. Dan, Tuhan benar-benar mengijinkan Mika bertemu Arka saat itu juga.
Saat Arka keluar dari pintu kosnya, Mika langsung menerjang Arka dengan pelukan, membuat Arka seketika membeku.
“Arka, aku cinta sama kamu!” bisik Mika di telinga Arka.
Dan, sepertinya kali ini Tuhan memang membuatkan kejutan buat Arka, karena tiba-tiba Nesya muncul dengan kue ulang tahun. Yah, hari ini memang ulang tahun Arka ke 21 dan Nesya ke sini untuk memberikan kejutan. Tapi, sayangnya dia lebih dulu yang diberi kejutan, kejutan yang menyakitkan.
7 detik, hanya 7 detik Nesya mampu menatap kekasihnya dalam pelukan wanita lain. 7 detik berikutnya, Nesya benar-benar pergi, tak kuasa membendung gemuruh dahsyat dalam dadanya.
“Nesya!” Arka melepas pelukan Mika begitu saja. Dia langsung mengejar Mika yang sudah kabur dari pandangannya.
“Nes… dengar aku dulu, Nes!” teriak Arka di pinggir jalan, karena Nesya sudah melaju kencang dengan mobilnya dan kembali pulang.
***
Malam itu juga Arka mengemasi beberapa barang yang dianggapnya penting dan pergi menuju rumah Nesya. Dia tak peduli harus naik motor 4 jam untuk sampai di tempat Nesya berada.
“Maaf Mika, aku harus pergi! Maaf juga, aku tak bisa membalas cinta kamu, karena aku mencintai Nesya.” Hanya itu kata-katanya untuk Mika yang menunduk di dekat pintu kamar Arka.
Empat jam ternyata terlalu lama, membuat Arka terpaksa menambah gas motornya. Dia tak peduli dengan padatnya lalu lintas. Yang dia pedulikan hanya bagaimana dia meyakinkan Nesya bahwa hanya dia yang ada di hatinya.
Ternyata, terlalu sia-sia usaha Arka karena saat Arka berada di depan Nesya, Arka tak mampu lagi mengatakan apapun. Dia hanya terdiam, membuat Nesya histeris.
“Jelek… Bangun…Jelek…Banguuuunnnn!!!!” tangis Nesya, membawa pilu yang dalam.
“Kamu janji bawain aku cinta satu kontainer, kamu janji Jelekk… Banguuuunnnn!!!!” Nesya meronta di dekat tubuh Arka yang tak bernyawa.
“Arkaaaa… Banguuuuunnnnn!!!!”
***

1 comment:

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos